Program Kunker Mati Suri ?
Sidikalang-Dairi Pers :
Program kunjungan kerja (Kunker ) Bupati Dairi sudah tiga bulan tidak
dilakukan. Padahal program ini cukup diagung-agungkan dan konon disebut
satu-satunya terobosan
Bupati Johnny Sitohang sebagai Bupati Dairi,. Sejak Awal
bulan puasa lalu hingga kini program itu tidak dijalankan lagi sehingga
melahirkan pertanyaan apakah program yang dibanggakan itu telah mati suri?.
Data yang dikumpulkan Dairi
Pers program ini dianggap favorit dimana bupati dan stafnya dibawa serta ke
desa-desa melakukan kerja bakti. Semua pejabat
wajib pegang cangkul , ikut panen hasil pertanian masyarakat dan malam
harinya dilakukan acara hiburan kibod disertai saweran kepada penari yang turun
ke gelanggang.
Program ini sanggup
menaikkan rating popularitas Bupati Dairi Johnny Sitohang di masyarakat di desa karena dianggap baru satu-satunya
bupati yang mau turun ke desa dan tidur bersama warga desa. Program itu sanggup membius warga desa yang
memang masih rendah pengalaman. Hal itu dikarenakan hingga kini tidak jelas
pengaruh kesejahteraan rakyat di desa
dengan program bupati tidur di desa. Kenyatan warga desa juga nyaris
tidak ada perubahan kesejahteraannya.
Memasuki desember 2012
propgram ini tidak dijalankan lagi dan fakum mirip program yang mati suri. Para
kepala dinas dan pejabat Dairi yang biasa turun ke desa sekali dalam dua minggu
tersebut kini dapat bernafas lega karena tidak harus melakukan kegiatan dan
mengeluarkan dana lagi untuk kegiatan itu.
Sementara itu dibeberapa
desa program ini dinilai rakyat cukup membantu para petani dimana dengan
kehadiran para kepala dinas dan pejabat ini ikut panen dan bercocok tanam cukup
membantu mereka . Kehadiran mereka ibarat tenaga kerja yang membantu petani
tanpa harus di gaji. Disamping itu rakyat juga merasa dimanjakan dengan hiburan
yang biasa dilakukan malam hari. Bagi yang bernasib baik akan mendapat saweran
dari Bupati maupun dari sejumlah pejabat Dairi yang wajib turun ke program
tersebut.
Sebaliknya meski para pejabat Dairi ini tidak berani
menolak cukup terlihat resah akibat program yang tidak ditampung di APBD Dairi
tersebut. Para kepala dinas ini harus merogoh kantong ketika acara saweran di
mulai. Disamping itu juga para pejabat ini harus ikut menyetorkan sejumlah dana
untuk kegiatan tersebut kepada Bagian umum sebagai dana untuk operasional dan
logistik mensuksekan program tersebut. Hal itu berlangsung sekali dalam dua minggu.
Otomatis para pejabat Dairi “keringatan” memikirkan kewajiban untuk proyek
tersebut. Biaya kunker yang tidak ditampung di APBD Dairi itu memaksa sejumlah
pejabat Dairi harus memutar otak untuk menutupi kewajiban pengumpulan dana
setiap kali berangkat.
Diduga kuat para kepala dinas dan pejabat eselon di Dairi
sesungguhnya kewalahan dengan program tersebut namun demi jabatan dan atas nama
loyalitas terpaksa bertahan.
Sementara itu ketatnya peraturan tentang keuangan daerah
dan sistim adcost yang diterapkan pemerintah membuat para pejabat ini tidak
mampu lagi mengikuti sistim program kunker khususnya beban pendanaan kunker yang tidak ditampung dalam APBD.
Agaknya progam kunker Bupati Dairi ini akan mati suri
sekaligus memumpuskan harapannya akan program unggulannya. Harusnya program ini
diutampung di APBD Dairi sehingga
sejumlah pejabat Dairi tidak kewalahan menalangi dana yang harus dikeluarkan
akibat kegiatan tersebut. Agaknya
program kebanggaan Bupoati Dairi telah mati dan tidak sanggup lagi dilakukan
karena lahirnya juga tanpa perencanaan matang. (R.07)
Bisa saja perencanaan sudah matang... namun operasionalnya yang tak jalan bo. Jadi jangan selalu mengatakan perencanaan yang salah.
BalasHapus