Kamis, 29 November 2012

Perencanaan Tidak Matang


Program Kunker Mati Suri ?
Sidikalang-Dairi Pers : Program kunjungan kerja (Kunker ) Bupati Dairi sudah tiga bulan tidak dilakukan. Padahal program ini cukup diagung-agungkan dan konon disebut satu-satunya terobosan
Bupati Johnny Sitohang sebagai Bupati Dairi,. Sejak Awal bulan puasa lalu hingga kini program itu tidak dijalankan lagi sehingga melahirkan pertanyaan apakah program yang dibanggakan itu telah mati suri?.
Data yang dikumpulkan Dairi Pers program ini dianggap favorit dimana bupati dan stafnya dibawa serta ke desa-desa melakukan kerja bakti. Semua pejabat  wajib pegang cangkul , ikut panen hasil pertanian masyarakat dan malam harinya dilakukan acara hiburan kibod disertai saweran kepada penari yang turun ke gelanggang.
Program ini sanggup menaikkan rating popularitas Bupati Dairi Johnny Sitohang di masyarakat  di desa karena dianggap baru satu-satunya bupati yang mau turun ke desa dan tidur bersama warga desa.  Program itu sanggup membius warga desa yang memang masih rendah pengalaman. Hal itu dikarenakan hingga kini tidak jelas pengaruh kesejahteraan rakyat di desa  dengan program bupati tidur di desa. Kenyatan warga desa juga nyaris tidak ada perubahan kesejahteraannya.
Memasuki desember 2012 propgram ini tidak dijalankan lagi dan fakum mirip program yang mati suri. Para kepala dinas dan pejabat Dairi yang biasa turun ke desa sekali dalam dua minggu tersebut kini dapat bernafas lega karena tidak harus melakukan kegiatan dan mengeluarkan dana lagi untuk kegiatan itu.
Sementara itu dibeberapa desa program ini dinilai rakyat cukup membantu para petani dimana dengan kehadiran para kepala dinas dan pejabat ini ikut panen dan bercocok tanam cukup membantu mereka . Kehadiran mereka ibarat tenaga kerja yang membantu petani tanpa harus di gaji. Disamping itu rakyat juga merasa dimanjakan dengan hiburan yang biasa dilakukan malam hari. Bagi yang bernasib baik akan mendapat saweran dari Bupati maupun dari sejumlah pejabat Dairi yang wajib turun ke program tersebut.
          Sebaliknya meski para pejabat Dairi ini tidak berani menolak cukup terlihat resah akibat program yang tidak ditampung di APBD Dairi tersebut. Para kepala dinas ini harus merogoh kantong ketika acara saweran di mulai. Disamping itu juga para pejabat ini harus ikut menyetorkan sejumlah dana untuk kegiatan tersebut kepada Bagian umum sebagai dana untuk operasional dan logistik mensuksekan program tersebut. Hal itu berlangsung sekali dalam dua minggu. Otomatis para pejabat Dairi “keringatan” memikirkan kewajiban untuk proyek tersebut. Biaya kunker yang tidak ditampung di APBD Dairi itu memaksa sejumlah pejabat Dairi harus memutar otak untuk menutupi kewajiban pengumpulan dana setiap kali berangkat.
          Diduga kuat para kepala dinas dan pejabat eselon di Dairi sesungguhnya kewalahan dengan program tersebut namun demi jabatan dan atas nama loyalitas terpaksa bertahan.
          Sementara itu ketatnya peraturan tentang keuangan daerah dan sistim adcost yang diterapkan pemerintah membuat para pejabat ini tidak mampu lagi mengikuti sistim program kunker khususnya beban pendanaan  kunker yang tidak ditampung dalam APBD.
          Agaknya progam kunker Bupati Dairi ini akan mati suri sekaligus memumpuskan harapannya akan program unggulannya. Harusnya program ini diutampung  di APBD Dairi sehingga sejumlah pejabat Dairi tidak kewalahan menalangi dana yang harus dikeluarkan akibat kegiatan tersebut.  Agaknya program kebanggaan Bupoati Dairi telah mati dan tidak sanggup lagi dilakukan karena lahirnya juga tanpa perencanaan matang. (R.07)

1 komentar:

  1. Bisa saja perencanaan sudah matang... namun operasionalnya yang tak jalan bo. Jadi jangan selalu mengatakan perencanaan yang salah.

    BalasHapus