Kamis, 25 Juli 2013

Gebyar Kambing Hitam



     Siapapun yang terjepit, terancam dan posisi sulit maka yang dilakukan pertama adalah mencari posisi aman. Hal termudah adalah mencari obyek untuk dijadikan bertanggung jawab atas kelemahan dan ketidak mampuan yang dimiliki. Maka episode  gebyar kambing hitam segera dimulai. Dengan memoles
kalimat, membangkitkan  emosi maka ketidakmampuan  dan kelemahan akan ditimpakan kepada orang lain.
     Adalah hal yang lumrah dalam sebuah persaingan  Bagi  yang mempunyai dana cukup biasa akan rentan dengan pendukung yang matre dan penuh kepura-puraan. Menjaga pendukung beraliran  matre sangat sulit karena harus  jeli dengan proposal usulan. Silap sedikit akan menjadi korban penipuan dan hanya tempat untuk cari makan dan azas manfaat  . Namun bagi calonnya relative akan ada harga diri, diperlakukan lebih disegani karena memang dibutuhkan.
     Sedang bagi yang mempunyai modal pas-pasan mencari bahasa yang tepat dan pas agar pendukung dan orang lain bersimpati. Maka bagi peserta  yang demikian pasti akan membentuk pendukung yang  militan. Dengan menanamkan rasa  bangga sebagai petarung dan menanamkan  tak kenal pamrih menjadi senjata  untuk mempekerjakan orang lain agar bertindak menguntungkannya .  Biasanya untuk memotivasi demikian posisikan pendukung luar biasa . anggap pendukung adalah raja. Dan  harus pandai menahan rasa dikecilkan, tidak terlalu disegani dan harus siap untuk tidak dianggap istimewa. Bagi yang diperdaya akan  mendapat gelar petarung sejati.
     Sesungguhnya kepintaran seseorang terlihat  itu ketika posisi terjepit. Dia akan pandai mencari jalan keluar dengan berbagai alasan sekalipun harus berbohong , mencari kambing hitam dan bahkan siap untuk beradu otot  demi menutupi kebohongan dan kelemahan. Disinilah letak kemampuan seseorang diuji . Mampukah keluar dari belitan masalah yang terjadi dengan resiko paling kecil?.
     Maka dalam sebuah persaingan pilkades, pilkada pilgub, dan pilpres akan muncul istilah negative , penghianat, tidak komit, kutu loncat, rakus, perampok partai serta sejumlah istilah yang sengaja dilontarkan untuk menutupi sesungguhnya kelemahan yang dimiliki. Kambing hitam akan semakin sering muncul dan harganya diobral. Mencari kambing hitam suatu cara mudah dan murah untuk melempar kelemahan dan ketidak mampuan kepada orang lain.
     Namanya juga pilkada semua keluarkan senjata. Bagi incumbent biasa akan tekan stafnya yang tidak mau mendukungnnya. Mulai dari mutasi, ancaman hingga penarikan kendaraan .Karena memang akan berat ketika staf saja  tidak mau memilih apalagi rakyat. Maka dalam sebuah pilkada PNS paling terjepit. Harus mematikan nurani, kebebasan terhalang dan ketakutan menghantui. Jika tidak menyebelah kepala daerahnya bisa jadi kambing guling. Hanya staf yang berani, punya moral dan siap menderita sesungguhnya yang berani berbeda dengan  pimpinannya.
     Jadi sesungguhnya apapun  isu negative, fitnah dan sejuta alas an adalah hal lumrah saat proses sebuah persaingan terjadi. Masing-masing melakukan intrik meski itu tidak sehat. Menyebar fitnah, dan kebohongan , tekanan dan menghilangkan kebebasan orang lain. Ketika terbentur dalam persaingan biasanya akan mencari kambing hitam sekedar menutupi kelemahan sekaligus menjaga pasukan agar tidak melarikan diri. Lebih baik membunuh satu kebenaran daripada membiarkan pengikut sadar.
               Maka silahkan menyebar isu , fitnah , lakukan tekanan dan kebohongan karena nanti juga akan reda ketika semua tahapan berakhir. Bagi yang lama sadar biasanya akan tetap menjadi orang kecil dengan nasib kecil yang selalu korban kebohongan  orang-orang besar. (Chief Of Editor)
Pelanggaran Pilkada  Dairi Semakin Menjadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar