Siapapun yang terjepit, terancam dan posisi sulit maka yang
dilakukan pertama adalah mencari posisi aman. Hal termudah adalah mencari obyek
untuk dijadikan bertanggung jawab atas kelemahan dan ketidak mampuan yang
dimiliki. Maka episode gebyar kambing
hitam segera dimulai. Dengan memoles
kalimat, membangkitkan emosi maka ketidakmampuan dan kelemahan akan ditimpakan kepada orang
lain.
Adalah hal yang lumrah dalam sebuah persaingan Bagi
yang mempunyai dana cukup biasa akan rentan dengan pendukung yang matre
dan penuh kepura-puraan. Menjaga pendukung beraliran matre sangat sulit karena harus jeli dengan proposal usulan. Silap sedikit
akan menjadi korban penipuan dan hanya tempat untuk cari makan dan azas
manfaat . Namun bagi calonnya relative
akan ada harga diri, diperlakukan lebih disegani karena memang dibutuhkan.
Sedang bagi yang mempunyai modal pas-pasan mencari bahasa yang
tepat dan pas agar pendukung dan orang lain bersimpati. Maka bagi peserta yang demikian pasti akan membentuk pendukung
yang militan. Dengan menanamkan
rasa bangga sebagai petarung dan
menanamkan tak kenal pamrih menjadi
senjata untuk mempekerjakan orang lain
agar bertindak menguntungkannya .
Biasanya untuk memotivasi demikian posisikan pendukung luar biasa .
anggap pendukung adalah raja. Dan harus
pandai menahan rasa dikecilkan, tidak terlalu disegani dan harus siap untuk
tidak dianggap istimewa. Bagi yang diperdaya akan mendapat gelar petarung sejati.
Sesungguhnya kepintaran seseorang terlihat itu ketika posisi terjepit. Dia akan pandai
mencari jalan keluar dengan berbagai alasan sekalipun harus berbohong , mencari
kambing hitam dan bahkan siap untuk beradu otot
demi menutupi kebohongan dan kelemahan. Disinilah letak kemampuan
seseorang diuji . Mampukah keluar dari belitan masalah yang terjadi dengan
resiko paling kecil?.
Maka dalam sebuah persaingan pilkades, pilkada pilgub, dan
pilpres akan muncul istilah negative , penghianat, tidak komit, kutu loncat,
rakus, perampok partai serta sejumlah istilah yang sengaja dilontarkan untuk
menutupi sesungguhnya kelemahan yang dimiliki. Kambing hitam akan semakin
sering muncul dan harganya diobral. Mencari kambing hitam suatu cara mudah dan
murah untuk melempar kelemahan dan ketidak mampuan kepada orang lain.
Namanya juga pilkada semua keluarkan senjata. Bagi incumbent
biasa akan tekan stafnya yang tidak mau mendukungnnya. Mulai dari mutasi,
ancaman hingga penarikan kendaraan .Karena memang akan berat ketika staf
saja tidak mau memilih apalagi rakyat.
Maka dalam sebuah pilkada PNS paling terjepit. Harus mematikan nurani,
kebebasan terhalang dan ketakutan menghantui. Jika tidak menyebelah kepala
daerahnya bisa jadi kambing guling. Hanya staf yang berani, punya moral dan
siap menderita sesungguhnya yang berani berbeda dengan pimpinannya.
Jadi sesungguhnya apapun
isu negative, fitnah dan sejuta alas an adalah hal lumrah saat proses
sebuah persaingan terjadi. Masing-masing melakukan intrik meski itu tidak
sehat. Menyebar fitnah, dan kebohongan , tekanan dan menghilangkan kebebasan
orang lain. Ketika terbentur dalam persaingan biasanya akan mencari kambing
hitam sekedar menutupi kelemahan sekaligus menjaga pasukan agar tidak melarikan
diri. Lebih baik membunuh satu kebenaran daripada membiarkan pengikut sadar.
Maka silahkan menyebar isu , fitnah , lakukan tekanan
dan kebohongan karena nanti juga akan reda ketika semua tahapan berakhir. Bagi
yang lama sadar biasanya akan tetap menjadi orang kecil dengan nasib kecil yang
selalu korban kebohongan orang-orang
besar. (Chief Of Editor)
Pelanggaran Pilkada
Dairi Semakin Menjadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar