Kata paling menakutkan adalah status. Maka orang berjuang demi
status. Dan karena status seseorang maka
bisa mengatur banyak hal termasuk hukum dan keadilan. Status juga kerap melahirkan
kesombongan , gengsi dan harga diri yang berlebihan. Status juga kadang bikin
tidak dihargai dimaki
dan siap dihabisi.
Teman saya ketika masih berstatus kabag bicaranya baik dan
santun setelah berstatus Sekda jadi suka bilang Taik Kuccing. Lihat juga ketua
umum demokrat Anas Urba Ningrum ketika masih berstatus ketua ditanya soal
keterlibatannya di kasus wisma atlit dengan tenangnya menjawab. Gantung Anas di
monas jika Anas korupsi. Kala itu semua petinggi demokrat dengan pakaian
lengkap biru berjejer di belakangnya menyemangati sang ketua umum.
Ketika status barunya diberikan “ tersangka” oleh KPK tak satupun punggawa yang dulu
mengawalnya muncul. Tinggal sendiri Anas menghadapi media dan menghadapi
tuntutan hukum. Status baru itu begitu memukulnya hingga kandas. Karena status
baru itu juga dia kehilangan teman-temannya yang selama ini menjilatnya. Tidak
berlebihan jika dikatakan sesungguhnya status sering membentuk pribadi
seseorang.
Seorang rekanan pemborong di Dairi latarnya “lari-lari
diterminal” sebagai Gilok . Dewi fortuna merubah statusnya naik dan jadi
rekanan. Maka kini gayanya sudah “ la tertahankan” . Di suka jual-jual nama
bupati. Karena status itu juga sering ancam PNS bilang mau dipindahkan. Kalau
dahulu mandi sekali seminggu kini sekali dalam dua hari. Jika dahulu cukup
menenteng satu bungkus rokok kini harus dua diatasnya HP dan mancis. Sayang
meski pake HP namun untuk Sms an juga belum tamat.
Aku mengenal seorang mantan bupati. Semasa berstatus aktif luar biasa sombongnya. Untuk bertamu juga
tidak bisa. Demikian juga anak-anak serta familinya semua merasa bupati. Bahkan
anjingnya sangat garanng ketika aku mengantar Koran ke rumahnya. Ketika
statusnya kalah dan kembali jadi warga Negara biasa harga nyaris tidak ada.
Jika ada pertemuan orang-orang meninggalkannya satu persatu. Dahulu famili dan
anaknya yang merasa bupati juga jadi tertunduk lesu. Dan paling aneh anjingnya
yang dahulu garang juga ikut menyesuaikan diri tidak garang lagi. Mungkin
anjing ini juga tahu status tuannya yang sudah mantan. Jadi anjing juga ikutan
tahu diri.
Soal status sangat terlihat di beberapa aparat. Lihat saja
semasa aktif semua takut dan segan namun
ketika berstatus pensiun sama sekali tak berharga. Status juga telah merubahnya
jadi letoy dan lemas. Seorang mantan
ketua KPU yang tiba-tiba melejit berstatus kepala dinas . Status baru itu
membawa senyum yang lebar dan merubah perutnya semakin gendut. Status lain yang
berhasil direbut yakni tersangka korupsi DAK Pendidikan. Luar biasanya tokoh
yang satu ini meski berstatus baru
tersangka tidak merubah senyumnya . Dia termasuk tokoh fenomenal yang
tidak perduli dengan cemoohan orang.
Kendati demikian disarankan semasa status masih jelas
silahkanlah berbuat sesuka hati. Tampil arogan, takut-takuti orang , korupsi
sepuasnya karena nanti juga ketika kekuasaan itu dicabut maka benih yang
disemai akan di tuai . Tidaklah menjadi
salah prinsip mumpung masih hebat dan berkuasa maka berlakulah suka-suka,
arogan dan habisi yang lain. Karena bagaimana pun juga nanti pasti status itu
akan hilang. Saat status hilang maka gantian dihabisi orang, dimaki orang
bahkan jadi bahan olokan. Ini fakta maka semasa status hebat dilarang jadi orang baik. (Chief Of Editor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar