Rabu, 27 Maret 2013

Status


      Kata paling menakutkan adalah status. Maka orang berjuang demi status.  Dan karena status seseorang maka bisa mengatur banyak hal termasuk hukum dan keadilan. Status juga kerap melahirkan kesombongan , gengsi dan harga diri yang berlebihan. Status juga kadang bikin tidak dihargai dimaki
dan siap dihabisi.
      Teman saya ketika masih berstatus kabag bicaranya baik dan santun setelah berstatus Sekda jadi suka bilang Taik Kuccing. Lihat juga ketua umum demokrat Anas Urba Ningrum ketika masih berstatus ketua ditanya soal keterlibatannya di kasus wisma atlit dengan tenangnya menjawab. Gantung Anas di monas jika Anas korupsi. Kala itu semua petinggi demokrat dengan pakaian lengkap biru berjejer di belakangnya menyemangati sang ketua umum.
      Ketika status barunya diberikan “ tersangka”  oleh KPK tak satupun punggawa yang dulu mengawalnya muncul. Tinggal sendiri Anas menghadapi media dan menghadapi tuntutan hukum. Status baru itu begitu memukulnya hingga kandas. Karena status baru itu juga dia kehilangan teman-temannya yang selama ini menjilatnya. Tidak berlebihan jika dikatakan sesungguhnya status sering membentuk pribadi seseorang.
      Seorang rekanan pemborong di Dairi latarnya “lari-lari diterminal” sebagai Gilok . Dewi fortuna merubah statusnya naik dan jadi rekanan. Maka kini gayanya sudah “ la tertahankan” . Di suka jual-jual nama bupati. Karena status itu juga sering ancam PNS bilang mau dipindahkan. Kalau dahulu mandi sekali seminggu kini sekali dalam dua hari. Jika dahulu cukup menenteng satu bungkus rokok kini harus dua diatasnya HP dan mancis. Sayang meski pake HP namun untuk Sms an juga belum tamat.
      Aku mengenal seorang mantan bupati. Semasa berstatus aktif  luar biasa sombongnya. Untuk bertamu juga tidak bisa. Demikian juga anak-anak serta familinya semua merasa bupati. Bahkan anjingnya sangat garanng ketika aku mengantar Koran ke rumahnya. Ketika statusnya kalah dan kembali jadi warga Negara biasa harga nyaris tidak ada. Jika ada pertemuan orang-orang meninggalkannya satu persatu. Dahulu famili dan anaknya yang merasa bupati juga jadi tertunduk lesu. Dan paling aneh anjingnya yang dahulu garang juga ikut menyesuaikan diri tidak garang lagi. Mungkin anjing ini juga tahu status tuannya yang sudah mantan. Jadi anjing juga ikutan tahu diri.
      Soal status sangat terlihat di beberapa aparat. Lihat saja semasa aktif semua takut  dan segan namun ketika berstatus pensiun sama sekali tak berharga. Status juga telah merubahnya jadi letoy dan lemas.  Seorang mantan ketua KPU yang tiba-tiba  melejit  berstatus kepala dinas . Status baru itu membawa senyum yang lebar dan merubah perutnya semakin gendut. Status lain yang berhasil direbut yakni tersangka korupsi DAK Pendidikan. Luar biasanya tokoh yang satu ini meski berstatus baru  tersangka tidak merubah senyumnya . Dia termasuk tokoh fenomenal yang tidak perduli dengan cemoohan orang.
       Kendati demikian disarankan semasa status masih jelas silahkanlah berbuat sesuka hati. Tampil arogan, takut-takuti orang , korupsi sepuasnya karena nanti juga ketika kekuasaan itu dicabut maka benih yang disemai akan di tuai  . Tidaklah menjadi salah prinsip mumpung masih hebat dan berkuasa maka berlakulah suka-suka, arogan dan habisi yang lain. Karena bagaimana pun juga nanti pasti status itu akan hilang. Saat status hilang maka gantian dihabisi orang, dimaki orang bahkan jadi bahan olokan. Ini fakta maka semasa status hebat  dilarang jadi orang baik. (Chief Of Editor)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar