Rabu, 21 Oktober 2015

Begini Cerita Frans Sebelum Heli Jatuh Ke Danau Toba

     Medan – Dairi Pers :  Kondisi Fransiskus Subihardayan (22) membaik. Dia bisa bicara lebih tertata. Berikut cerita sebelum heli jatuh ke Danau Toba. Frans, panggilan akrab Fransiskus, menceritakan suasana penerbangan dengan helikopter EC 130 kepada Kapolres Samosir AKBP Eko Suprihanto di Puskesmas Onan Runggu, Kabupaten Samosir, Selasa (13/10). Ada selang dihidung Frans. Frans mengaku tidak ingat posisi terakhir helikopter. Yang jelas, berdasarkan Google Maps, heli terbang di kawasan sekitar Danau Toba, tepatnya di atas Silangit. Sebelah kiri jalur heli merupakan Pulau Samosir.

     “Saya nggak ngerti take off-nya ke arah mana. Ada kolam renang, helipad, dan perbukitan bertulisankan sea house,” kata Frans. Frans sempat menyarankan ke pilot agar kembali ke homebase. Karena dengan visibility di bawah 2.000 meter, heli akan kesulitan sampai Kualanamu. Heli berputar untuk mengurangi asap. “Kapten meminta kami pegangan. Dia tidak memperhatikan altitude (ketinggian). Kami sudah berada di 1.500 meter,” kata Frans yang bekerja di perusahaan penerbangan itu.
     Ketika mendapat perawatan di RSU Hadrianus Sinaga, Pangururan, Kabupaten Samosir, Selasa (13/10), Frans mengatakan bahwa selama 25 menit setelah para penumpang helikopter melompat ke danau, mereka masih bergandeng tangan satu sama lain. Mereka juga sempat meminta tolong. Namun, tidak ada warga yang mendengar dan melihat mereka. Kondisi alam di sekitarnya diliputi kabut asap tebal.
    Para korban mencari apa pun yang dapat dijadikan pelampung. Mereka pun berpegangan pada tanaman eceng gondok. Setelah itu, mereka berpencar. Fransiskus dan Sugianto, penumpang lain, terpisah dari ketiga teman lainnya. Hingga pukul 23.00 WIB, Senin (12/10), Fransiskus masih bersama Sugianto dan melihat sorotan lampu dan meminta tolong. Namun, teriakan mereka tidak terdengar oleh tim SAR. Kondisi Sugianto makin melemah dan Fransiskus pasrah melihat rekannya tenggelam. Frans melepas seluruh pakaian agar ringan dalam air. Ia pun bertahan hingga ditemukan tim gabungan Basarnas. Masih dalam penjelasan Fransiskus, sebelum helikopter jatuh pada Minggu siang sekitar pukul 11.28 WIB, ia melihat disebelah kanan ada Bandara Silangit, disebelah kiri ada Samosir, dan tampak pula sebuah pulau kecil.
    Tim gabungan pencari helikopter menemukan Frans di perairan Desa Sitinjak, Kecamatan Onan Runggu, Selasa sekitar pukul 14.00 WIB. Frans, kelahiran Yogyakarta, 20 Januari 1993, ditemukan dalam kondisi tanpa busana dengan sebuah jam tangan yang masih melekat. Korban ditemukan sekitar 5 mil dari posko di Pelabuhan Onan Runggu. Serma Marinir Joko Santoso dari Lantamal I Belawan mengatakan bahwa timnya melihat ada sebuah benda yang naik turun. Mereka kemudian menghampirinya dan melihat korban minta tolong. “Saya salah satu penumpang helikopter,” kata Joko meniru perkataan korban.
     Tim penolong melemparkan sebuah pelampung ke arah Frans, tetapi ia tak kuasa meraihnya. Akhirnya, salah satu anggota tim terjun menolong korban. Saat itu, Frans dalam kondisi dehidrasi dan lemas. Tangannya sudah mengembang akibat terlalu lama berada dalam air.  Danrem 023 Kawal Samudra Kolonel Fachry mengatakan, Untuk pertolongan pertama, korban dilarikan ke Puskesmas Onan Runggu. Kini, ia dirawat secara intensif di Rumah Sakit Hadrianus Sinaga.


Heli Carteran
    Helikopter EC-130 milik PT. Penerbangan Angkasa Semesta (PAS) diperkirakan jatuh akibat hilang kontak dengan tower di tengah danau. Jatuhnya heli terjadi setelah mengantar keluarga Marihat Simbolon. Diketahui dengan rute Desa Siparmahan - Desa Sihotang Kecamatan Arian Kabupaten Samosir - Bandara KNIA.. Dijelaskan bahwa helikopter tersebut dikelola oleh Perusahaan PT. Musimas Bidang CPO (Chemical Palm Oil) Sawit milik PT. PAS yang saat itu membawa penumpang lima orang (2 Crew & 3 Penumpang) setelah menurunkan keluarga Marihat Simbolon.
    “Dua crew itu Capten Teguh Mulyatno, yang beralamat di Komp Villa Asean Pondok Cabe Tangerang. Dan Hari Poerwantono (Crew Engineer) asli Bandung. Sementara tiga penumpang lainnya Fransiskus Subihardayan, warga Tegal Boyan Purwo Martani Kalasan, Sleman Yogyakarta, Nurharyanto dan Sugianto, TTL: Medan/ 8 Sept 1968, warga Komplek Tamora Elok No lll Kecamatan Tanjung Morawa, Deli Serdang,” jelas Helfi.
      Lebih lanjut dibeberkan Humas Polda Sumut melalu Kasubbid Penerangan Masyakat (Penmas) Polda Sumut, AKBP Mangantar Nainggolan bahwa kronologis kejadiannya berawal saat pihak keluarga Marihat Simbolon melakukan Charter Flight Heli tersebut melalui Nurharyanto (Karyawan PT. PAS) milik Perusahaan PT. PAS untuk dipergunakan oleh Keluarga Marihat Simbolon menuju ke Kabupaten Samosir, sekitar Pukul 09.15 WIB.
    Dikatakan Nainggolan bahwa Heli tersebut berangkat dari Bandara KNIA menuju Kabulaten Samosir melalui jalur KNIA-Siantar-Danau Toba-Siparmahan Kabupaten Samosir. Kemudian sekitar Pukul 10.05 WIB mendarat di depan Kediaman Marihat Simbolon di Desa Sihotang Kecamatan dengan total penumpang (manifest) 7 orang.
   “7 penumpang pertama itu, Capten Teguh Mulyatno, Crew Engineer Hari Poerwantono, Marihat Simbolon, Samuel Tumanggor, Paska Simbolon, Ny Yuliana Simbolon, Ny Tioridin Simbolon. Sedangkan sekitar pukul 09.35 WIB, 3 (tiga) orang Karyawan PT. PAS, Nurharyanto, Sugianto dan Fransiskus sudah tiba mendahului (via darat) di lokasi dengan tujuan untuk menghandle pendaratan Heli tersebut,” Kata Nainggolan.
     Diketahui setelah mengantar keluarga Marihat, sekitar pukul10.35 WIB maka ketiga orang karyawan PT. PAS tersebut bergabung dengan Crew Heli untuk kembali (Takeoff) menuju Bandara Kualanamu sesuai jalur awal dimana rincian data : N 0231 6.19 E 098 42 46.02, ATD : 11.33 LT dan skejul ETA (landing) : 12.40 LT, Destination : KNO (KNIA) namun pada saat dalam perjalan terjadi lost contact time (Hilang Contact) : 11.50 LT. (cn/kms)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar