Rabu, 14 Mei 2014

Andai Akil Tidak Tertangkap

            Ada sebuah fenomena menarik hasil Pemilu silam yang  sering terlihat namun jarang dibahas. Perolehan suara partai di kabupaten/kota tergantung siapa kepala daerahnya. Jika kebetulan didaerah itu kepala daerahnya ketua salah satu partai maka
perolehan suara kursi  dewan tergantung apa partai kepala daerah. Syukur PKI (Partai Komunis Indonesia) sudah dibubarkan. Jika saja partai ini diperbolehkan dan ada kepala daerah yang menjadi ketua partai ini sudah pasti partai terlarang itu akan berkuasa dan memperoleh kursi terbesar di dewan. Jadi semua tergantung Bos.

            Maka lihat saja sejumlah kepala daerah yang melekat jabatan juga ketua partai selalu menjadi parpol pemenang pemilu di daerahnya. Sebuah fenomena luar biasa Tapanuli utara yang puluhan tahun dikuasai salah satu Parpol. Pasca kekalahan Taluto dan kekuasaan digantikan kader partai lain. Pemilu silam langsung  terlihat berimbang.  Parpol yang nyaris menjadi Parpol mayoritas tunggal itu turun drastis ketika kepala daerahnya  jatuh.

            Saya menjadi teringat Akil Moctar ketua MK yang oleh hukum  kini dipersalahkan. Namun dimata salah satu atau dua parpol mungkin wajar dianggap pahlawan dan orang paling berjasa  dalam sinetron “menggunting dalam lipatan” . Anak muda  “sinetron akal-akalan”  itu meski telah berambut putih namun kenekatannya sangat jantan menyelamatkan beberapa kepala daerah yang tidak wajar menjadi wajar. Mengalahkan yang menang dan memenangkan yang kalah.

            Andai saja dia tidak tertangkap KPK pasti hasil pemilu 2014 ini dipastikan berubah total dari kondisi sekarang. Sayang sekali pemain sinetron berambut putih itu ketangkul. Dan rambutnya semakin memutih saat mengetahui hasil pemilu tidak sesuai harapannya. Namun demikian dimata sejumlah pecundang politik nama Akil mungkin dianggap menyamai pahlawan nasional seperti Sisingamangaraja, Pattimura atau mungkin  juga jendral sudirman. Meski tidak tuntas melancarkan aksi liciknya namun jasanya akan dikenang kepala daerah yang ditukang tukanginya.

            Akil telah menciptakan banyak Bos yang pada pemilu silam sangat jelas hasil pemilu tergantgung bos Kabupaten/kota. Sayang orang tegas yang gemar memberikan  uang ke penyanyi dangdut itu kini kehilangan gasnya.

            Melihat perannya yang menciptakan banyak bos . Andaikan belum tertangkap barang kali kelihaian dan kelicikannya itu terlalu kecil jika dihadiahi hanya sebagai ketua Mahkamah Agung. Apalagi menteri. Saya fikir dihadiahi wakil presiden juga wajar mengingat peran dan jasa-jasanya dalam merusak keadilan dan kejujuran dan memplesetkan hukum. Dan yang paling luar biasa menjadikan yang tidak layak menjadi layak.

            Konsep tergantung bos merupakan senjata luar biasa yang tidak terpikir politikus nasional lainnya.  Ternyata  konsep menggunting dalam lipatan. Sangat jelas hasil pencapainnya. Juga sangat jelas alat ukurnya. Strategi brilian untuk mendapatkan kekuasaan dengan modal kecil.

            Tidak dapat dipungkiri lagi jabatan kepala daerah sangat berpengaruh dalam menjagokan partai. Maka jika kepala daerahnya dari partai A maka perolehan kursi Dewannya pasti mayoritas partai A. Ini terjadi disemua kabupaten dan kota. Jadi semua tergantung bos. Bukan tergantung dari apa konsep partai dalam memakmurkan rakyatnya. Bukan juga trak record partai Namun lebih kepada ketakukan rakyat jika tidak mengikuti selera bos. Takut tidak dapat raskin, Takut dimutasi, Takut tidak dapat bedah rumah dan takut tidak dapat BLSM. Senjata luar biasa bos hingga semua tergantgung bos. (Chief Of Editor)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar