Rabu, 11 Juni 2014

Eselon Diam Cenderung Menunggu, Staf “Balbal” Ingin Jokowi Tapi Tak Berani



     Sidikalang- Dairi Pers :  Geliat jelang pilpres di Dairi tidak dapat dipungkiri PNS menjadi salah satu propesi yang  menjadi penentu dalam perolehan sura Capres. Dari berbagai pembincangan yang dilakukan Dairi pers kepada sejumlah PNS lingkungan pemkab Dairi terlihat pejabat eselon cenderung diam dan seakan menunggu arahan sedang staf biasa
(Staf balbal) terlihat cenderung ke pilihan Jokowi Namun tidak berani.
     Pantauan Dairi pers disejumlah instansi dan sekolah yang terlibat perbincangan seputar  vigor Carpes Prabowo dan Jokowi umumnya  terlihat perbedaan pandangan. Justru yang terlihat jelas tanggapan dan sikap dari pejabat eselon masih cenderung diam seakan menunggu arahan. Sementara staf biasa yang tidak mempunyai eselon lebih memilih jokowi meski tidak berani menyatakan pendapatnya.
     Sementara itu disejumlah guru dan insan  pendidik di dinas pendidikan Dairi sepertinya cenderung memlih Jokowi meski tidak berani vulgar.  Komentar sejumlah PNS dilingkungan dinas yang mengurusi pendidikan itu menyebutkan Jokowi dari tranck record dan perjalanan karirnya menjadi walikota di Solo dan Gubernur DKI Jakarta mempunyai magnet kuat menyakinkan masyarakat kecil akan kinerja tulus tanpa cacat. Keberhasilan Jokowi- Ahok meningkatkan insentif staf PNS lingkungan pemerintah DKI menjadi magnet kuat harapan kelak jika Jokowi menjadi Presiden maka kesejateraan PNS di Indonesia juga akan berubah.
     Sementara itu banyak juga PNS yang menjagokan Prabowo lebih baik karena dinilai tegas dan berlatar militer yang sarat dengan disiplin.  Alasan kuat mereka  Prabowo cocok memimpin Indonesia sehingga negera luar tidak menganggap sepele Indonesia lagi. Namun demikian disebutkan rekam jejak mantan Danjen Kopasus itu di pemerintahan belum ada sehingga membandingkannya dengan  Jokowi sulit .
     Kendati demikian  terlihat jelas bagi pejabat esekon di Dairi untuk menjatuhkan pilihan bahkan untuk berkomentar akan dua Capres ini  sangat hati-hati. Sepertinya pejabat eselon ini menunggu perintah atau arahan entah dari pihak mana. Terlihat juga ke khawatiran di wajah beberapa kepala dinas  mungkin mendegar sepak terjang  Jokowi mempimpin DKI dan sistim rekrut pejabat yang mengutamakan SDM dan kemampuan sebagai alat ukur untuk menduduki jabatan. Jika hal itu diberlakukan maka akan membuat pejabat yang selama ini melejit hanya karena factor ikatan family dengan penguasa. Modal sogok jabatan dan jasa-jasa pilkada akan tersisish karena tidak mempunyai SDM yang mapan dalam pemerintahan.
     Kolerasi
     Sebagaimana di ketahui  peta Politik Dairi dikuasa partai Golkar dimana memenangkan Jabatan Bupati dan mayoritas kursi DPRD Dairi hal pemilu 2014.  Gagalnya Aburizal Bakrie  menjadi capres harus diakui akan berpengaruh pada daerah daerah dimana partai Golkar berkuasa. Sikap kader golkar yang pecah mendukung Prabowo juga sebahagaian ke Jokowi membuat sejumlah kepala daerah juga harus jeli melihat perkembangan peta politik.
     Kondisi peta politik Dairi sepertinya tidak dapat dipungkiri bagaimana ketua Partai Gerindra Dairi dan ketua Golkar Dairi pernah 3 kali menjadi saingan dalam pilkada. Jika kedua saingan ini akhirnya bersatu dan menggerakkan roda kader untuk bekerja memenangkan Prabowo maka akan menjadi kekuatan yang luar bisa. Namun sebaliknya belum jelasnya arahan parpol dan belum mencairnya hubungan dua ketua parpol ini di Dairi  sedikit berpengaruh pada suksesi Prabow Kondisi ini sangat berhubungan (kolerasi) dengan tim pemenangan Prabowo-Hatta di Dairi jika berbasiskan parpol pendukung. (R.07)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar