Sidikalang-Dairi Pers : Dana alokasi Khusus (DAK) dairi tahun 2014
berkurang sebanyak Rp. 20 Miliar dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp. Rp. 68
M kini hanya 48 M. Hal itu diakui kabid Anggran Dippekade Dairi April Ujung
saat dipertanyakan Dairi Pers pekan
silam. Pihaknya tidak mengetahui apa
penyebabnya karena mereka hanya bertugas mengelola data berkaitan dengan
penerimaan DAU dan DAK.
Anggota DPRD Dairi
Martua Nahampun yang dimintai keterangannya menyebutkan dengan menurunnya DAK tahun 2014 ini akan
berpengaruh pada pembangunan Dairi kshusunya untuk sarana dan prasaran umum. “
DAK itu peruntukkanya untuk kepentingan umum karena bisanya fisik. Tahun 2013
saja hanya sekitar 60-an M sudah tidak terasa pembangunan dimasyarakat apalagi
kini turun. Ini sesuatu yang harusnya
menjadi instropeksi . Kita tahu tugas pemerintah untuk memakurkan rakyatnya .
menjawab kebutuhan dan aspirasi rakyatnya akan pembangunan. Namun faktanya
malah menurun. Lantas dimana peran pemerintah untuk memperjuangkan rakyatnya?.
Ini sebuah kemunduran “ sebut anggota DPRD Dairi.
Ditambahkan membangun
Dairi dengan berharap ke PAD merupakan sesuatu mimpi karena kenyataan PAD Dairi
dan sumber-sumber alamnya belum mampu menjawab kebutuhan pembangunan Dairi.
Praktis harapan satu-satunya membangun Dairi dengan berharap anggaran dari
pemerintah pusat atau propinsi. Namun kenyataan tiap tahun DAK terus menurun.
Fakta lapangan sejumlah fasilitas umum jalan dan perkantoran masih sangat
diperlukan. Belum lagi jumlah jalan rusak di Dairi semakin tahun semakin
panjang. Dan terus menjadi keluhan rakyat.
Sebenarnya jika pemkab
Dairi mau dan berniat maka tidak sulit mendapatkan anggaran dari pemerintah
pusat. Jika dibanding dengan kabupaten Pakpak Bharat DAK dan sejumlah anggaran pusat berhasil
dibawa terlihat betapa kabupaten eks Dairi itu terus berbenah. Namun di Dairi
justrru sebaliknya makin tahun makin berkurang. Ini yg harusnya segera diatasi.
Kalau DAU itu untuk gaji dan operasional. Kalau DAK juga berkurang alamat Dairi
akan terus terpuruk dan itu akan menjadikan pemeirntah di mata rakyat gagal”
sebut Martua.
Hal senada juga diakui
Dahlan Sianturi penurunan penerimaan DAK
harusnya menjadi alat intropeksi pemkab Dairi. Di satu sisi tuntutan masyarakat untuk pelayanan umum
terus meningkat disisi lain alat untuk menjawab kebutuhan rakyat itu
terus berkurang. “ Lantas apa peran pemerintah? Apa hanya menunggu
jatah? Hingga malas dan enggan untuk mendapatkan sumber-sumber untuk menjawab
sejumlah kebutuhan rakyat .
Disebutkan Dahlan jika
mau jujur jarang menemukan jalan kabupaten di Dairi kondisi yang mulus . Ketidaknyamanan rakyat itu
berkali-kali diteriakkan. Namun teriakan itu justru tidak juga bisa dijawab.
Malah yang muncul pengurangan anggaran DAK.
Inilah Dairi dan inilah sebuah kenyatan “ sebutnya Apatis (R.07)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar