Tuhan telah menciptakan dua hal
berbeda dan kontradiktif. Jika ada siang maka ada malam, ada besar ada kecil.
Karena ada pria maka ada wanita. Ada pejabat dan ada penjahat. Ada bandit juga
ada bandot. Keduanya berbeda justru
karena kontradiktif itulah yang
membuatnya berharga. Ada juga penggabungan keduanya yang disebut peyimpangan
contoh pria dan wanita disebut waria,
Penggabungan pejabat dan penjahat disebut koruptor penggabungan bandit dan
bandot disebut “ama-ama naso tarpakke”
PDI-P dan Gerindra dikenal
kontradiktif dengan pemerintahan SBY selama 10 tahun. Dua partai bernyali ini
membuktikan konsistensinya ketika partai yang lain memilih setuju dengan
pemerintahan yang diawaki democrat. Namun dalam pencalonan presiden periode ini
justru terlihat kontrakdiktif. Partai
yang sebelumnya mengelus elus SBY dan democrat akhirnya kontrakdiktif saat pilpres 2014 . Alasan platform sama maka
bergabung menjadi alasan pembenaran.
Tidak ada perubahan AD/ART partai tetapi
katakan platform sama. Itu berarti yang selama ini terjadi orang-orang yang
menjalankan partai sesungguhnya yang menentukan platform partai . Jadi platform
partai tergantung ketua Parpol.
Lihat juga sejumlah kader parpol
yang akhirnya pecah. Kop surat parpol ke salah satu capres tapi kadernya ke
capres lain. Lihat juga sejumlah orang yang bermimpi jadi cawapres ternyata
tidak terpenuhi malah bertindak kontradiktif menjadi lawan Capres yang
diimpikan meminangnnya jadi cawapres.. Ada juga yang mati-matian dirinya
berkampanye calon presiden eh tiba-tiba berkampanye hanya pendukung calon
presiden.
Dalam debat capres 9 Juni aku
diperhadapkan dengan fakta betapa ada pasangan capres katakan tidak bagi-bagi
kursi menteri ke partai padahal dalam wawancara televise sebelumnya pernah
menjanjikan menteri senior kepada salah seorang ketua Parpol. Katakan perkuat
KPK tetapi ada parpol pendukungnya yang ingin sekali KPK dibubarkan.
Benar-benar sebuah pernyataan dan perbuatan
yang kontrakdiktif disaksikan seluruh masyarakat Indonesia.
Namun itulah sepenggal kisah mental dan fakta betapa sesuatu yang
kontradiktif selalu menghiasi dan jelas jelas memang ada dan wujud dalam
kehidupan. Boleh meniru atau bahkan memberikan sumpah serapah rasa tidak
simpati . Namun itu semua bagian dari proses yang harus diberikan penilaian dan
pelajaran.
Dialam pemerintahan sebelum
mendapatkan kekuasaan sering mereka berteriak untuk kepentingan rakyat. Demi rakyat kemakmuran dan pahlawan di mata
rakyat. Namun tindakan kontradiktif terjadi saat kekuasan sudah ditangan. Tindakan yang dilakukan untuk kepentingan
prtibadi , Golongan, Kroni dan mempertahankan status quo. ( Chief Of Editor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar