Sidikalang-Dairi Pers : Sorot mata
kosong, Asa yang telah hilang, Jalani hidup tanpa arah demikian kesan yang
terpancar dari raut wajah Parulian Br. Hutapea Warga Amborgang, Siempat Nempu
Rabu (14/5) di rumah Delphi M Ujung Ketua
DPRD Dairi. Betapa tidak dua anaknya
yang kembar Dani dan Dina (Laki laki dan Perempuan) sudah mendesak harus
dioperasi. Semakin memprihatikan karena sang suami kini berada di RSJ
Simalingkar Medan.
Ibunda malang ini kepada Dairi Pers
menguraikan kalau air mata telah kering sebab sudah puluhan tahun menangis.
Dani (laki laki) dan Dina (Perempuan) anak kembar sama sama mengalami gangguan
kesehatan serius. Dani kakinya mengecil dan tidak dapat lurus kembali. Analisa
dokter menderita layu lumpuh sedang Dina kembarannya yang wanita menderita
sakit kelenjar triot di leher. Keduanya sangat kurus dan menderita gizi buruk
Parulian br Hutapea waktu ditanyakan
Dairi pers usianya sekarang bahkan tidak ingat namun hanya menjawab lebih dari
lima puluhan. Namun dimata anak-anaknya yang cacat Parulian adalah sosok “
wonder Women” yang harus baning tulang menjadi buruh tani demi mencukupi
kebutuhan keluarganya. Dengan mengandalkan kopi seluas 5 rante dapat dipastikan
ibu malang ini tidak akan sanggup mencukupi kebutuhan makan anak-anaknya .
Apalagi dua anaknya sakit parah yang membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Sekitar 2 tahun Dani dan Dina lahir
bagai petir di siang bolong diketahui sang suami Simamora mulai menunjukkan
sifat tidak normal. Hingga akhirnya harus dipasung karena kerap menggangu
keluarga maupun tetangga. Berharap suami dapat sembuh otomatis perhatian bunda
malang ini tersita dan anak-anak menjadi sedikit terlupakan.
Kisah pilu ibu malang ini meski
orang kurang beruntung namun perjuangannya untuk sekolah buah hatinya pantas
diacungi jempol . Setiap pagi mengangkat dua anaknya yang lumpuh ke kereta
sorong ( beko) untuk bersekolah. lantas pergi ke kebun yang tidak jauh. Dan
saat istirahat datang kembali untuk mengangkat anaknya ke kamar mandi.
Perjuangan itu dilakukannya
bertahun-tahun hingga pada akhirnya harus menyerah pada beratnya beban mencari
nafkah. Ujian itu terlalu berat bagi seorang Parulian Br Hutapea
Hari-hari dilalui
tanpa asa dan harapan. Mengandalkan penghasilan sebagai buruh harian di
perladangan warga dengan gaji sekitar Rp. 30.000 per hari sangat tidak mungkin
dapat menjawab kebutuhan perobatan suami yang sakit jiwa, tiga anak yang sakit.
Dan janurai 2014 anak paling besar yang menderita lumpuh layu akhirnya
meninggal dunia.
Sementara Dina gadis berusia 13
tahun itu kerap menjadi ejekan teman-temannya di sekolah. Dina divonis
menderita kelenjar triot pada leher sehingga tensinya sering diatas 170. Badan
sangat kurus dan mata menjadi bengkak. Meski dengan kondisi sangat kurus gadis
kecil ini tidak berhenti bersekolah. Kini dia duduk di bangku kelas 2 SLTP.
Saat dipertanyakan
Dairi Pers apa yang menjadi cita-citanya gadis belia itu ingin sekali menjadi
dokter. Namun sang ibu Br Hutapea langsung sedih dan menyatakan sama sekali itu
tidak mungkin.
Saat Dairi Pers mempertanyakan
berbagai bantuan untuk masyarakat miskin seperti BLSM, Raskin dan bedah rumah
justru ibu ini mengakui sama sekali tidak mengerti program itu. Baginya bisa
bekerja dan dapat uang untuk membeli beras merupakan rutinitas “ Saya tidak
mengerti bantuan apa itu dan tidak pernah ditawari” sebutnya dalam bahasa
daerah
Saat ditanyakan apa yang menjadi
harapanya Ibu malang itu nyaris tidak mempunyai harapan lagi selain hanya
menunggu sesuatu yang tidak pasti. Baginya kesehatan yang utama meski miskin.
Kondisi rumah yang
sangat tidak layak huni berlantaikan tanah dan rumah tua membuat kesehatan
keluarga di rumah tersebut semakin tidak terjamin. Belum lagi keluarga malang
itu bagai terlupakan di sekitarnya.
Ketua DPRD Dairi Delphi M Ujung, SH,
MSi menyebutkan sejak Januari pihaknya bersama anggota DPRD-SU Richard Lingga
mengupayakan penyembuhan bagi keluarga tersebut. “ Dengan difasilitasi Richard
suami dari ibu ini telah dirawat di RSL Simalingkar medan. Dan kini dua anak
yang kembar ini harus kita selamtakan. Saya masih berharap kalau Dani masih
bisa berjalan dan bersekolah meski nanti tidak terlalu normal . Saya sudah
bicara dengan dokter bedah dan optimis kaki Dani masih bisa dioperasi agar bisa
lurus . Dan kelenjar triot di leher Dina mudah mudahan bisa disembuhkan dengan
pengobatan teratur” sebutnya.
Melihat kondisi ekonomi keluraga ini
saya berpikir bagaimana sementara ibu ini berada disekitar Sidikalang dulu
sehingga pengobatan anak-anaknya melalui BPJS bisa tuntas. Namun apa kegiatan
ibu ini juga menjadi bahan pemikiran. Yah.. selama ini dua kali seminggu kita
jemput dari amborgang untuk berobat ke RSUD Sidikalang . Namun jauh ke depan ini merupakan tanggung
jawab semua dan saya melihat untuk sebuah masa depan mungkin dengan bantuan
bersama ibu ini bisa diberikan modal sehingga dapat membuka usaha warung.
Beliau bisa dekat dan memperhatikan anak-anak dan barang kali ke depan bisa
menjadi salah satu alternative membebaskan beban ibu ini” sebut Delphi.
(R.07 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar