Kamis, 22 Mei 2014

Asa Yang Hilang Dari Amborgang



            Sidikalang-Dairi Pers : Sorot mata kosong, Asa yang telah hilang, Jalani hidup tanpa arah demikian kesan yang terpancar dari raut wajah Parulian Br. Hutapea Warga Amborgang, Siempat Nempu Rabu (14/5) di rumah Delphi M Ujung Ketua
DPRD Dairi. Betapa tidak dua anaknya yang kembar Dani dan Dina (Laki laki dan Perempuan) sudah mendesak harus dioperasi. Semakin memprihatikan karena sang suami kini berada di RSJ Simalingkar Medan.
            Ibunda malang ini kepada Dairi Pers menguraikan kalau air mata telah kering sebab sudah puluhan tahun menangis. Dani (laki laki) dan Dina (Perempuan) anak kembar sama sama mengalami gangguan kesehatan serius. Dani kakinya mengecil dan tidak dapat lurus kembali. Analisa dokter menderita layu lumpuh sedang Dina kembarannya yang wanita menderita sakit kelenjar triot di leher. Keduanya sangat kurus dan menderita gizi buruk
            Parulian br Hutapea waktu ditanyakan Dairi pers usianya sekarang bahkan tidak ingat namun hanya menjawab lebih dari lima puluhan. Namun dimata anak-anaknya yang cacat Parulian adalah sosok “ wonder Women” yang harus baning tulang menjadi buruh tani demi mencukupi kebutuhan keluarganya. Dengan mengandalkan kopi seluas 5 rante dapat dipastikan ibu malang ini tidak akan sanggup mencukupi kebutuhan makan anak-anaknya . Apalagi dua anaknya sakit parah yang membutuhkan dana yang tidak sedikit.
            Sekitar 2 tahun Dani dan Dina lahir bagai petir di siang bolong diketahui sang suami Simamora mulai menunjukkan sifat tidak normal. Hingga akhirnya harus dipasung karena kerap menggangu keluarga maupun tetangga. Berharap suami dapat sembuh otomatis perhatian bunda malang ini tersita dan anak-anak menjadi sedikit terlupakan.
            Kisah pilu ibu malang ini meski orang kurang beruntung namun perjuangannya untuk sekolah buah hatinya pantas diacungi jempol . Setiap pagi mengangkat dua anaknya yang lumpuh ke kereta sorong ( beko) untuk bersekolah. lantas pergi ke kebun yang tidak jauh. Dan saat istirahat datang kembali untuk mengangkat anaknya ke kamar mandi.
            Perjuangan itu dilakukannya bertahun-tahun hingga pada akhirnya harus menyerah pada beratnya beban mencari nafkah. Ujian itu terlalu berat bagi seorang Parulian Br Hutapea
Hari-hari dilalui tanpa asa dan harapan. Mengandalkan penghasilan sebagai buruh harian di perladangan warga dengan gaji sekitar Rp. 30.000 per hari sangat tidak mungkin dapat menjawab kebutuhan perobatan suami yang sakit jiwa, tiga anak yang sakit. Dan janurai 2014 anak paling besar yang menderita lumpuh layu akhirnya meninggal dunia.
            Sementara Dina gadis berusia 13 tahun itu kerap menjadi ejekan teman-temannya di sekolah. Dina divonis menderita kelenjar triot pada leher sehingga tensinya sering diatas 170. Badan sangat kurus dan mata menjadi bengkak. Meski dengan kondisi sangat kurus gadis kecil ini tidak berhenti bersekolah. Kini dia duduk di bangku kelas 2 SLTP.
Saat dipertanyakan Dairi Pers apa yang menjadi cita-citanya gadis belia itu ingin sekali menjadi dokter. Namun sang ibu Br Hutapea langsung sedih dan menyatakan sama sekali itu tidak mungkin.
            Saat Dairi Pers mempertanyakan berbagai bantuan untuk masyarakat miskin seperti BLSM, Raskin dan bedah rumah justru ibu ini mengakui sama sekali tidak mengerti program itu. Baginya bisa bekerja dan dapat uang untuk membeli beras merupakan rutinitas “ Saya tidak mengerti bantuan apa itu dan tidak pernah ditawari” sebutnya dalam bahasa daerah
            Saat ditanyakan apa yang menjadi harapanya Ibu malang itu nyaris tidak mempunyai harapan lagi selain hanya menunggu sesuatu yang tidak pasti. Baginya kesehatan yang utama meski miskin.
Kondisi rumah yang sangat tidak layak huni berlantaikan tanah dan rumah tua membuat kesehatan keluarga di rumah tersebut semakin tidak terjamin. Belum lagi keluarga malang itu bagai terlupakan di sekitarnya.
            Ketua DPRD Dairi Delphi M Ujung, SH, MSi menyebutkan sejak Januari pihaknya bersama anggota DPRD-SU Richard Lingga mengupayakan penyembuhan bagi keluarga tersebut. “ Dengan difasilitasi Richard suami dari ibu ini telah dirawat di RSL Simalingkar medan. Dan kini dua anak yang kembar ini harus kita selamtakan. Saya masih berharap kalau Dani masih bisa berjalan dan bersekolah meski nanti tidak terlalu normal . Saya sudah bicara dengan dokter bedah dan optimis kaki Dani masih bisa dioperasi agar bisa lurus . Dan kelenjar triot di leher Dina mudah mudahan bisa disembuhkan dengan pengobatan teratur” sebutnya.
            Melihat kondisi ekonomi keluraga ini saya berpikir bagaimana sementara ibu ini berada disekitar Sidikalang dulu sehingga pengobatan anak-anaknya melalui BPJS bisa tuntas. Namun apa kegiatan ibu ini juga menjadi bahan pemikiran. Yah.. selama ini dua kali seminggu kita jemput dari amborgang untuk berobat ke RSUD Sidikalang .  Namun jauh ke depan ini merupakan tanggung jawab semua dan saya melihat untuk sebuah masa depan mungkin dengan bantuan bersama ibu ini bisa diberikan modal sehingga dapat membuka usaha warung. Beliau bisa dekat dan memperhatikan anak-anak dan barang kali ke depan bisa menjadi salah satu alternative membebaskan beban ibu ini” sebut Delphi. (R.07  )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar