Rabu, 05 Februari 2014

Memilih Dewan, Menggantung Leher



      Sidikalang-Dairi Pers : Demokrasi semu yang berlangsung selama orde baru membuat dewan sebagai wakil rakyat hanya boneka pemerintah. Fungsi wakil rakyat sebagai alat control pemerintah  menjadi mandul. Dewan hanya berlaku “Datang Duduk dan Diam”.
Hal itu terjadi karena warna partai pemerintah dan DPR sama. Bagaimana mungkin DPR menjalankan tugas mengawasi pemerintah ketika yang diawasi adalah  juga pimpinannya  di Partai.. Sejarah kelam itu telah merusak rakyat disemua sendi. Tidak berfungsinya dewan menjadikan rakyat sebagai korban pembodohan. Di lain pihak pemerintah dan segelintir kroni  bermewah-mewah  .
      Sejumlah ketua Partai Politik di Dairi yang diwawancarai Dairi Pers pecan silam menyebutkan Pemilu 4 April mendatang diperlukan kecerdasan rakyat dalam menjatuhkan pilihan. Berlaku hampir disemua daerah Ketika warna pemerintah kabupaten dan DPRD  sama maka hal yang akan terjadi adalah kolusi dan bukan pengawasan lagi. Idealnya dalam satu pemerintahan kabupaten, Propinsi bahkan  Negara , kepala daerah atau presiden tidak satu partai dengan ketua dewan.  Ketika satu warna bahkan satu partai maka yang terjadi lemahnya pengawasan terhadap pemerintah. Kepentingan rakyat akan terabaikan saat kondisi itu terjadi.
      Ketua Partai Gerindra Dairi Drs. Parlemen Sinaga, MM yang dimintai Dairi Pers komentarnya menyebutkan  tugas dewan ditingkat manapun adalah pengawasan terhadap pemerintah. Jika mayoritas dewan satu warna dengan pemerintah maka yang terjadi kerugian bagi rakyat. “ Bagaimana mungkin tupoksi dewan mengawasi pemerintah  lagi ketika dewannya satu partai dengan pemerintah. Apalagi kepala daerahnya ketua partai. Maka fungsi dewan akan mandul dan resiko kembali ke rakyat. Maka rakyat perlu cerdas dan  dituntut harus cerdas dalam menjatuhkan pilihan caleg pada April mendatang jika memang tulus berharap perubahan.
      Sesungguhhnya momen Pemilu adalah kesempatan merubah nasib rakyat. Namun jika rakyat tidak memperhitungkan perimbangan itu maka yang menjadi korban  adalah rakyat itu sendiri yang menjadi terabaikan kepentingannya “ sebut Parlemen.
      Sekretaris partai Demokrat Markus Purba,SE saat dimintai komentranya Rabu (29/1) menyebutkan idealnya kepala daerah dan ketua DPRD harus berbeda partai. Sedang komposisi dewan harus mencerminkan perimbangan sehingga demokrasi tumbuh subur dan fungsi dewan untruk mengawasi pemerintah dapat berjalan. “ Pengalaman orde baru telah terjadi dan itu karena dewan tidak berfungsi yang membuat pemerintah menjadi kebablasan. Sistim pemerintahan berubah otoriter bersembunyi dibalik demokrasi semu . Ini yang perlu dipikiran  masyarakat dalam memilih dewan. Semua tergantung kepada rakyat. Meski rakyat bebas menentukan pilihan namun resiko salah pilih juga akan dirasakan rakyat itu sendiri, ujarnya.
      Dikatakan Markus Purba, SE melihat kapasitasnya sebagai sekretaris Demokrat juga sebagai Caleg akan mudah diplesetkan pihak tertentu. . Namun dikatakan Marklus sama sekali tidak untuk tujuan itu . Namun bagaimana sebenarnya memberikan pemahaan politik kepada Rakyat. “ Tugas DPRD itu dimanapun untuk mengawasi pemerintah.  Rakyat menyampaikan aspirasi kepada Dewan berharap dibahas bersama dengan pemerintah. Tentu rakyat menyampaikan keluh kesah karena kelemahan pemerintah dan DPRD hanya menjembatani . Saat demikianlah perlunya dewan yang disegani, dewan yang tidak disepelekan pemerintah sehingga mau dan bersedia difasilitasi dewan bertemu dengan Rakyatnya tanpa banyak alas an dan rekayasa . Bagaimana mungkin keluh kesah dan aspirasi rakyat dapat  cepat  ditanggapi pemerintah jika dewannya anak buah seorang kepala daerah. Ini sulit minimal prosesnya lambat . Padahal rakyat selalku ningin keluh kesahnya cepat ditanggapi.  Maka yang dirugikan juga adalah rakyat.
      Untuk Pemilu 2014 tingkat local Dairi harusnya hal itu wajib  menjadi bahan pertimbangan rakyat dalam menjatuhkan pilihan,. Sedang berkaitan siapa vigor yang akan dipilih rakyat itu adalah bebas dan tanpa intervensi,  tambahnya.
      Ketua Partai Nasdem Dairi DR HC Abdul Angkat Mengatakan kembali kepada rakyat Dairi dalam memberikan perubahan kepada nasib dan kemajuan Dairi. Salah satu momen adalah Pemilu 2014. Namun prinsip utama perlunya rakyat memikirkan perimbangan wakil partai yang duduk di DPRD Dairi sehingga lembaga itu benar-benar berfungsi sebagai wakil rakyat yang bertugas mengkontrol pemerintah.
      “ Idealnya memang pejabat Negara dari kepala daerah hingga kepala Negara tidak usah menjadi ketua Partai. Namun hingga kini tidak ada aturan larang itu. Padahal resikonya cukup rentan kepada rakyat. Bagaimana mungkin seorang kepala daerah yang juga ketua parpol partai tertentu mempunyai kader mayoritas di Dewan lantas dapat memberikan koreksi kepada pemeirntah. Bagaimana mungkin mengkritisi kebijakan pemeirntah ketika yang dikritisi adalah juga ketua partainya? . Kader yang berada akan di dewan akan memilih diam  karena takut dikenai sanksi, teguran bahkan mungkin hingga PAW, Sebut Angkat.
      Maka pola pikir masyarakat perlu juga dicerdaskan sehingga dalam menjatuhkan pilihan dalam pemilu harus juga memikirkan kondisi itu. Jangan nantinya ketika legislative dan Eksekutif “mesra” justru yang menjadi korban adalah rakyat., sebutnya.
      Partai Hanura Dairi Togar Simorangkir berpendapat yang sama. Dirinya yang kini sebagai anggota DPRD Dairi yang masih aktif menyebutkan keputusan DPRD itu keputusan mayoritas anggota. DPRD dalam khakikatnya membela rakyat dan bukan membela pemerintah. Jika dalam satu pemerintahan jumlah dewan satu partai mayoritas dan kepala daerahnya adalah ketua partai yang sama maka dapat dipastikan daerah itu akan tertinggal. DPRD dan Pemeirntah akan hanyut dalam kemesraan atas bersembunyi dibalik partai. Kemesraan itu akan membuat rakyat terlupakan. “ Itu akan terjadi ketika pemerintah dan legislative satu warna.  Padahal tupoksinya berbeda satu mengawasi dan satu lagi diawasi. Ketika keduanya kolusi maka yang menjadi korban adalah rakyat itu sendiri. Semua aspirasi rakyat akan ditutupi ketika itu menyangkut kelemahan kepala daerah.
      Dikatakan semua terpulang kepada rakyat Dairi dalam memilih wakilnya. Sekedar menjatuhkan pilihan tanpa pikir panjang maka resikonya rakyat juga yang menanggung.. Dikatakan Togar dewan yang pro rakyat tidak bakalan beguna bagi rakyat ketika jumlahnya di dewan hanya sedikit. Namun jika dewan yang terpilih berasal dari vigor-vigur yang mempunyai cacatan perjalanan karir yang bersih kwalitas moral dan etikanya baik ditengah masyrakat maka jenis ini yang kan menjadi alat control yang benar untuk kinerja pemerintah.
      Pisser A Simamora ketua PKPB Dairi yang partainya bukan peserta Pemilu 2014 menyebutkan sederhana Logika berpikir saja bagaimana dewan mengawasi pemerintah yang kebetulan satu partai. Kekuasan ketua Parpol sangat besar yakni dapat memberhentikan atau mengganti dewan dari partainya.  Maka jika kepala daerah adalah ketua Parpol dapat dipastikan kader parpol tersebut di dewan tidak akan mampu melakukan tugasnya sebagai pengawas pemerintah, sebutnya.
      Dikatakan  Pisser sesungguhnya rakyat harus cerdas dan mempunyai tanggung jawab   jika ingin ada perubahan. Tidak akan mungkin kondisi nasib rakyat Dairi berubah jika  rakyatnya dalam pemilu tidak cerdas memberikan penilaian . Maka semua terpulang kepada rakyat. Dan itulah pemilu kesempatan memberikan perubahan. Namun jika tidak menyadari alamat Dairi akan jalan ditempat, sebutnya (R.07)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar