Parbuluan- Dairi Pers :
Kita bisa merasakan bagaimana tersiksanya dia di dalam kotak itu. Orang yang
waras sekalipun kalau dikurung dalam kotak seperti itu, selama tiga hari akan
terganggu
kejiwaannya dan bisa gila. Kenapa kalian menertawainya? Bukannya
kalian dapat melihat dan merasakan kondisinya?
Kalimat yang diucapkan Ms Yoanna ThM
tersebut sontak mengheningkan suasana. Mahasiswa Universitas Setia Budi Mandiri
(USBM) Sidikalang-Dairi yang sebelumnya merasa geli dan tertawa melihat kotak
yang lucu dibelakang rumah janda Boru Tumorang (85) yang isinya seorang manusia
bernama Hot Maringan Sinaga (38).
Ms Yoanna ThM bersama Ir Kosterpeter
Sinaga MSi selaku pengelola USBM, telah membuat program tetap (Protap) ‘Peduli
Kasih’ yang melibatkan seluruh mahasiswa/i universitas tersebut. Selaku
pengelola, mereka juga turuk serta mendampingi mahasiswa semester pertama
tersebut, dalam setiap aksi kepedulian, seperti mengunjungi orang yang dirawat
di RSUD Sidikalang; berbagi kasih dengan anak-anak di panti asuhan (yatim
piatu); mengunjungi orang yang kehidupannya dibawah sederhana (miskin) di Kota
Sidikalang, Sumbul, Tiga Baru, Sigalingging, Tigalingga dan Pardomuan.
“Makna dari keberhasilan adalah,
berguna bagi yang lain. Itulah tujuan program peduli kasih yang sesungguhnya.
Supaya, kalian semua sudah mampu dan membiasakan diri untuk peduli terhadap
lingkungan, komunitas dan lainnya mulai dari sejak dini. Dan langkah inilah
yang akan membiasakan rasa sensitive itu bias hidup,” ujar Yoanna.
Sebelumnya, rombongan yang berangkat dengan
menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat bak terbuka dari kampus tersebut,
telah berbagi kasih dengan keluarga Sinaga/ Br Pandiangan di Desa Parbuluan,
dengan memberikan dua zak beras dan berdoa bersama. Keluarga Sinaga yang
tinggal digubuk tersebut dipilih dan masuk dalam kategori yang layak mendapat
kepedulian dari semua orang termasuk mahasiswa USBM.
“Kami bukanlah orang yang kaya dan orang yang
sudah mampu untuk memberikan bantuan kepada bapak dan ibu sekeluarga. Tapi,
dengan segala kekurangan, kami mencoba untuk berbagi. Kami juga meminta
sumbangan ini kepada orang yang layak memberi dan kami serahkan kepada bapak
dan ibu,” ujar Ketua Panitia Peduli Kasih USBM KB-Dairi Wesdi Manullang.
Interaksipun terjadi antara pengelola
universitas dengan orang tua Hot Maringan Sinaga, Br Situmorang. “Dulu waktu
dia (Hot Maringan-red) dirawat di dalam kamar ibu, dia terlihat gemuk dan
bersih. Kenapa harus memindahkan dan mengasingkan dia ke belakang?” Tanya
Yoanna.
Dasar orang miskin yang tidak mampu dan
sudah habis tenaga, sebelum memberikan jawabannya, sudah terlebih dahulu
meneteskan air mata dan terisak-isak. Bahkan, dengan sumber daya yang begitu
pas-pasan, si ibu ini memberikan jawaban yang tidak menyentuh dengan
pertanyaan.
“Aha ma gogo niba na pogos on. Ai so adong be
manang ise na boi mangurupi au. (Apalah dayaku yang miskin ini. Aku hidup
sendiri dan tidak memiliki siapapun),” ujarnya dengan menangis.
Dengan terbata-bata, si ibu yang malang
ini meneruskan ceritanya. “Ketika dia kami buat dalam kamar, tetangga protes
dengan kotoran yang dikeluarkannya. Sehinhgga, kami memutuskan untuk membuatnya
kebelakang dan terasing,” lanjutnya.
Ketika ditanyakan, apakah dia sudah
pernah menyakiti manusia atau warga setempat, ibu ini mengatakan tidak. Namun,
keputusan untuk mengasingkan ke belakang rumah dan membuat ‘gubuk’ tersebut
mereka lakukan, karena menjaga hal-hal yang sangat fatal akan terjadi. “Kalau
kami pergi ke ladang tau kemana-mana, dia sudah lebih aman di dalam itu,”
akunya polos tanpa pernah berfikir telah memperkosa haknya.
Dengan sedikit menahan geram, rombongan
USBM pun mencoba memberikan penjelasan dan pencerah kepada orang tua yang tidak
diperdulikan oleh Kepala Desa dan pimpinan agama yang dianut si ibu. “Ibu harus
mengerti dengan pelanggaran Hak Azasi Manusia (HAM). Sedangkan orang yang sudah
menghilangkan nyawa manusia, masih diberikan kesempatan untuk menikmati sinar
matahari di pagi hari. Bisa duduk dengan baik dan sempurna, bisa berdiri dan
melihat alam ciptaan Tuhan,” lanjut Yoanna.
Menyadari
perbuatannya telah mengancam keselamatan putranya, si ibu pun semakin histeris
menangis. Dia juga berusaha membela dirinya dengan alasan tidak ada seorang pun
yang perduli dengan nasibnya. Untuk makan saja sudah, boro lagi memikirkan
nasib anaknya. (Najogi)
bacaan ini sangat mempengaruhi pikiran seseorang
BalasHapus