Senin, 07 Januari 2013

Peduli Kasih Yang Mengubah


Parbuluan- Dairi Pers : Kita bisa merasakan bagaimana tersiksanya dia di dalam kotak itu. Orang yang waras sekalipun kalau dikurung dalam kotak seperti itu, selama tiga hari akan terganggu
kejiwaannya dan bisa gila. Kenapa kalian menertawainya? Bukannya kalian dapat melihat dan merasakan kondisinya?
Kalimat yang diucapkan Ms Yoanna ThM tersebut sontak mengheningkan suasana. Mahasiswa Universitas Setia Budi Mandiri (USBM) Sidikalang-Dairi yang sebelumnya merasa geli dan tertawa melihat kotak yang lucu dibelakang rumah janda Boru Tumorang (85) yang isinya seorang manusia bernama Hot Maringan Sinaga (38).
Ms Yoanna ThM bersama Ir Kosterpeter Sinaga MSi selaku pengelola USBM, telah membuat program tetap (Protap) ‘Peduli Kasih’ yang melibatkan seluruh mahasiswa/i universitas tersebut. Selaku pengelola, mereka juga turuk serta mendampingi mahasiswa semester pertama tersebut, dalam setiap aksi kepedulian, seperti mengunjungi orang yang dirawat di RSUD Sidikalang; berbagi kasih dengan anak-anak di panti asuhan (yatim piatu); mengunjungi orang yang kehidupannya dibawah sederhana (miskin) di Kota Sidikalang, Sumbul, Tiga Baru, Sigalingging, Tigalingga dan Pardomuan.

“Makna dari keberhasilan adalah, berguna bagi yang lain. Itulah tujuan program peduli kasih yang sesungguhnya. Supaya, kalian semua sudah mampu dan membiasakan diri untuk peduli terhadap lingkungan, komunitas dan lainnya mulai dari sejak dini. Dan langkah inilah yang akan membiasakan rasa sensitive itu bias hidup,” ujar Yoanna.
 Sebelumnya, rombongan yang berangkat dengan menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat bak terbuka dari kampus tersebut, telah berbagi kasih dengan keluarga Sinaga/ Br Pandiangan di Desa Parbuluan, dengan memberikan dua zak beras dan berdoa bersama. Keluarga Sinaga yang tinggal digubuk tersebut dipilih dan masuk dalam kategori yang layak mendapat kepedulian dari semua orang termasuk mahasiswa USBM.
 “Kami bukanlah orang yang kaya dan orang yang sudah mampu untuk memberikan bantuan kepada bapak dan ibu sekeluarga. Tapi, dengan segala kekurangan, kami mencoba untuk berbagi. Kami juga meminta sumbangan ini kepada orang yang layak memberi dan kami serahkan kepada bapak dan ibu,” ujar Ketua Panitia Peduli Kasih USBM KB-Dairi Wesdi Manullang.
Interaksipun terjadi antara pengelola universitas dengan orang tua Hot Maringan Sinaga, Br Situmorang. “Dulu waktu dia (Hot Maringan-red) dirawat di dalam kamar ibu, dia terlihat gemuk dan bersih. Kenapa harus memindahkan dan mengasingkan dia ke belakang?” Tanya Yoanna.
Dasar orang miskin yang tidak mampu dan sudah habis tenaga, sebelum memberikan jawabannya, sudah terlebih dahulu meneteskan air mata dan terisak-isak. Bahkan, dengan sumber daya yang begitu pas-pasan, si ibu ini memberikan jawaban yang tidak menyentuh dengan pertanyaan.
 “Aha ma gogo niba na pogos on. Ai so adong be manang ise na boi mangurupi au. (Apalah dayaku yang miskin ini. Aku hidup sendiri dan tidak memiliki siapapun),” ujarnya dengan menangis.
Dengan terbata-bata, si ibu yang malang ini meneruskan ceritanya. “Ketika dia kami buat dalam kamar, tetangga protes dengan kotoran yang dikeluarkannya. Sehinhgga, kami memutuskan untuk membuatnya kebelakang dan terasing,” lanjutnya.
Ketika ditanyakan, apakah dia sudah pernah menyakiti manusia atau warga setempat, ibu ini mengatakan tidak. Namun, keputusan untuk mengasingkan ke belakang rumah dan membuat ‘gubuk’ tersebut mereka lakukan, karena menjaga hal-hal yang sangat fatal akan terjadi. “Kalau kami pergi ke ladang tau kemana-mana, dia sudah lebih aman di dalam itu,” akunya polos tanpa pernah berfikir telah memperkosa haknya.
Dengan sedikit menahan geram, rombongan USBM pun mencoba memberikan penjelasan dan pencerah kepada orang tua yang tidak diperdulikan oleh Kepala Desa dan pimpinan agama yang dianut si ibu. “Ibu harus mengerti dengan pelanggaran Hak Azasi Manusia (HAM). Sedangkan orang yang sudah menghilangkan nyawa manusia, masih diberikan kesempatan untuk menikmati sinar matahari di pagi hari. Bisa duduk dengan baik dan sempurna, bisa berdiri dan melihat alam ciptaan Tuhan,” lanjut Yoanna.
Menyadari perbuatannya telah mengancam keselamatan putranya, si ibu pun semakin histeris menangis. Dia juga berusaha membela dirinya dengan alasan tidak ada seorang pun yang perduli dengan nasibnya. Untuk makan saja sudah, boro lagi memikirkan nasib anaknya. (Najogi)

1 komentar: