Rabu, 07 November 2012

Gerakan Pulungen Tawar


     Sekali lagi aku meminjam istilah sahabat saya Saut Sihombing kisah di kabupaten Banua Holling. Cerita ini mengangkat kisah bagaimana pada kepala dinas di pemerintahan kabupaten Banua Holling “lalap Papungu Taru”. Bagi sang penguasa ini dianggap tawar karena dapat darah segar
dan infus kantong. Program itu  dikenal dengan “ gerakan  pulungen tawar”. Saya sendiri tak perduli kalau itu benar dari pribadi para kadis. Yang saya curigai itu uang  rakyat untuk kepentingan bupatinya.
     Haqqul yakin para kepala dinas di kabupaten Banua Holling bukan orang bodoh. Tentu mereka ketika dibebankan “ papungu taru” tidak akan mau menyumbangkan gaji serta tunjangannya. Jika coba berani maka siap-siap di rumah di smack down istri. Sehingga yang timbul dibenakku pasti yang terjadi cerita tekan menekan . penguasa tekan kepala dinas. Kepala dinas tekan staf. Staf tekan rakyat. Rakyat tekan sendal. Semua itu terjadi karena pulungen tawar.
     Sesungguhnya aku gak perduli dengan penderitaan mereka. Karena toh itu pilihan mereka. Bahkan karena bodohnya ada yang sampai menyogok untuk jabatan. Ada yang sanggup menjual harga diri demi dekat dengan kekuasaan. Ada yang sanggup berkata bohong , menyikut sesama teman demi dekat dengan kekuasaan. Kadang lucu seh harus berlaku kotor demi jabatan. Setelah duduk hanya untuk ikut main kotor. Mungkin ini salah satu mengapa kepercayaan rakyat terhadap pemerintah terus menurun.
     Dari mantan kepala dinas Kab. Banua Holling ku dapat cerita kalau mereka semasa dekat dengan penguasa berbagai acara, even dan pesta yang digelar selalu dilibatkan untuk gerakan “Pulungen Tawar”. Kalau sang bos berangkat keluar dari kabupaten Banua Holling pasti dipanggil untuk gerakan  pulungen tawar. Ketika akan jalan-jalan ke desa juga di panggil untuk gerakan “pulungen tawar” .Ketika bos mau ke luar negeri juga sama “ Lalap Pulungen Tawar” .Bahkan ketika anak sang bos pesta kawin mereka juga “ pulungen tawar”. Kini setelah mereka lepas dari jabatan itu baru berkata “ Anaknya yang enak-enakan kawin kita yang ngos- ngosan “.
     Alhamdulilah kini gerakan itu tetap saja tidak berubah. Hanya wajah orangnya saja yang berubah seiring seringnya mutasi dilakukan. Suatu tekhnik brilian perlunya penyegaran donatur untuk gerakan pulungen tawar. Bocoran yang kuterima pokoknya ada dua yang harus selalu ditaati kalau mau bertahan di jabatan pertama jangan pernah menolak gerakan pulungen tawar dan yang kedua jawab selera bos soal kibod dan joget-joget. Tak usah berprestasi di dunia kerja karena itu tidak termasuk dalam kriteria penilaian.
     Bicara ngeles, berbohong dan menipu diri para kepala dinas di kabupaten Banua Holling tidak usah diragukan lagi. Maka misalnya ketika gerakan pulungen tawar ini ditanya pasti beraneka jawaban. Ada yang mengatakan tidak ada, ada juga yang mengatakan dari kantong pribadi. Sepertinya juga sudah menjadi budaya di kalangan para elit pemerintah kabupaten ini baru jujur ketika sudah lepas jabatan. Kalau masih dekat sama-sama menikmati indahnya harum bunga  itu tidak mampu berkata jujur.
     Saya hanya berkata “pasuda biccar… karcis I do tusi” menunggu datangnya perubahan. Ketika perubahan itu tiba maka baris satu masuk penjara. Para pejabat Pakpak Bharat telah banyak yang gol ketika perubahan tiba. Semua pejabat nakal baris satu masuk penjara karena  korupsi. Pertanyaannya sederhana mungkinkah para pejabat bawahannya itu masuk penjara namun tidak tersangkut pimpinannya?.
     Bagi mantan pejabat kadis di kabupaten Banua holling saya selalu berkata bersyukurlah telah lepas dari jabatan. Sebaliknya jika dapat jabatan maka menangislah karena itu sesungguhnya langkah awal masuk hotel Rimo Bunga. Semua itu karena besarnya cost entertaiment pulungen tawar . (Chief Of Editor)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar