Sekali lagi aku meminjam istilah sahabat saya Saut Sihombing
kisah di kabupaten Banua Holling. Cerita ini mengangkat kisah bagaimana pada
kepala dinas di pemerintahan kabupaten Banua Holling “lalap Papungu Taru”. Bagi
sang penguasa ini dianggap tawar karena dapat darah segar
dan infus kantong.
Program itu dikenal dengan “
gerakan pulungen tawar”. Saya sendiri
tak perduli kalau itu benar dari pribadi para kadis. Yang saya curigai itu uang rakyat untuk kepentingan bupatinya.
Haqqul yakin para kepala dinas di kabupaten Banua Holling bukan
orang bodoh. Tentu mereka ketika dibebankan “ papungu taru” tidak akan mau
menyumbangkan gaji serta tunjangannya. Jika coba berani maka siap-siap di rumah
di smack down istri. Sehingga yang timbul dibenakku pasti yang terjadi cerita tekan
menekan . penguasa tekan kepala dinas. Kepala dinas tekan staf. Staf tekan
rakyat. Rakyat tekan sendal. Semua itu terjadi karena pulungen tawar.
Sesungguhnya aku gak perduli dengan penderitaan mereka. Karena
toh itu pilihan mereka. Bahkan karena bodohnya ada yang sampai menyogok untuk
jabatan. Ada yang sanggup menjual harga diri demi dekat dengan kekuasaan. Ada
yang sanggup berkata bohong , menyikut sesama teman demi dekat dengan
kekuasaan. Kadang lucu seh harus berlaku kotor demi jabatan. Setelah duduk
hanya untuk ikut main kotor. Mungkin ini salah satu mengapa kepercayaan rakyat
terhadap pemerintah terus menurun.
Dari mantan kepala dinas Kab. Banua Holling ku dapat cerita
kalau mereka semasa dekat dengan penguasa berbagai acara, even dan pesta yang
digelar selalu dilibatkan untuk gerakan “Pulungen Tawar”. Kalau sang bos
berangkat keluar dari kabupaten Banua Holling pasti dipanggil untuk
gerakan pulungen tawar. Ketika akan
jalan-jalan ke desa juga di panggil untuk gerakan “pulungen tawar” .Ketika bos
mau ke luar negeri juga sama “ Lalap Pulungen Tawar” .Bahkan ketika anak sang
bos pesta kawin mereka juga “ pulungen tawar”. Kini setelah mereka lepas dari
jabatan itu baru berkata “ Anaknya yang enak-enakan kawin kita yang ngos-
ngosan “.
Alhamdulilah kini gerakan itu tetap saja tidak berubah. Hanya
wajah orangnya saja yang berubah seiring seringnya mutasi dilakukan. Suatu
tekhnik brilian perlunya penyegaran donatur untuk gerakan pulungen tawar.
Bocoran yang kuterima pokoknya ada dua yang harus selalu ditaati kalau mau
bertahan di jabatan pertama jangan pernah menolak gerakan pulungen tawar dan
yang kedua jawab selera bos soal kibod dan joget-joget. Tak usah berprestasi di
dunia kerja karena itu tidak termasuk dalam kriteria penilaian.
Bicara ngeles, berbohong dan menipu diri para kepala dinas di
kabupaten Banua Holling tidak usah diragukan lagi. Maka misalnya ketika gerakan
pulungen tawar ini ditanya pasti beraneka jawaban. Ada yang mengatakan tidak
ada, ada juga yang mengatakan dari kantong pribadi. Sepertinya juga sudah
menjadi budaya di kalangan para elit pemerintah kabupaten ini baru jujur ketika
sudah lepas jabatan. Kalau masih dekat sama-sama menikmati indahnya harum
bunga itu tidak mampu berkata jujur.
Saya hanya berkata “pasuda biccar… karcis I do tusi” menunggu
datangnya perubahan. Ketika perubahan itu tiba maka baris satu masuk penjara.
Para pejabat Pakpak Bharat telah banyak yang gol ketika perubahan tiba. Semua
pejabat nakal baris satu masuk penjara karena
korupsi. Pertanyaannya sederhana mungkinkah para pejabat bawahannya itu
masuk penjara namun tidak tersangkut pimpinannya?.
Bagi mantan pejabat kadis di kabupaten Banua holling saya selalu
berkata bersyukurlah telah lepas dari jabatan. Sebaliknya jika dapat jabatan
maka menangislah karena itu sesungguhnya langkah awal masuk hotel Rimo Bunga.
Semua itu karena besarnya cost entertaiment pulungen tawar . (Chief Of Editor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar