Kamis, 06 September 2012

Lima Tahun Mendatang Dairi & Pakpak Bharat Kekeringan


    Sidikalang-Dairi pers : aktifotas perambahan hutan di sekitar si cike-cike Parbuluan, Dairi hingga kini
tidak dapat dihentikan aparat berwajib. Pemkab Dairi yang mempunyai anggaran untuk penjagaan hutan juga bagai tak perduli dengan pengrusakan hutan. Diperkirakan 5 tahun ke depan air bersih untuk Dairi dan Pakpak Bharat bakal hilang. Kekeringan bukan hal yang tidak mungkin terjadi di dua kabupaten ini mengigat si cike-cike merupakan sumber air utama bagi dua kabupaten ini. Demikian  Tokoh masyrakat Pakpak  Raja Ardin Ujung ,S Pdi kepada Dairi Pers pekan silam.

     Disebutkan aksi pencurian kayu di Parbuluan sudah berada pada tingkat meresahkan dan sepertinya terkordinir rapi hingga sulit diberantas. Disisi lain sepertinya pihak yang harusnya bertanggung jawab menyelamatkan hutan Dairi bagai kurang merespon apa yang terjadi di daerah itu. “ Saya kira ini sudah berulang kali menjadi sorotan media massa. Lantas temuan DPRD Dairi . Namun bagai tidak ada yang peduli. Ingat ini harapan dua kabupaten. Jika hutannya rusak maka siap-siap saja Dairi dan pakpak Bharat kekeringan. Jika kering maka berarti azablah bagi dua kabupaten ini “ tegas Ardin Ujung.
     Ditambahkan pelaku kejahatan terhadap hutan ini hanya berpikiran uang untuk kepentingan pribadi tanpa memikirkan efeknya bagai kepetingan umum kelak.  Harusnya aparat tegas dan mampu secara tulus  menjatuhkan hukuman kepada pelakunya serta orang-orang yang membekingi aksi pencurian hutan tersebut. “ Bukan hanya kerusakan yang jadi persolaan namun generasi berikuitnya juga akan menaggung sakitnya akibat kerakusan oknum-oknum perambah hutan saat ini “ sebut Ardin
     Hal senada juga disampaikan tokoh Pakpak dari Parbuluan Constanti Capah yang menyebutkan adanya pertambahan hutan di daerah sipitu marga andil beberapa oknum maupun kelompok mengatas namankan sebuah perusahaan . Dikatakan si cike-cike merupakan daerah tangkapan air danau toba sehingga harus tetap terpelihara untuk menjaga suplus air.  Sehingga menjaga hutan si cike-cike merupakan harga mati. “ kita meminta instansi penegak hukum dan pemkab Dairi tegas dalam menjaga hutan. Sicike-cike bukan sekedar hutan namun sisike-cike adalah\cagar budaya yang menurut orang pakpak adalah sakral” sebut Capah.
     Disebutkan menilaht sejumlah anak sungai di daerah si sike-cike sudah tidak normal lagi debit air sungainya. Jika kemarau sudah sangat kering sedang pada musim hujan sungai membanjir. Hal itu dikatakan sebagai bukti hutan diatasnya sudah rusak sehingga debit air di sungai tidak menentu lagi. “ ini suatu bukti dan secepatnya harus diselamatkan  “ tegasnya ( EKA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar