Sidikalang-Dairi pers : aktifotas perambahan hutan di sekitar si
cike-cike Parbuluan, Dairi hingga kini
tidak dapat dihentikan aparat berwajib.
Pemkab Dairi yang mempunyai anggaran untuk penjagaan hutan juga bagai tak
perduli dengan pengrusakan hutan. Diperkirakan 5 tahun ke depan air bersih
untuk Dairi dan Pakpak Bharat bakal hilang. Kekeringan bukan hal yang tidak
mungkin terjadi di dua kabupaten ini mengigat si cike-cike merupakan sumber air
utama bagi dua kabupaten ini. Demikian
Tokoh masyrakat Pakpak Raja Ardin
Ujung ,S Pdi kepada Dairi Pers pekan silam.
Disebutkan aksi pencurian kayu di Parbuluan sudah berada pada
tingkat meresahkan dan sepertinya terkordinir rapi hingga sulit diberantas.
Disisi lain sepertinya pihak yang harusnya bertanggung jawab menyelamatkan
hutan Dairi bagai kurang merespon apa yang terjadi di daerah itu. “ Saya kira
ini sudah berulang kali menjadi sorotan media massa. Lantas temuan DPRD Dairi .
Namun bagai tidak ada yang peduli. Ingat ini harapan dua kabupaten. Jika
hutannya rusak maka siap-siap saja Dairi dan pakpak Bharat kekeringan. Jika
kering maka berarti azablah bagi dua kabupaten ini “ tegas Ardin Ujung.
Ditambahkan pelaku kejahatan terhadap hutan ini hanya berpikiran
uang untuk kepentingan pribadi tanpa memikirkan efeknya bagai kepetingan umum
kelak. Harusnya aparat tegas dan mampu
secara tulus menjatuhkan hukuman kepada
pelakunya serta orang-orang yang membekingi aksi pencurian hutan tersebut. “
Bukan hanya kerusakan yang jadi persolaan namun generasi berikuitnya juga akan
menaggung sakitnya akibat kerakusan oknum-oknum perambah hutan saat ini “ sebut
Ardin
Hal senada juga disampaikan tokoh Pakpak dari Parbuluan Constanti
Capah yang menyebutkan adanya pertambahan hutan di daerah sipitu marga andil
beberapa oknum maupun kelompok mengatas namankan sebuah perusahaan . Dikatakan
si cike-cike merupakan daerah tangkapan air danau toba sehingga harus tetap
terpelihara untuk menjaga suplus air.
Sehingga menjaga hutan si cike-cike merupakan harga mati. “ kita meminta
instansi penegak hukum dan pemkab Dairi tegas dalam menjaga hutan. Sicike-cike
bukan sekedar hutan namun sisike-cike adalah\cagar budaya yang menurut orang
pakpak adalah sakral” sebut Capah.
Disebutkan menilaht sejumlah anak sungai di daerah si sike-cike
sudah tidak normal lagi debit air sungainya. Jika kemarau sudah sangat kering
sedang pada musim hujan sungai membanjir. Hal itu dikatakan sebagai bukti hutan
diatasnya sudah rusak sehingga debit air di sungai tidak menentu lagi. “ ini
suatu bukti dan secepatnya harus diselamatkan
“ tegasnya ( EKA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar