Rabu, 06 Juni 2012

Soal Memberangkatkan Kepala desa ke Yogya

Terbukti Bupati Dairi Tidak Berani Debat
      Sidikalang-Dairi pers : Debat interaktif  yang digagasi Forum Masyarakat Dairi anti pembodohan di Radio Romero selasa (29/5) jalam 18.00 s/d 20.00 WIB membahas seputar kotroversi keberangakta 161 kepala desa ke Yogyakarta mendapat applus luar biasa dari pendengar.
Ratusan SMS masuk sebagai respon dan semua penelepon intinya menolak kunjungan para kepdes ke yogya dengan menggunakan APBD Dairi. Sayang dalam debat yang harusnya menghadirkan Bupati Dairi Johnny Sitohang atau sekda Dairi Julius Gurning, tak satupun utusan pemkab Dairi berani muncul.
      Kordinator Forum Rakyat Dairi Anti Pembodohan Drs. Passiona Sihombing menyebutkan tiga hari sebelum acara dialog interaktif telah disampaikan undangan kepada pihak pemkab Dairi agar hadir dalam acara tersebut. Diharapkan dengan kehadiran ini akan terjadi diskusi dan transparansi apa yang dilakukan pemerintah dan alasan signifikan mengutamakan studi banding itu. Masalah keberangkatan kepala desa ke Yogya karta sangat penting diketahui rakyat karena menggunakan dana APBD disamping juga ada sekitar RP. 5 juta per kepala desa dipungut dari ADD . Ini penting diketahui masyarakat dan ini perlu transparansi pemerintah. Namun inilah kenyataan pemkab juga tidak berani menjelaskan masalah itu secara transparan.Jadi biarlah rakyat Dairi yang menilai apakah pemkab Dairi itu sportif  atau memang mempunyai niat terselubung “ sebut Passiona
      Sesuai perkiraan sebelumnya pemkab bakalan tidak punya nyali untuk dialog ini terbukti. Dialog terbuka yang harusnya menghadirkan pemkab Dairi ternyata hanya di hadir nara sumber Drs. Passiona Sihombing kordinator FRD- Anti Pembodohan, Hendrik Situmeang Pimpinan Redaksi Dairi Pers. Sondang Silalahi jurnalis , Dahlan Sianturi dan Pisser Simamora anggota DPRD Dairi. Sedang kepala desa yang diundang berserta ketua Asosiasi kepala desa Singkat Nababan tidak hadir dalam acara yang sebenarnya banyak manfaatnya untuk pencerahan rakyat itu.
       Dalam dialog yang dimoderatori Ronald Silalahi dari LSM Sada Ahmo  ini membahas keberangkatan 161 kepala desa menuju Yogyakarta dengan alasan studi banding. Nara sumber menjelaskan harusnya sebuah studi banding mempunyai grand disain yang jelas ,terukur dan benar. Sehingga hasilnya terukur dan dapat dipertanggung jawabkan. Disaping itu jika benar Bupati ingin memberikan peningkatan SDM kepada kepala desa mengapa tidak diberangkatan bertahap. Artinya 161 desa dibagi pertahun sehingga selama lima tahun Bupati memimpin semua kepala desa sudah melakukan studi banding. Lantas yang terjadi berangkat secara besar besaran. Hal ini mengundang tanda tanya ada apa? Apakah para kepala desa ini akan dijadikan komoditi untuk pilkada tahun depan?
      Sedang yang paling dikhawatirkan forum justru kepala desa terjebak dalam nuansa korupsi dimana di Badan Pemdes telah dianggarkan Rp. 1.1 miliar namun kepala desa juga dipungut Rp. 5 juta per orang. Perjalanan dinas kepala desa yang ada di ADD adalah perjalanan dinas ke dusun sebesar Rp. 3, 5 juta pertahun. Maka dikhawatirkan jika kepala desa menngambil  dana dari ADD kelak akan menimbulkan efek tersangkut kasus hukum.
      Sementara itu dari penelepon interaktif secara umum menyampaikan penolakan atas kebijakan pemkab karena dinilai tidak patut ketika jalan dan fasilitas umum rusak parah. Harusnya pemkab lebih dahulu membenahi kepentingan publik daripada mengajarkan kepala desa jalan-jalan. (R.07)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar