ditempelkan di kendaraan
yang beroperasi di Dairi. Stiker juga ditempelkan di warung-warung serta kedai
kopi dan kantor-kantor instansi pemerintah dan legislatif. Penempelan stiker
itu sebagai simbol mengkritisi pemerintah Dairi dalam pengalokasian dana yang
dianggap tidak berpihak kepada Rakyat.
Pantauan Dairi Pers
stiker yang beredar yakni “ Rakyat Sedang lapar TOLAK WISATA POLITIK” rakyat
bisa marah. Stop Pembodohan kepada
Rakyat. Sudah Saatnya KPK Turun Ke
Dairi. Dan Ulakken Kepeng Rakyat, Somal ko Kidah. Stiker dengan tulisan itu
tertempel di kendaraan dan angkutan kota.
Kordinator Forum
Masyarakat Dairi Anti Pembodohan Drs. Passiona Sihombing, MBA menyebutkan
penempelan stiker ini sebagai pencerahan kepada rakyat Dairi akan apa yang
tengah terjadi di Dairi. Stiker itu tentu bukan asal dituliskan namun Forum
mempunyai berbagai data berkaitan dengan penggunaan dana APBD Dairiyang sudah
melanggar aturan , keadilan dan azas kepatutan. Bukan itu saja beberapa
anggaran yang ada di Bansos dianggap sudah tidak mencerminkan nurani kepatutan
dan berpotensi gratifikasi politik.
Tidak hanya itu uang rakyat yang digunakan untuk biaya
keberangkatan para pendeta dan umat muslim ke luar negeri mungkin secara
yuridis dibenarkan namun secara kepatutan apakah sudah adil?. Apakah itu sudah
prioritas ketika terlalu banyak jalan menuju desa yang rusak parah. Tidak dapat
dipungkiri ekonomi rakyat tengah hancur yang ditandai banyaknya raskin yang
masuk. Lantas apakah sudah sangat penting sekali mengutus orang ke luar negeri
mememakai uang rakyat?
Paling memilukan
menurut Passiona meski kompenen rakyat telah mengkritsi keberangkatan para
tokoh agama ini ke Yerusalem dan Mekah
menggunakan uang rakyat. Kembali pemkab Dairi bersifat tidak perduli dengan
tuntutan rakyat. Dalam waktu dekat akan memberangkatan 161 kepala desa ke Yogya
berlindung dibalik peningkatan SDM. Tidak tanggung tanggung uang rakyat kembali
dikorbankan untuk kegiatan ini sebesar Rp. 1 Miliar lebih. Dan informasi lain
sejumlah kepala desa juga diminta membayar Rp. 5.040.000 bahkan ada kepala desa
yang dimintai Rp. 8 juta untuk kegiatan tersebut. Lantas yang menjadi
pertanyaan mengapa untuk satu kegiatan mempunyai dua sumber dana?. Berdasar PP
No. 72 tahun 2005 tentang pemerintahan desa tidak mengenal program peningkatan
SDM. Jadi payung hukumnya ini apa? Sebut Passiona.
Disamping itu tetap
yang menjadi pertanyaan mengapa pemkab Dairi begitu getolnya memberangkatan
kepala desa untuk kegiatan seperti itu padahal banyak kebutuhan rakyat yang
lebih mendesak seperti perbaikan sarana umum jalan yang rusak. Ini terkesan
dipaksakan karena pemerintah sesuai
peraturan harus mengutamakan skala prioriotas. Maka jangan salahkan rakyat
ketika mesinyalir kalau kegiatan seperti itu lebih identik politik untuk kepentingan
seseorang menjelang pemilukada tahun
depan., sebutnya.
Passiona menyebutkan
stiker ini kembali dilakukabn sebagai kritisi dan perlawanan akan
kebijakan pemerintah yang tidak mengacu
pada kepentingan umum rakyat. Jika masih tetap memaksakan kehendak dan enggan
mendengarkan rakyat maka telah ada kesepakatan atas sejumlah elemen masyakat
Dairi yang akan melaklukan demo besar-besaran. “ Bukan hanya di Dairi yang kita
tunggu bahkan telah ada kesepakatan LSM, OKP, Waratawan Parpol dan elemen
masyrakat dairi ketika kepala desa berangkat akan kita boikot di Polonia
sehingga nanti masalahnya menjadi masalah nasional. “ sebut Passiona. (R.07)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar