Sidikalang-Dairi
pers : mantan Ketua DPRD Dairi Abidan Sinaga menilai selama tiga tahun
mengikuti perkembangan Dairi sejak dipimpin Bupati Johnny Sitohang anjlok dan
nyaris tidak mempunyai perkembangan.
“Saya tidak mengerti apa yang menjadi
tujuan bupati ini namun kenyataannya sama sekali tidak ada yang menonjol. Ini
penurunan tajam dalam sejarah Dairi” sebutnya. Diuraikan persis di depan
rumahnya gedung Djauli Manik dialokasikan
dana untuk pembuatan taman senilai Rp. 600
juta namun tidak ada guna dan manfaatnya.
Lokasi
cagar budaya itu malah gelap kala malam dan minim penerangan. Sementara itu
prasarana umum jalan dan kebutuhan masyarakat rusak dan kemiskinan masyarakat
semakin bertambah.. Kesusahan hidup terus dirasakan rakyat , ujarnya. Abidan
menyebutkan situasi pemerintahan Dairi
semkain tidak popular sejak kebijakan mutasi besar - besaran di lingkungan
pemkab Dairi. Banyak mutasi yang dilakukan pemerintah akhirnya melahirkan air
mata. Di sisi lain dikatakan munculnya apatisme PNS dan was-was dalam bekerja.
Dalam pengelolalan PD
Pasar dikatakan justru semakin semrawut terbukti dengan pasar Sidikalang yang
rendah manajemen dalam pengelolaan dan hasilnya PD Pasar merugi. “ Aneh semasa
masih Dinas Pasar menguntungkan dan memberikan PAD. Justru setelah menjadi PD
Pasar menjadi merugi. Ada apa ini? Jangan sampai perusahan daerah ini dijadikan ajang untuk korupsi. Atau malah merugi karena
kesalahan sejak awal memilih orang-orang yang mengelolanya “ tegas Sinaga
“ saya pernah bersama
saudara Johnny Sitohang menjadi anggota DPRD Dairi. Kala itu saya ketua dan
Saudara Johny wakil ketua. Tentu saya
juga mempunyai beberapa kisah menarik bersama saudara Johnny Soal keuangan saat
di DPRD. Tentu saya berani mengatakan itu karena mempunyai fakta-fakta. Jika
kelak dibutuhkan saya juga bisa mengadukannya” sebut Abidan.
Diakhir
wawancara Abidan menyebutkan sangat sedih melihat apa yang terjadi di Dairi
karena semakin hari-semakin hancur. Gairah PNS menu-run dan yang muncul
kekhawatiran atas mutasi dan khawatiran akan sejumlah dana yang dipungut dalam
kunker. “ Saya melihat program kunker ini tidak mendasar karena tidak menyentuh
kepentingan rakyat. Boleh saja rakyat dibohongi mengatakan Johnny Sosok Bupati yang
langsung menjumpai masyarakat di desa.
Pertayaannya apa dengan berjumpa rakyat tidak miskin lagi. Belum lagi jika
kunker kabarnya bupati melakukan penghamburan uang dengan sawer. Saya kira rakyat
juga sudah saatnya sadar bukan dengan menerima sawer Rp. 10.,000 atau Rp.
50.000 lantas nasib berubah, tegasnya (EKA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar