Sidikalang-Dairi
Pers : Mungkin terlihat sederhana. tanpa
pengaruh , Resiko menerima uang suap Rp. 10.000 s/d Rp. 100.000 yang diberikan
tim sukses caleg. Namun jauh lebih dalam
kerusakan moral dan proses penghancuran
daerah
dan bangsa terus berlangsung. Jika diawalnya hanya segelintir oknum
caleg menyebar money politik dan itu batas caleg local . Kini bahkan menyaru
hingga caleg Propinsi, Pusat dan DPD
Mungkin pemilu 2014 pemilu terburuk dalam sejarah Dairi.
Pantauan Dairi Pers
jelang pemilu 2014 sejumlah oknum sejenis tim sukses bergerak “door to door” juga menngumpulkan calon
pemilih di rumahnya. Secara umum TS bukan menerangkan visi misi caleg. Juga
tidak pernah menerangkan alasan mengapa harus memilih caleg yang
dipromosikannya . Namun yang disampaikan besaran jumlah uang suap serta tata
cara mencoblos caleg yang memberikan uang suap agar tidak salah orang.
Peran TS hanya mencari
kalimat lebih halus dengan sebutan “ uang aqua”, “uang Rokok”, ongkos ke TPS” “
oleh-oleh” hingga yang terpopuler “ par
Sidebban” . Padahal semua kalimat itu hanya kamuflase yang sebenarnya praktek money politik. Tidak sedikitpun tim
sukses menjelaskan apa program dan komitmen
caleg yang diusung yang menjadi harapan rakyat saat terpilih mewakili
rakyat.
Disisi lain oknum caleg
tidak direpotkan dengan beban janji.
Cukup hanya memikirkan uang dan dana untuk kepentingan amplop suap
kepada calon pemilih. Dengan sedikit pengawasan
kepada TS maka selanjutnya terpilih mewakili rakyat. Sebuah ujian maha
ringan untuk sebuh tugas maha besar.
Fenomena ini tidak hanya
terjadi di Dairi bahkan masukan dari beberapa masyarakat kabupaten
tetangga juga terjadi fenomena serupa.
Bahkan di kabupaten muda dengan jumlah pemilih yang kecil nilai money politik
mencapai Rp. 300 .000 hingga Rp. 500.
000. Sebuah angka fantastic yang merusak mental dan moral rakyat.
Peran uang menjadi
penentu dalam pemilu 2014. Anggota DPRD Dairi Dahlan Sianturi menyebutkan
fenomena itu terjadi hampir terjadi disemua tempat dan melibatkanya sangat
banyak caleg. “ terlihat memang sepele pecahan 50.000 atau bahkan 100. 000
namun yang menjadi berbahaya bahkan fenomena money politik itu mulai digeluti
sejumlah oknum caleg propinsi , caleg DPR pusat bahkan ada DPD. Mungkin ini
pemilu terburuk sepanjang sejarah Dairi. Kita memang mendengar bukan hanya
Dairi namun wajar kita mengomentari Dairi karena kita tinggal dan berdoimisili
disini “ jelas Dahlan
Dahlan mensinyalir jika
hal ini tidak dikhawatirkan maka
kwalitas dewan yang terpilih akan terus merosot. Alat ukur uang yang menjadi
penentu mendapatkan kursi dewan sama sekali tidak berhubungan dengan tupoksi
dewan saat duduk. “ dewan itu berfungsi sebagai alat control pemerintah.
Bagaimana melakukan fungsi pengawasan pro kepada rakyat ketika tidak mempunyai SDM
dalam hal itu. Apalagi tidak mau belajar . Mungkinkah dewan yang terpilih
karena kekuatan uang dapat menandingi eksekutif yang mempunyai SDM yang mapan?
Saya lihat ini fenomena buruk yang setiap periode pemilu akan terus meningkat kwantitas uang yang dijadikan sebagai alat
suap caleg” sebutnya.
Sementara itu uang suap
pemilu dimata rakyat sepertinya menjadi wajib dilakukan caleg jika berharap
meraih kursi dewan. Sangat sedikit
jumlah dewan yang terpilih bukan karena uang suap. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan keberlangsungan daerah dan
nasional. Dewan yang bertugas mengurusi rakyat dan aspirasi rakyat akhirnya
mengurangi kewajibannya kepada rakyat karena disibukkan melakukan tugas
mengembalikan uang yang telah dibagikan kepada rakyat.
Data yang diperoleh
Dairi Pers gaji seorang DPRD Dairi kisaran Rp. 10.000.000 per bulan. Dengan
masa kerja 5 tahun maka penghasilan resmi dewan hanya Rp. 600 juta. Padahal
infrormasi yang diperoleh Dairi Pers dari sejumlah caleg terpilih untuk
mendapat kursi mereka harus mengeluarkan uang antara Rp. 400 juta hingga Rp.
800 juta. Kondisi ini hampir dipastikan dewan akan melakukan manuver korupsi
untuk mengembalikan uang yang telah ditumpahkan.
Melakukan tupoksi dewan
secara benar akhirnya akan berhadapan dengan kepentingan pemerintah. Dan itu
berarti dewan harus rela mendapatkan hanya penghasilan halal saja. Artinya hanya derngan terlibat korupsi maka
kemungkinan uang telah dikeluarkan dapat
dikembalikan.
Sementara itu catatan
Dairi Pers sejumlah caleg propinsi juga melakukan praktek money politik .
Bahkan untuk caleg DPR-RI dan DPD juga melakukan hal yang sama . Meski dalam
ukuran Rp. 10.000 hingga Rp,. 20.000 fenomena ini sudah sangat merusak
kepentingan nasional. Kondisi ini menjadikan
pemilu 2014 merupakan pemilu terburuk
yang natinya akan dijadikan
rakyat sebagai acuan untuk pemilu 2019
berharap siraman money politik lebih besar lagi. (R.07)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar