Rabu, 23 April 2014

Ternyata Kita Masih Keledai



      Para peminat togel pasti tahu angka dewa uang dalam tafsir mimpi ramalan joyoboyo. Dalam pemilu silam secara umum rakyat masih mendewakan uang. Khusus kabupaten hampir tidak ada caleg yang disebut-sebut meraih kursi DPRD tanpa duit. Caleg dan Calih (Calon Pemilih) tengelam dalam lautan “ Marsioto-otoan dalam dame”. Maka sudah menjadi hal biasa sebar
100 amplop suara yang diraih paling 50 suara saja. Uang telah menjadi komoditas politik sebagai garansi alat ukur. Benar benar republic mabok.
      Pemilu 2014 ternyata menyimpulkan bahwa kita masih keledai. Masih mendewakan uang . Meski dua pemilu sebelumnya yang menjagokan uang sebagai alat ukur telah membuat negeri ini tanpa harapan. Agaknya pemilu 2014 membuktikan rakyat dan caleg sama-sama keledai yang lagi-lagi terjerumus pada lobang yang sama.
      Money politik ibarat (maaf) kentut “ Tak dapat dilihat, diraba namun menyengat”. Semakin besar money politiknya bak aroma bangkai  busuk  yang membuat mabok, terkulai hingga meludah tanda ampun . wajah kesal tergambar dari bau tak lazim yang bisa membuat muntaber.
      Hampir semua daerah mengakui politik uang masih menjadi alat ukur untuk mendapatkan kursi dewan. Maka jangan heran jika 5 tahun ke depan kwalitas dewan beti (beda tipis). Secara moral dan SDM bahkan mungkin lebih parah dari produk terdahulu. Pasalnya nilai money poltik yang disebar meningkat tajam. Benar-benar mabok. Nasib negeri ini akan dikelola mereka-mereka yang berangkat dari pembodohan maka jangan terlalu berharap ada perbaikan.
      Konsep sebar uang bahkan bukan jaminan lagi. Pasalnya rakyat belaku sebagai parit busuk yang siap menampung amplop siapapun caleg. Sudah tidak ada moral lagi bagi rakyat . Tidak ada rasa takut akan hukum dan  peraturan. Bahkan sebaliknya merasa bangga atas rezeki nomplok dari caleg goblok.
      Pemilu silam telah menempatkan uang dan materi sebagai  alat ukur menduduki kursi mewakili rakyat. Berada dibawahnya unsur tekanan dan menakut-nakuti. Sangat  tipis rakyat yang memilih wakilnya karena kwalitas, track record yang baik dan keyakinan vigur tergaransi.
      Sangat tidak mungkin butiran emas didapat dari parit busuk. Kecuali paritnya  berada didepan toko tukang mas.  Itu berarti rakyat jangan berharap banyak akan perbaikan. Jika kelak dari parit busuk muncul emas mungkin itu emas yang terjatuh tanpa sengaja.
      Untuk kabupaten estimasi habiskan Rp. 500 juta untuk 1 kursi dikali 35 kursi maka uang yang harus dikembalikan sebesar Rp. 175 Miliar dalam lima tahun. Itu masih modal awal belum termasuk bunga uang. Jika dikalikan jumlah kabupaten/kota di Indonesia 497 dengan rata rata money politik caleg Rp. 200 M maka sekitar 100 Triliun. Itu belum dihitung untuk propinsi dan DPR-RI. Intinya negeri ini benar-benar mabok .
      Ratusan trilun uang yang ditumpahkan para caleg hanya bisa dikembalikan dengan cara korupsi. Atau berlaku nakal menjual rakyat. Republik mabok diperparah dengan anggaran Pemilu sampai Rp. 118 Trilun tahun 2014.
      Fakta ini menjadi bukti sesungguhnya demokrasi terlalu dimahal-mahalkan. Sepertinya rakyat tidak bisa disalahkan meski sudah benar-benar salah dan biang kerok rusaknya negara. Fakta ini juga bercerita sepertinya politik menjadi segala-galanya di negeri ini.
      Terlepas dari semua itu sungguh menjadi pertanyaan sudahkah demokrasi yang dilakukan sekarang benar untuk kesejahteraan rakyat. Atau malah sistim demokrasi yang dibangun justru hanya untuk kesejahteraan sebahagian kecil orang yang kebetulan menjadi rakyat ?  (Chief Of Editor)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar