Kamis, 12 Desember 2013

Saya Menangis Bukan Karena Terharu, Sedih Saja Hanya 3 Pakpak



      Sidikalang-Dairi Pers : Bagi saya selasa dua pecan silam merupakan pukulan berat terhadap nasib dan perjalanan Pakpak. Menghadiri wisuda sarjana S 2 anak saya di USU air mata saya berlinang. bukan karena terharu anaknya saya mendapat gelar master hukum namun
jauh lebih sedih hanya 3 orang pakpak yang wisuda dari 800an  alumnus. Bagaimana nasib kami ke depan. Harus berapa puluhan tahun lagi kami bangkit ketika jumlahnya begitu minim.
      Demikian diuraikan Malum Page Angkat orang tua Ramly Yusuf Angkat, SH, MH senin kepada Dairi Pers. Dikatakan MP Angkat dirinya tersentak dan sedih  mendapatkan fakta  minimnya Pakpak dalam akademisi. “ Bisa saja orang akan menilai saya pro dan kontra mungkin karena anak saya S 2 namun setulusnya saya sampaikan sama sekali tidak ada niat untuk seperti itu. Hanya saja saya terenyuh dari 861 peserta wisuda hanya tiga orang Pakpak. Pada urutan ke 300 an muncul satu nama marga banurea dan diurutan ke 400 an muncul satu marga manik dari Pakpak Bharat. Saya merenung teringat alm Azis Angkat setelah dia pergi malah tidak ada lagi pengganti. Fakta ini sangat  memukul dan inilah yang harus diinstropeksi bagi kami suku Pakpak” sebutnya berlinang air mata.
      Dikatakan  Pendiri IKPPI ini  sesungguhnya apa yang disaksikannya saat wisuda selasa silam betapa banyaknya nama-nama bermarga dari Tapsel, Toba  dan Karo. “ saya lama ternanti dan batin saya berharga dan menunggu marga Pakpak namun hanya tiga. Bagimana tidak sedih ketika orang berlomba untuk pendidikan malah faktanya demikianlah yang saya lihat. Ini harus bahan pelajaran. Ini harus menjadi cemeti untuk kesadaran. Harus berani mengkritisi diri dan suku agar ada peningkatan” sebutnya.
      Dikatakan MP Angkat dirinya lahir besar dilapangan namun sangat berharga pendidikan. “ Memang menyekolahkan anak butuh pengorbanan, butuh kerja keras. Begitu berharganya dunia pendidikan yang mampu merubah cara berpikir dan cara kerja. Dan perubahan biasanya sejalan dengan pendidikan seseorang. Boleh jadi nasib juga menjadi salah satu factor keberhasilan namun ketika nasib ada SDM tidak ada,  maka akan terjadi banyak kendala. Maka meski saya hanya tamatan sekolah  “batang pisang” saya sejak awal berniat semua anak saya harus sarjana. Hanya pendidikan yang dapat kuwariskan kepada anak-anak’ Ungkapnya.
      Menjawab mengapa terlalu prihatin akan kondisi itu dikatakan MP Angkat diakui atau tidak saling membantu sesama suku itu muncul. Kalau satu atau dua orang saja yang berada di garis puncak pimpinan ketika ada” guncangan” maka tidak ada teman diskusi . Begitu pentingnnya kebersamaan dalam kwantitas yang lumayan. “ Lihat saja sekarang tren penguasa hukum dinegeri ini sepertinya dari group Sulawesi. Mereka bisa duduk di lembaga-lembaga penting Negara karena memang ada saling membantu. Namun fakta yang saya lihat jika satu dua saja suku pakpak yang masih muncul maka butuh waktu yang lama untuk bisa bangkit. Jadi bukan karena anak saya sudah master hukum lantas saya merasa Bangga namun jauh lebih dalam difikiran saya Anak saya juga tidak akan  bisa berbuat banyak ketika dia hanya sendiri “ tambahnya.
      Dikatakan terlepas  dengan pro dan kontra yang bakaldisampaikan suku pakpak namun sudah saatnya instropeksi diri mengejar ketertinggalan. Bersama bangkit dan bersatu  jalan keluar satu-satunya agar Pakpak ini tidak hilang tergerus jaman” sebutnya. (R.07)

1 komentar:

  1. Saya yakin ada lebih dari tiga orang Pakpak, namun mereka memilih menggunakan marga lain yang "katanya" sama.

    BalasHapus