Rabu, 04 September 2013

Doa



      Minggu malam silam aku menonton pertandingan tinju di TVRI.  Sedikit heran karena setiap petinju yang mau bertanding selalu  memanjatkan doa. Saya tidak tahu apa doanya namun andai doanya “ Tuhan ijinkan ku libas dulu lawan ini biar aku juara” bagimana kira-kira menurut Tuhan?. Diterimakah doa demikian?

      Seorang nelayan  tradisionil menebar jaring kemudian berdoa agar hasil tangkapan besar. Meski sebuah uji nasib nelayan yang baik pasti akan menolak jika yang sangkut di jaring adalah ikan paus. Bukan malah senang namun nyawanya bakal terancam. Sampannya tidak akan kuat melawan tenaga paus yang besar.
       Tetanggaku saat berada di perumnas Sidikalang punya angkot yang setiap pagi harus di dorong agar bisa berjalan. Di kaca depannya tertulis “ Tangiang Ni Saripe”  banyangkan stater saja tidak bisa namun yang berdoa harus sekeluarga.
      Perbuatan dan doa  harusnya sejalan. Maka yang utama dilakukan adalah perbuatan dan tindakan. Setelah itu semua maka lakukan doa. Dalam hal apapun doa hanya penyempurna termasuk dalam pilkada untuk duduk menjadi seorang bupati yang harus dilakukan pertama adalah perbuatan. Jika hanya memanjatkan doa maka yakinlah Tuhan juga akan marah.
      Seorang petinju yang tidak pernah latihan.  Biasanya akan menjadi bulan-bulanan lawan saat berada di ring. Atau ada juga petinju yang kebayakan latihan namun puding jarang maka hanya bertahan di ronde pertama saja. Stamina tidak cukup untuk bertarung. Biasaya jenis ini akan kebanyakan menghindar untuk mengulur waktu. Untuk menghindari cemoohan penonton sesekali menyerang dan selanjutnya berputar-putar diatas ring.
      Sungguh hanya orang yang punya usaha yang berhak memanjatkan doa. Itu sama dengan hanya orang yang menyemai padi yang punya hak memanen. Jika langsung memanen tanpa berbuat namanya maling.
      Seorang petinju tangguh pasti sportif dalam bertanding. Maka nama Mike Tyson juara dunia sejati itu hancur kala mengigit telinga Evander Hollyfield. Anehnya dunia juga bagai tidak perduli dengan ketidak sportifan itu. Nama Mike Tyson tetap jadi fenomena. Syukur saja wasit dan juri pertandingan mendiskwalifikasi Tyson sekaligus menghukumnya dilarang bertanding.
      Saya tidak berani menuduh wasit dan juri pertandingan pilkada Dairi tidak sepropesional wasit  kala Tyson menggigit Holly field. Karena paling kalau ditanya akan mencari alasan brilian yang masuk akal dan LLD (Lalap Lalap Di si). “ tidak ada laporan” jika ada laporan pasti jawab kembali “ Sudah kita surati”. Semudah dan se enteng itu jawaban penyelamatan.
         Maka jika masih lebih banyak warga Dairi yang menghargai sportifitas, kejujuran dan keadilan agaknya tidak salah menggagasi “doa bersama “secara besar besaran di suatu tempat. Bermohon kepada Tuhan Yang Maha Esa siapa yang terlibat pilkada berlaku tidak adil semoga menderita “ Gatal-gatal” di selangkangannya. Bisa dibayangkan jelek dan hinanya setiap bicara tangan juga repot kerja di bawah . Saat upacara tangan tidak bisa berhenti dari aktifitasnya. Jika itu dikabulkan maka tidak bisa kubayangkan berapa banyak orang yang akan terkena penyakit jelek tersebut di Dairi. (Chief Of Editor)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar