Saya
pernah kagum dengan seorang kepala desa
di kec. Silima pungga pungga bermarga S. selama 35 tahun dia bertahan sebagai
kepala desa . Dia mengalahkan kehebatan
Soeharto yang hanya 32 berkuasa. Setelah kupelajari Letak kehebatannya adalah
bangke (bank keliling). Rakyat desanya di miskinkan diberikan dana
seakan
membantu padahal berlaku rentenir. Saat pilkades berlangsung S dengan mulus
saja memenangkan pilkades karena siapa saja
yang tidak memilihnya langsung
ditagih hutangnya.
Maka
sesungguhnya sangat mudah menjadi orang hebat , sukses dan kaya jika kita menghalalkan semua cara. Cukup berpura-pura memperhatikan rakyat dan
gunakan dengan tiori pancing. Sekali umpan ditelan bibir tertancap mata kail.
Survey membuktikan menjadi rentenir hidup pasti kaya. Semua menjadi mudah dan
impian mudah terwujud di depan mata. Buang agama dan nilai-nilai moral karena
memang hingga kini orang yang menghargai moral sudah tidak musim lagi.
Era
pilsung dimana rakyat yang menjadi eksekutor sangat mudah mempertahankan status
quo. Ilmu yang digunakan tidak jauh beda dengan SDM seorang kepdes. Cukup
dengan pura-pura memperhatikan rakyat, rajin sawer, rajin ke pesta maka akan
tetap dipilih. Kenapa demikian ? karena
banyak rakyat memang masih suka diperlakukan bodoh dan bangga menerima sawer.
Paling kacau salaman saja sudah merasa bangga.
Pilgubsu.
Pilkada dan Pemilu tidak lama lagi.
Berbagai isu sudah muncul tentang vigur. Jika rakyat masih diberikan hak
memilih para calon jangan khawatir karena cukup sediakan uang banyak-banyak
maka sawer paling besar yang akan dipilih. Menjadi rakyat itu sangat gampang
terima semua yang berikan sawer . Buat calon juga jangan cape-cape . Tidak
perlu program nyata untuk rakyat, tidak perlu pembangunan nyata untuk rakyat.
Cukup menjadi calon yang pintar berbohong, terbanyak memberikan uang maka
jabatan sudah ditangan. Nanti ketika duduk habisilah APBD untuk menutupi
pengeluaran sawer. Agar aman
pandai-pandailah bergaul dengan aparat . Ajak aparat kolusi maka akan mulus meski telah memperkosa uang
negara dan membodohi rakyat . Jadi
sesungguhnya hanya metode sederhana praktek bangke.
Menjadi
bangke memang dikitab suci berat dosanya. Namun mungkin karena belum ada yang
kembali dari neraka maka tidak usah khawatir. Bicara dosa zaman sekarang juga
sudah kuno karena nyaris dosa itu sudah tidak ada. Yang penting halalkan semua
dan kipas apa yang bisa dikipas. Inilah sesungguhnya yang perlu.
Dalam
rublik ini saya hanya ingin mengatakan tidak terlalu hebat kok jika jadi orang
nomor satu. Juga tidak terlalu hebat jika menjadi rakyat. Artinya sesungguhnya
kita sama-sama tidak hebat. Sama sama pemain hanya kelas saja yang berbeda. Ada
orang dengan Rp. 20.000 saja sudah senang, Rp. 50.000 sudah bangga dan Rp.
100.000 sudah diatas angin. Dengan pecahaan uang seperti itu sanggup membunuh
nurani.
Sesungguhnya
itu tidak salah dan itu manusiawi . Karena sesungguhnya moral pejabat dan
rakyat sudah sama-sama rusak akibat pilsung. Maka agar tidak ketinggalan jaman
mari sama-sama merusaknya. He…he…he… (Chief Of Editor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar