Kamis, 29 Agustus 2013

Bangke



      Saya pernah kagum dengan  seorang kepala desa di kec. Silima pungga pungga bermarga S. selama 35 tahun dia bertahan sebagai kepala desa . Dia  mengalahkan kehebatan Soeharto yang hanya 32 berkuasa. Setelah kupelajari Letak kehebatannya adalah bangke (bank keliling). Rakyat desanya di miskinkan diberikan dana
seakan membantu padahal berlaku rentenir. Saat pilkades berlangsung S dengan mulus saja memenangkan pilkades karena siapa saja  yang tidak memilihnya langsung  ditagih hutangnya.
      Maka sesungguhnya sangat mudah menjadi orang hebat , sukses dan kaya  jika kita menghalalkan semua cara.  Cukup berpura-pura memperhatikan rakyat dan gunakan dengan tiori pancing. Sekali umpan ditelan bibir tertancap mata kail. Survey membuktikan menjadi rentenir hidup pasti kaya. Semua menjadi mudah dan impian mudah terwujud  di depan mata. Buang  agama dan nilai-nilai moral  karena  memang hingga kini orang yang menghargai moral sudah tidak musim lagi.
      Era pilsung dimana rakyat yang menjadi eksekutor sangat mudah mempertahankan status quo. Ilmu yang digunakan tidak jauh beda dengan SDM seorang kepdes. Cukup dengan pura-pura memperhatikan rakyat, rajin sawer, rajin ke pesta maka akan tetap dipilih. Kenapa demikian  ? karena banyak rakyat memang masih suka diperlakukan bodoh dan bangga menerima sawer. Paling kacau salaman saja sudah merasa bangga.
      Pilgubsu. Pilkada dan Pemilu  tidak lama lagi. Berbagai isu sudah muncul tentang vigur. Jika rakyat masih diberikan hak memilih para calon jangan khawatir karena cukup sediakan uang banyak-banyak maka sawer paling besar yang akan dipilih. Menjadi rakyat itu sangat gampang terima semua yang berikan sawer . Buat calon juga jangan cape-cape . Tidak perlu program nyata untuk rakyat, tidak perlu pembangunan nyata untuk rakyat. Cukup menjadi calon yang pintar berbohong, terbanyak memberikan uang maka jabatan sudah ditangan. Nanti ketika duduk habisilah APBD untuk menutupi pengeluaran sawer. Agar aman  pandai-pandailah bergaul dengan aparat . Ajak aparat kolusi  maka akan mulus meski telah memperkosa uang negara dan membodohi rakyat . Jadi  sesungguhnya hanya metode sederhana praktek bangke.
      Menjadi bangke memang dikitab suci berat dosanya. Namun mungkin karena belum ada yang kembali dari neraka maka tidak usah khawatir. Bicara dosa zaman sekarang juga sudah kuno karena nyaris dosa itu sudah tidak ada. Yang penting halalkan semua dan kipas apa yang bisa dikipas. Inilah sesungguhnya yang perlu.
      Dalam rublik ini saya hanya ingin mengatakan tidak terlalu hebat kok jika jadi orang nomor satu. Juga tidak terlalu hebat jika menjadi rakyat. Artinya sesungguhnya kita sama-sama tidak hebat. Sama sama pemain hanya kelas saja yang berbeda. Ada orang dengan Rp. 20.000 saja sudah senang, Rp. 50.000 sudah bangga dan Rp. 100.000 sudah diatas angin. Dengan pecahaan uang seperti itu sanggup membunuh nurani.
      Sesungguhnya itu tidak salah dan itu manusiawi . Karena sesungguhnya moral pejabat dan rakyat sudah sama-sama rusak akibat pilsung. Maka agar tidak ketinggalan jaman mari sama-sama merusaknya. He…he…he… (Chief Of Editor)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar