Ilmuwan mengakui salah satu hewan purba yang bertahan hidup
hingga kini adalah buaya. Mahluk reptile itu bertahan setelah beradaptasi
dengan kondisi. Kelompok hewan berbadan besar dinosaurus, Trexsaurus yang
berbadan besar gagal beradaptasi . Kisahnya hanya bisa dikhayalkan di film
Jurassic Park
Seorang sahabat saya Dairi Lingga pecan silam bercerita
bagaimana dia ketika bersama penasehat kapolri memasuki dunia baru di Jakarta.
Diajak makan siang di hotel Indonesia dan hotel hotel berbintang lima yang
menunya dalam bahasa inggris dan China saat ditanya pesan makanan apa hanya
berkata samakan saja. Cara makan harus diatur dan lagu pengiring juga lagu
amrik latin, lagu inggris dan spanyol. Pokoknya internasionallah. Maka ketika dia
mau request lagu “anak medan” langsung di bentak sabahatnya yang penasehat
Kapolri “ Ai bereng jo situasi..so diboto halak lagu anak medan. Di ho do jago
I” sebutnya sambil tertawa membeberkan pengalamannya.
Sahabat saya ini menceritakan itu meski dalam guyonan yang
sanggup membuat pinggang sakit ingin menyampaikan pesan. Mengertilah dan
bertindaklah dimana tengah berada. Beradaptasilah sesuai keadaan. Tokoh pemuda
Dairi yang mengarungi pergaulan tingkat
tinggi di Jakarta itu punya banyak pengalaman yang sebenarnya berisi banyak pesan-pesan moral disana. Hingga dia
siap harus beradaptasi sesuai situasi
agar bertahan hidup minimal tidak malu.
Saya tidak tahu apakah ini wajar dan lumrah dimata rakyat .
Hari gini seorang kepala daerah masih bicara soal binatang-binatang “ Harimau
dilangkahi” hare gene masih bicara makan pisau silet, sama siapapun tidak takut
dan banyak bahasa aneh yang biasanya diucapkan seorang mandor di terminal.
Sebuah adaptasi yang gagal. Namun ada lagi yang salah adaptasi saat menduduki
jabatan puncak suka sekali mengucapkan Taik kuccing. Entah apa hebatnya taik
kuccing itu sama dia hingga memenuhi ruang otaknya ketika kesal.
Ada juga pejabat ketika naik
jabatan gunakan adaptasi dengan gaya muka masem. Gaya diam. Mungkin gaya
adaptasi itu agar disegani orang atau memang takut ketahuan bodoh saja kalau
lagi bicara.
Sesungguhnya mempertahankan hidup tidaklah mudah. Maka kadang
orang rela beradaptasi sekalipun itu adaptasi keburukan. Maka sering kita lihat
tadinya mengkritisi , memaki dan memburuk-burukkan akhirnya menjilat habis. Demi jabatan dan
gaya hidup rela menjual harga diri. Dan sanggup menjilat ludah sendiri. Memakan
daging kawan sendiri .Inilah adaptasi terpaksa agar bisa bertahan. Caranya
mudah Cukup membuang rasa dan membunuh
hati kecil untuk bisa bertahan. Kelemahan
yang dimiliki begitu besar sehingga takut menghadapi kebenaran.
Sungguh itu menjadi hak
prerogatif siapapun untuk menggeluti model adaptasi yang dimiliki .
Namun hak orang lain juga untuk menilai
gaya yang kita pilih. Karena sesungguhnya alam juga menjadi alat seleksi
akhir musnah atau bertahan. Jadi tidak menjadi larangan ketika bicara lantam ,
bicara kotor atau rubah pribadi jadi penjilat , diam, bergaya , dan marah jika itu diyakini
membuatnya bertahan.
Namun tetap
saja tidak menjadi dosa untuk membahas gaya- gaya adaptasi yang dipilih .
Cemoohan dan nilai negative adalah
bagiannya. Tinggal bagaimana mempertahankan gaya itu agar nantinya tidak malu
ketika seleksi alam berlangsung. Karena sesungguhnya adaptasi terbaik dalam
hidup adalah “ jadilah diri sendiri”. Jangan pernah menjadi orang lain di
kehidupan semu. (Chief Of Editor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar