· Ibarat Wanita Hamil Tanpa
Ayah
· Aturan Didominasi Bupati
· Semua Bermula Dari Mulut
Sidikalang-Dairi
Pers : Seorang wanita yang hamil tanpa sebuah surat nikah maka anak yang
dilahirkannya adalah anak haram. Anak haram meski tidak salah maka akan sulit
mendapatkan surat akte lahir.
Anak semakin besar dan akan akan sering berhadapa
dengan masalah kelancaran administrasi . Demikian tamsilan nasib pemkab Dairi pasca tidak
jelasnya payung hukum penggunaan APBD 2013 apakah dengan perda atau peraturan
bupati. Kegiatan berjalan namun tidak mempunyai surat sebagai legitimasi
anggaran.
Demikian diungkapkan Marulak
Siahaan mantan anggota DPRD Dairi kepada Dari Pers pekan silam di Sidikalang. “
saya melihat pemkab Dairi tengah sakit .
Ibarat seorang calon ibu yang perutnya terus membengkak namun tidak punya surat
nikah. Bagaimana tidak , sudah memasuki awal Maret 2013 namun tidak jelas
payung hukum uang yang dikeluarkan pemkab. Pengeluaran terus terjadi namun
tidak aada aturan legitimasinya. Sama dengan seorang calon ibu perut terus
membengkak namun ayah sang jang bayi tidak jelas” sebutnya dengan senyum
Dikatakan dengan pembiaran
kondisi seperti itu maka yang akan menanggung resikonya adalah SKPD dan PNS
lingkungan pemkab Dairi yang menggunakan anggaran Negara. Jadi harusnya seorang
bupati di Dairi itu harus was-was dan secepatnya menyelesaikan payung hukum
untuk legitimasi APBD tersebut. Jika tidak maka akan banyak korban kelak .
Bukan hanya bupati yang bakal korban kepala SKPOD juga bisa saja terseret-seret
“ tegasnya.
Saya hanya menghimbau Bupati Dairi mari selamatkan staf bapak dengan
ketegasan memastikan payung hukum APBD 2013. Banyak sudah kejadian kepala
daerah yang masuk penjara usai menggunakan APBD dengan peraturan kepala daerah.
Jadi jangan korbankan staf namun harus tegas menyelesaikan legitimasi anggaran.
Jika tidak kelak bukan hanya seorang bupati saja yang berurusan dengan hukum
tetapi kepala SKPD juga terancam . Untuk apa takut menggunakan APBD dengan
perbup kalau toh apa yang dilakukan sesuai aturan. Jadi lebih baik secepatnya
menyusun peraturan kepala daerah atas anggran sehingga staf pemkab tidak resah
“ sebutnya memotivasi.
Pasca tidak jelasnya payung
hukum penggunaan APBD 2013 secara umum SKPD di ligkungan pemkab Dairi resah.
Ketakutan akan resikonya juga semakin sering terlihat di staf jajaran pemkab
Dairi. Sementara itu sejumlah kegiatan pemkab Dairi terus berlangsung bahkan
untuk kegiatan yang tidak ada dalam APBD
juga terus dilakukan seperti kunker dan pesta-pesta. Semua itu tentu
mengeluarkan biaya dan anggaran. Kondisi ini jika dibiarkan tanpa paying hukum
maka kelak akan menjadi urusan hukum dan bukan tidak mungkin berakhir di
penjara dengan tuduhan korupsi APBD
Siahaan mengatakan agar
Bupati secepatnya saja memerintahkan stafnya menyusun APBD dengan peraturannya.
Dan tidak usah bersusah payah “menggoda” DPRD lagi karena DPRD juga jika mau
melakukan sidang jadwal ulang maka akan berhadapan dengan tuduhan dugana telah
menerima “sogok”. Tentu dewan ini tidak mau namanya buruk, sebutnya .
Dominasi
Rangkaian kinerja Bupati
Dairi Johnny Sitohang selama 4 tahun
terlihat beberapa hal menonjol yakni
munculnya peraturan yang diputuskannya sendiri sekalipun itu menguasai
hajat hidup orang banyak. Paling tragis awalnya sebuah ketentuan diatur perda
yang dibuat bersama dewan. Kini justru dibuatnya sendiri. Hal itu terlihat dari kenaikan restribusi
masuk obyek wisata TWI. Dahulunya itu diputuskan oleh Bupati dan DPRD melalui peraturan daerah kini dinaikkan lebih
dari 150% dengan keputusan Bupati. DPRD Dairi tidak diikutkan
lagi.
Dan paling fatal terjadi keputusan bupati Dairi menaikkan
harga tarif Air Minum PDAM Tirta Nchiho sampai 300 %. Kenaikan itu mendapat
protes banyak masyarakat karena dianggap semena-mena dan tidak melihat kondisi
rakyat yang terus melemah. Dahulunya tariff
air minum ini ditetapkan bersama pemerintah dan DPRD Dairi. Artinya
sebuah peratutan yang akan digulirkan harus dibahas lebih dahulu bersama
dengan dewan sebagai representasi
rakyat. Namun dalam pemerintahan Johnny Sitohang sepertinya itu tidak terlalu
penting namun langsung membuat putusan
sendiri merombak tarif air dengan keputusan sendiri.
Spontan kondisi ini membuat rakyat protes karena merasa
diperlakukan semena-mena. Popularitas Bupati dimata rakyat Dairi terus menurun
bahkan berbagai tudingan ketidak becusan kerap dilontarkan.
Dalam jejaring Sosial Face Book kenaikan tariff PAM Dairi
menjadi ajang pembicarana hangat karena kenaikan 300% dianggap berlebihan dan
mematikan rakyat kecil . Disamping itu banyak pelanggan PDAM akhirnya tidak
membayar tagihan karena tidak mampu. Hingga kini tidak diketahui mengapa bupati
Dari lebih memilih menaikkan tarif atas keputusannya sediri dan tidak
melibatkan dewan.. Popularitas bupati terus menurun dimata rakyat kecil karena
dianggap kebijakan yang dilakukan tidak pro rakyat. Bahkan beberapa kebijakan
dianggap hanya menguntungkan sekelompok orang saja.
Mulut
Pengamat Sosial lokal Dairi Hendrik Situmeang yang juga
pemred Dairi pers menyebutkan tidak mudah mempertahankan kepercayaan public.
Tidak mudah juga mengobati kekecewaan public. “ Mulutmu adalah Harimaumu”
mungkin suatu pepatah yang pantas di bahas mengenai kondisi ini. “ Jika kita
telusuri rangkaian mengapa hingga kini Dairi sepertinya tidak nyaman maka itu
semua bermula dari mulut. Beliau (Bupati Dairi) kehilangan sahabat karena
mulut. Lihat saja saat mengatakan wartawan si bodok-bodok, terus DPRD Fiktif,
babiat pe hulakkai serta sekian lagi bahasa yang sebenarnya tidak perlu
diucapkan. Semua bahasa yang dilontarkan itu telah menyeret ketidak simpatian.
Kalimat-kalimat yang tidak perlu inilah yang sebenarnya membuat popularitas
bupati terus menurun. Dan tak jarang juga menimbulakan ketidak senangan rakyat
dan orang-orang disekelinlingnya, sebutnya.
Mengapa DPRD tidak mau
terpengaruh lagi atas “godaan” sidang jadwal ulang tentu disamping anggaran
yang dimajukan tidak pro rakyat juga harus diakui kalau tudingan fiktif masih
terus mengiang ditelinga mereka. Mengapa tidak sampai lima jari saja wartawan
yang mau mendekati bupati tentu karena kalimat wartawan bodoh-bodoh telah
menyakit hati pekerja media di Dairi secara umum . Dan di level rakyat bawah
ucapan “ harimau pe hulakai” dinilai sifat arogansi yang akhirnya membuat
rakyat apatis.
Sementara itu bukan yang membuat Dairi terus sakit sehingga tidak
nyaman. Pengeloalan daerah seperti yang dikatakan Ketua Pemuda pancasila
Selamat Ujung sepertinya Dairi itu hanya milik segelintir orang yang dekat
dengan kekuasan. Ucapan orangta do I serta pembagian kue pembangunan dengan
proyek sepertinya hanya milik segelintir orang. Tidak adanya pemberdayan OKP
serta berbagai elemen masyarakat secara heterogen telah menyeret ketidak
percayaan masyarakat kepada pemimpin Dairi.
Di sisi PNS keresahan
muncul dan ketakutan menjadi-jadi dengan isu mutasi dan tindakan mutasi tanpa
alasan..Semua itu menyebabkan Dairi sakit dan sudah tidak nyaman lagi. Di level
kepala sekolah di kecamatan muncul beberapa oknum layaknya baperjakat
menakut-nakuti kepala sekolah SD dan guru SD yang akan dimutasi jika tidak
mengikuti permintaannya. Anehnya ada juga yang terbukti hingga kepala SD mutasi.
Semua itu membuat kondisi tidak nyaman dan menakutkan.‘
Kunker yang dibanggakan pemerintah Johnny Sitohang
hingga kini tidak dapat diukur tingkat keberhasilanya untuk kemakmuran rakyat.
Justru kunker dianggap hanya kegiatan politis mempertahankan popularitas di
masyarakat kelas bawah. Faktanya untuk perubahan tingkat kesejahteraan rakyat
Dairi tidak terbukti. Dairi terus sakit dan dipenghujung pemerintahan Johnny
Sitohang sakit itu semakin melemahkan kepercayaan public. (R.07)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar