Fantastik Mendagri Gamawan Fauzi menyebut 291 kepala daerah di
Indonesia selama pemerintahan SBY masuk penjara gara-gara Korupsi. Pilsung oleh rakyat yang menyedot cost tinggi
memaksa kepala daerah untuk korupsi saat duduk.. Jadi sesungguhnya rakyat sama
dosanya dengan bupati.
Jadi ingin jalan cepat masuk penjara jadilah bupati.
Pilsung telah membawa calon bupati ambisius menghalalkan segala
cara. Semua dihitung dengan uang. Bayangkan mulai dari beli partai,
operasional tim sukses, baliho, media,
entertaimen hingga biaya perdukunan semuanya dihitung dengan uang. Semakin
lengkap rakyat juga doyan uang sogok agar mau memilih. Puluhan miliar harus
dirogoh agar menang.
Penulis pekan lalu jalan bersama salah seorang cagub ke Onan
Sidikalang. Ternyata manusia ibu kota kab. Dairi itu masih mata duitan . Kalimat “ cair do”, “ ehe… molo
holan kalender do”, “ Lalap Kartu” dan kalimat lain yang bercerita rakyat yang
tidak sadar masih mendewakan uang. Sepertinya harga diri rakyat jelang
pemilukada sangat tinggi. Mungkin karena tahu satu suara sangat berharga maka di otaknya yang berputar
“lelang sogok”. Siapa calon terbesar memberi sosok pasti menjadi pilihannya.
Paling parah semua diterima dan akhirnya bingung menentukan pilihan.
Reformasi telah membawa rakyat ke hidup serba enak . Rakyat
terlalu diagungkan hingga bodoh dan lebay. Bagaimana tidak enak? Memilih
pemimpin karena uang. Saat duduk pemimpinnya terpaksa korupsi untuk menutupi
uang sogok ke rakyat hingga tidak memperdulikan pembangunan. Rakyat malah
teriak-teriak : “jalan rusak”, “ sekolah mahal”, “ berobat mahal” “ Bupati
brengsek”” Tidak ada pembangunan” dan
banyak lagi teriakan kejengkelan.
Sesungguhnya rakyat jua yang mengajari pejabat untuk korupsi .
Mungkin kecil nilai uang Rp. 20.000 atau
Rp. 50.000 yang menjadi sogok pilkada.Namun jika itu dikalikan dengan jumlah
60.000 penduduk saja maka nilainya Rp. 3 miliar. Belum lagi harus keluarkan
puluhan miliar untuk biaya lainnya .
Padahal gaji seorang bupati paling Rp. 20 juta sebulan. Jadi selama periodenya
5 tahun hanya Rp. 3 M. Jadi misal untuk Dairi harus mengeluarkan Rp. 15 s/d 20
Miliar agar jadi Bupati maka yakinlah siapapun bupatinya pasti korupsi. Jadi
sesungguhnya menjadi bupati itu adalah jalan tol menuju penjara.
Pilkada langsung sesunguhnya merusak. Rusak kepala daerahnya,
rusak rakyatnya. Rusak oknum KPUnya, Oknum Panwasnya. Oknum aparatnya. Rusak
peradaban . semua jadi rusak .Jadi entah apa hebatnya pilsung ini. Aturan
sebenarnya jelas dilarang Money Politik, aparat, KPU, Panwas independent
tiorinya. “ tak bisa milih lebih dari satu kali” Namun kenyataan semua bisa
diatur. Jadi memang benar pilkada pesta rakyat terbesar. Mungkin karena semua
berlomba membagi. Berlomba membuat jurus dan cara untuk mempeloroti para calon.
Jadi sesungguhnya karena semua memang sudah nakal. Kurang adil juga kalau hanya kepala
daerah masuk penjara. Rakyat yang menerima sogok pilkada juga harus dipikirkan
agar masuk penjara. KPU, Aparat dan Panwas sesunguhnya menjadi kunci penegakan
peraturan . Sesungguhnya kalau lembaga itu memegang teguh peraturan maka takkan
ada kepala daerah di penjara. Tapi persoalan
yang terjadi siapa yang tak mau “ duit”. Cari duit paling enak itu
ketika kita diminta tidak kerja keras. Cukup berbohong dan berlaku tidak adil.
Maka itulah sesungguhnya cari uang paling gampang.
Bagi calon kepala daerah silahkan pilih gaya pemenangan, Serang
dengan uang. Atau serang dengan program nyata. Tapi paling gampang serang
dengan gaya uang. Karena semua orang nyaris tidak kebal terhadap uang. Paling
saat duduk pandai pandailah menutupi korupsi. Kalau ada lembaga yang memeriksa
usahakan sogok. Namun jangan coba menyogok KPK , uang sogok akan dijadikan
barang bukti. Selamat menikmati jalan
tol menuju penjara. (Chief Of Editor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar