Selasa, 11 Desember 2012

Mandabu Lope


      Di era 90-an akhir istilah “mandabu lope”cukup keren . Mandabu holong Dalam bahasa indonesia mencari cinta . Menurut teman saya yang S 2 Psykologi cinta itu jalan  ketika ada kepentingan
dan rasa. Cinta hanya karena rasa tanpa kepentingan adalah cinta buta. Dan Cinta karana kepentingan tanpa rasa adalah kepalsuan. Jadi harus klop keduanya ada baru aman.
      Mandabu Lope jelang pilkada baik pemilihan gubernur maupun pemilihan bupati jelas terlihat. Metode mencari cinta di era 90-an akhir ini masih tetap laku kendati sudah ketinggalan jaman. Namun masih banyak yang meminatinya meski mereka diperlukan ketika ada kepentingan. Lihat saja pencalonan gubernur di negeri ini para calon tebar senyum, rajin turun ke bawah dan berpidato lantang dengan membagikan kaos.
      Maka jangan heran jika menjelang pilkada misalnya ada orang yang bernafsu jadi gubernur atau bupati mengajak jalan-jalan ke Bali, Ke yogya atau bandung di kelompok-kelompok masyarakat. Bagi yang tak pernah naik pesawat ini dianggap sebuah hal yang luar biasa. Meski sekembalinya dari program “ Mandabu Lope” itu harus banting tulang membantu kemenangan oknum calon. Jadi tahap ini dianggap  orang berharga ketika dia punya kepentingan. Namun setelah duduk kembali mengucapkan “ mola laut-laut ma, molo darat darat ma”. Kasarnya dia ingin berkata “ hei bodok-bodok dulu kan dah  ku bikin naik pesawat cuci mata. Dan dah kau lihat yang tak pernah kau lihat . Itulah kelasmu. Soal kini aku menikmati kekuasan jangan campuri lagi. Hakmu sudah kau nikmati diawal lagi. Kalau inginkan sesuatu dari kekuasaanku ini maka ikuti aturan main…bayar “ he..he… Ini namanya lope  hanya berdasar kepentingan.
      Membaca buku Jokowi-Ahok menuju Jakarta Baru sama sekali tidak memprogramkan kelompok-kelompok masyarakat jalan-jalan cuci mata. Pasangan yang menjadi inspirasi demokrasi Indonesia ini tidak ingin membodohi orang-orang potensial namun mengajak mereka bersama memikirkan bagaimana lima tahun DKI lebih baik. Bagi mereka tidak ada kamus cinta atau persahabatan  palsu memanjakan orang –orang ketika dibutuhkan. Dan persahabatan berakhir ketika kekuasan di tangan.
      Saya tidak menyalahkan orang-oarang yang jarang naik pesawat berkunjung ke obyek wisata di biayai calon lantas mau dicucuk hidungnya bagai kerbau. Aku menghargai tingkat kepuasan mereka ketika dijadikan kerbau. Namun bagiku sebuah pekerjaan memperbaiki kesejahteraan hakiki  adalah proses panjang mulai dari berjuang. Menikmati dan sanggup mengkoreksi kesalahan ketika kekuasan sudah di tangan. Bagiku ini lebih bermartabat karena sesungguhnya sebuah persahabatan ketika sama sama menangis dan sama sama tertawa.
      Namun demikian kiranya jurus mandabu lope karena kepentingan masih kerap terpraktekkan dan masih banyak yang terbius dengan gaya jaman dulu ini. Jadi intinya  mengejar kepala daerah dengan praktek licik sekaligus  sadis sesungguhnya lucu ,. Ketika tenaga dibutuhkan semua dipenuhi. Mau dappol di biayai, mau cuci mata di fasilitasi dan pura-pura mau mendengar saran. Wajah juga penuh senyum dan seakan-akan malaikat yang akan membawa harapan masuk sorga. Namun ketika sampai ketujuan semua pendukung yang sugah berjuang hingga sekarat cukup katakan vaya condios.
      Aku hanya berkata kepada orang-orang yang diajak jalan-jalan ke bali, bandung, yogya bahkan luar negeri. Buktikan saja nanti ketika dia tiba di tujuan anda akan disepak , dicueki dan tak diterge. Karena sebelum berjuang telah menikmati hasil keringat. Janganlah tersinggung ketika dinilai hanya segerombolan kerbau yang telah dicucuk hidungnnya. (Chief Of Editor)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar