Di era 90-an akhir istilah “mandabu lope”cukup keren . Mandabu
holong Dalam bahasa indonesia mencari cinta . Menurut teman saya yang S 2
Psykologi cinta itu jalan ketika ada
kepentingan
dan rasa. Cinta hanya karena rasa tanpa kepentingan adalah cinta
buta. Dan Cinta karana kepentingan tanpa rasa adalah kepalsuan. Jadi harus klop
keduanya ada baru aman.
Mandabu Lope jelang pilkada baik pemilihan gubernur maupun
pemilihan bupati jelas terlihat. Metode mencari cinta di era 90-an akhir ini
masih tetap laku kendati sudah ketinggalan jaman. Namun masih banyak yang
meminatinya meski mereka diperlukan ketika ada kepentingan. Lihat saja
pencalonan gubernur di negeri ini para calon tebar senyum, rajin turun ke bawah
dan berpidato lantang dengan membagikan kaos.
Maka jangan heran jika menjelang pilkada misalnya ada orang
yang bernafsu jadi gubernur atau bupati mengajak jalan-jalan ke Bali, Ke yogya
atau bandung di kelompok-kelompok masyarakat. Bagi yang tak pernah naik pesawat
ini dianggap sebuah hal yang luar biasa. Meski sekembalinya dari program “
Mandabu Lope” itu harus banting tulang membantu kemenangan oknum calon. Jadi
tahap ini dianggap orang berharga ketika
dia punya kepentingan. Namun setelah duduk kembali mengucapkan “ mola laut-laut
ma, molo darat darat ma”. Kasarnya dia ingin berkata “ hei bodok-bodok dulu kan
dah ku bikin naik pesawat cuci mata. Dan
dah kau lihat yang tak pernah kau lihat . Itulah kelasmu. Soal kini aku
menikmati kekuasan jangan campuri lagi. Hakmu sudah kau nikmati diawal lagi.
Kalau inginkan sesuatu dari kekuasaanku ini maka ikuti aturan main…bayar “
he..he… Ini namanya lope hanya berdasar
kepentingan.
Membaca buku Jokowi-Ahok menuju Jakarta Baru sama sekali tidak
memprogramkan kelompok-kelompok masyarakat jalan-jalan cuci mata. Pasangan yang
menjadi inspirasi demokrasi Indonesia ini tidak ingin membodohi orang-orang
potensial namun mengajak mereka bersama memikirkan bagaimana lima tahun DKI
lebih baik. Bagi mereka tidak ada kamus cinta atau persahabatan palsu memanjakan orang –orang ketika
dibutuhkan. Dan persahabatan berakhir ketika kekuasan di tangan.
Saya tidak menyalahkan orang-oarang yang jarang naik pesawat
berkunjung ke obyek wisata di biayai calon lantas mau dicucuk hidungnya bagai
kerbau. Aku menghargai tingkat kepuasan mereka ketika dijadikan kerbau. Namun
bagiku sebuah pekerjaan memperbaiki kesejahteraan hakiki adalah proses panjang mulai dari berjuang.
Menikmati dan sanggup mengkoreksi kesalahan ketika kekuasan sudah di tangan.
Bagiku ini lebih bermartabat karena sesungguhnya sebuah persahabatan ketika
sama sama menangis dan sama sama tertawa.
Namun demikian kiranya jurus mandabu lope karena kepentingan
masih kerap terpraktekkan dan masih banyak yang terbius dengan gaya jaman dulu
ini. Jadi intinya mengejar kepala daerah
dengan praktek licik sekaligus sadis
sesungguhnya lucu ,. Ketika tenaga dibutuhkan semua dipenuhi. Mau dappol di
biayai, mau cuci mata di fasilitasi dan pura-pura mau mendengar saran. Wajah
juga penuh senyum dan seakan-akan malaikat yang akan membawa harapan masuk
sorga. Namun ketika sampai ketujuan semua pendukung yang sugah berjuang hingga
sekarat cukup katakan vaya condios.
Aku hanya
berkata kepada orang-orang yang diajak jalan-jalan ke bali, bandung, yogya
bahkan luar negeri. Buktikan saja nanti ketika dia tiba di tujuan anda akan
disepak , dicueki dan tak diterge. Karena sebelum berjuang telah menikmati
hasil keringat. Janganlah tersinggung ketika dinilai hanya segerombolan kerbau
yang telah dicucuk hidungnnya. (Chief Of Editor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar