Sinetron
memang salah satu cara mensosialisikan istilah baru ABG. Setelah istilah lebay…kini
muncul istilah baru “ jadi elo mau gue bilang waw… gitu?”. Terdengar lucu namun
memang jadi terinspirasi juga membahas kalimat yang satu ini.
Bagiku
itu tidak menarik dan bahkan aku curiga atas penghargaan-penghargaan sedemikian
rupa. Karena kenyataannya dilapangan sama sekali berat logika menerima. Teman
saya berkomentar hebat juga targetkan
komoditi jagung dapat penghargaan dari beras. Sebuah program yang luar biasa
menurutnya. Namun dia tidak
mengucapkan istilah kreen ABG “jadi elo
mau gue bilang waw… gitu?.”.
Saya
tidak mau berkata apapun atas penghargaan itu namun ku nilai itu suatu metode
luar biasa yang dapat dijual untuk politik pencitraan. Penghargaan yang
beginian dapat dijadikan senjata penutup. Contoh jika ditanya apa yang telah
dilakukan selama ini untuk pencapaian tiga pilar pembangunan? Maka akan mundah
menjawab telah berhasil terbukti dari kesehatan dapat pengharagan menteri.
Sektor pendidikan sukses karena dapat
penghargaan menteri dan dari pertanian dapat penghargaan wakil presiden . Ini
benar-benar luar biasa.
Namun
jangan ditanya fakta lapangan. Ketika itu dilakukan bisa sakit hati rakyat yang
sebenarnya merasakan kenyataan lapangan. Tentu siapaun dia termasuk rakyat
tidak suka bicara casing. Rakyat butuh fakta. Namun tentu pencitraan tidak
harus melihat fakta . Yang penting ada celah dan sedikit logika maka mainkan. Itulah
yang disebut dengan politik pencitraan.
Sedikit
kurang logika memang dapat penghargaan bidang kesehatan namun temuan BPK justru
aneh di bidang jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesda) sesuai hasil pemeriksaan
tahun 2011. Lantas saya hanya berfikir sederhana lembaga mana ini yang
“ngacau”. BPK yang menyebut ada temuan atau lembaga yang memberi penghargaan?
Ck..ck…ck…
Entahlah
apa yang terjadi namun bagiku yang menjadi rakyat jelata saya tidak pernah
kenyang karena selembar kertas penghargaan.
Karena ku merasa aneh sederhana saja ingin kutanyakan “”jadi elo mau gue
bilang waw… gitu?.”. he..he….. Namanya juga jelata berpatok pada kenyataan dan bukan bangga dengan kertas.
Namun apapun dia dan siapapun dia apalagi
seorang bos di era otonomi ini bebas saja berekpresi dan menganut keinginannya.
Seorang pimpinan daerah juga bisa sesuka hati karena terlalu banyak celah yang
membuat mereka aman. Contoh pemeriksaan seorang kepala daerah tidak perlu lagi
menunggu surat presiden. Nah celahnya lembaga pemeriksa gak mau melakukannya.
Maka semua menjadi aman dan terkendali.
Intinya bagi rakyat silahkan
pakai otak dan jangan gunakan rasa . saat rasa yang diutamakan maka yang keluar
adalah waw………..he…he… (Chief Of Editor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar