Komunitas “Ale-Ale Jokowi”
Dairi Monitor lewat TV
Sidikalang-Dairi Pers : Kandidat
gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta dengan nomor urut tiga, Joko
Widodo-Basuki Tjahaya Purnama alias Jokowi-Ahok, berdasarkan hasil hitung
cepat
meraup suara lebih banyak daripada rivalnya, Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli
(Foke-Nara). Berdasarkan hasil hitung cepat Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan
TV One hingga pukul 15.31 WIB Jokowi-Ahok meraih 53,66 persen suara sementara
Foke-Nara 46,34 persen. Lembaga survei
Indo Barometer yang hasil hitung cepatnya ditayangkan di Metro TV juga
menyebutkan Jokowi menang dengan raihan suara 54,11 persen dan 45,89 persen
untuk Foke.
Pilkada DKI Jakarta ini dinilai banyak
orang sebagai barometer peta politik di tanah air. Artinya kemenangan
Jokowi-Ahok akan menular hingga daerah yang ada di Indonesia. Dari kemenangan
pasangan ini banyak kesimpulan yakni Partai koalisi partai besar tidak menjadi
jaminan dalam memenangkan satu kandidat.
Pelajaran lainnya pemilih jakarta telah
cerdas mengesampingkan politik uang. Tidak terpancing isu SARA dan pelajaran
berharga yang pantas dipetik rakyat tidak melihat banyaknya partai namun
melihat sosok vigur calon yang nyata telah berbuat.
Sebagai mana diketahui track record
pasangan Jokowi- Ahok sangat gemillang. Jokowi yang masih menjabat walikota
Solo memiliki sejarah kepemimpinan yang merakyat. Kemajuan kota solo dan
pribadinya yang amanah sanggup mengambil hati rakyat DKI. Sementara Ahok yang
merupakan mantan Bupati di Bangka Belitung juga gemilang dengan kemampuan
mengangkat derajat rakjyat Bangka belitung lewat berbagai programnnya yang pro
rakyat.
Pertarungan Jokowi-Ahok VS Fokenara
disebut sebagai pertarunagan anatara gajah dan semut dimana Foke sebagai
pejabat incumbent dikenal sebagai pejabat yang kuat dan didukung semua partai
besar. Foke menguasai jaringan dan dikenal dekat dengan istana. Sebalaiknya
Jokowi-Ahok hanya sekelas walikota/bupati yang menguji keberuntungan melawan
kekuatan gajah. Namun ternyata di mata Rakyat lebih berharga seekor semut yang
rajin bekerja dari pada seekor gajah yang pandai tidur.
Ale-Ale Jokowi
Sementara itu komunitas “Ale-ale Jokowi
Dairi” saat pilkada putaran ke II DKI berlangsung Rabu (20/9) memantau terus
jalannya pilkada lewat media televisi. Sejak pagi komunitas ini telah berkumpul
mengenakan baju khas kotak-kotak di warung-warung seputaran kota Sidikalang.
Komunitas ini ikut ambil bagian dengan menelepon para kerabatnya yang berada di
Jakarta agar memilih pasangan Jokowi-Ahok.
Meski tidak memiliki hak pilih namun
secara umum mereka yang tergabung dalam komunitas “ ale-Ale Jokowi Ini
menyatakan simpati dengan kesederhanaan jokowi-ahok. Tidak arogan dan sosok apa
adanya.
Ketua Ale-Ale Jokowi Dairi Drs,
Passiona Sihombing , MBA menyebutkan ini hanya komunitas yang diikat oleh rasa
simpati. Dasar simpati disebutkan banyak hal yakni Jokowi-Ahok sebagai fenomena
untuk sebuah perubahan kepemimpinan dan vigur sederhana yang tidak banyak
bicara namun bijak dalam bekerja.
Hendrik Situmeang menyebutkan banyak
pelajaran berharga dari kemenangan Jokowi-Ahok yakni sebuah perubahan.
Rakyat tidak terpengaruh lagi dengan Isu
SARA yang dilontar dan uang sudah tidak menjadi jaminan lagi dalam mempengaruhi
rakyat. Rakyat sudah bosan dengan pandai bicara namun rakyat mengimpikan pandai
bekerja yang tulus untuk rakyat.
Disebutkan fenomena kemenangan
Jokowi-Ahok kemungkinan menyebar hingga kabupaten/ kota yang ada di Indonesia
dimana sesungguhnya meski pejabat Incumbent tidak menjadi jaminan dipilih
rakyat kembali ketika hanya pandai bicara tanpa karya nyata. Boleh jadi seorang
pejabat incumbent menguasai jaringan permaianan mulai dari tingkat PPS, PPK dan
KPUD namun faktanya ketika rakyat bicara sekuat apa juga jaringan yang dibangun
hancur ketika rakyat sudah bosan dengan hanya banyak bicara.
Saya mendapat informasi kalau di setiap
TPS ada tim pemantau dan saksi Jokowi yang memfoto satu per satu pemilih dengan
kamera handphone. Cara ini sangat efektif untuk mengurangi kenakalan para
pemilih juga mungkin kenakalan para PPS dalam memainkan surat suara.
Sebagaimana diketahui banyak pilkada di Daerah yang akhirnya memenagkan
pertarungan hanya karena kecurangan menambah jumlah pemilih, menggunakan surat
suara sisa hingga kenakalan para PPS
yang telah terstruktur untuk memenangkan seseorang, Ujar Situmeang
Ditambahkan Situmeang kalau pilkada DKI
peran KPUD DKI sangat adil dan independen. “ Saya yakin ketua KPUD DKI tidak
berminat menjadi kepala dinas pendidikan. Dia juga tidak berminat dengan
sogokan hingga pilkada DKI berjalan
dengan jujur dan adil. Mungkin dibeberapa daerah ada ketua KPUDnya yang
diiming-imingi menjadi kepala dinas pendidikan sehingga mau saja ikut dalam
mafia penghancur demokrasi, Ujar Tumeang (R.07)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar