Kamis, 27 September 2012

Jokowi-Ahok Menang


Komunitas “Ale-Ale Jokowi” Dairi Monitor lewat TV
Sidikalang-Dairi Pers : Kandidat gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta dengan nomor urut tiga, Joko Widodo-Basuki Tjahaya Purnama alias Jokowi-Ahok, berdasarkan hasil hitung
cepat meraup suara lebih banyak daripada rivalnya, Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (Foke-Nara). Berdasarkan hasil hitung cepat Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan TV One hingga pukul 15.31 WIB Jokowi-Ahok meraih 53,66 persen suara sementara Foke-Nara 46,34 persen.  Lembaga survei Indo Barometer yang hasil hitung cepatnya ditayangkan di Metro TV juga menyebutkan Jokowi menang dengan raihan suara 54,11 persen dan 45,89 persen untuk Foke.
Pilkada DKI Jakarta ini dinilai banyak orang sebagai barometer peta politik di tanah air. Artinya kemenangan Jokowi-Ahok akan menular hingga daerah yang ada di Indonesia. Dari kemenangan pasangan ini banyak kesimpulan yakni Partai koalisi partai besar tidak menjadi jaminan dalam memenangkan satu kandidat.
Pelajaran lainnya pemilih jakarta telah cerdas mengesampingkan politik uang. Tidak terpancing isu SARA dan pelajaran berharga yang pantas dipetik rakyat tidak melihat banyaknya partai namun melihat sosok vigur calon yang nyata telah berbuat.

Sebagai mana diketahui track record pasangan Jokowi- Ahok sangat gemillang. Jokowi yang masih menjabat walikota Solo memiliki sejarah kepemimpinan yang merakyat. Kemajuan kota solo dan pribadinya yang amanah sanggup mengambil hati rakyat DKI. Sementara Ahok yang merupakan mantan Bupati di Bangka Belitung juga gemilang dengan kemampuan mengangkat derajat rakjyat Bangka belitung lewat berbagai programnnya yang pro rakyat.
Pertarungan Jokowi-Ahok VS Fokenara disebut sebagai pertarunagan anatara gajah dan semut dimana Foke sebagai pejabat incumbent dikenal sebagai pejabat yang kuat dan didukung semua partai besar. Foke menguasai jaringan dan dikenal dekat dengan istana. Sebalaiknya Jokowi-Ahok hanya sekelas walikota/bupati yang menguji keberuntungan melawan kekuatan gajah. Namun ternyata di mata Rakyat lebih berharga seekor semut yang rajin bekerja dari pada seekor gajah yang pandai tidur.
Ale-Ale Jokowi
Sementara itu komunitas “Ale-ale Jokowi Dairi” saat pilkada putaran ke II DKI berlangsung Rabu (20/9) memantau terus jalannya pilkada lewat media televisi. Sejak pagi komunitas ini telah berkumpul mengenakan baju khas kotak-kotak di warung-warung seputaran kota Sidikalang. Komunitas ini ikut ambil bagian dengan menelepon para kerabatnya yang berada di Jakarta agar memilih pasangan Jokowi-Ahok.
Meski tidak memiliki hak pilih namun secara umum mereka yang tergabung dalam komunitas “ ale-Ale Jokowi Ini menyatakan simpati dengan kesederhanaan jokowi-ahok. Tidak arogan dan sosok apa adanya.
Ketua Ale-Ale Jokowi Dairi Drs, Passiona Sihombing , MBA menyebutkan ini hanya komunitas yang diikat oleh rasa simpati. Dasar simpati disebutkan banyak hal yakni Jokowi-Ahok sebagai fenomena untuk sebuah perubahan kepemimpinan dan vigur sederhana yang tidak banyak bicara namun bijak dalam bekerja.
Hendrik Situmeang menyebutkan banyak pelajaran berharga dari kemenangan Jokowi-Ahok yakni sebuah perubahan. Rakyat  tidak terpengaruh lagi dengan Isu SARA yang dilontar dan uang sudah tidak menjadi jaminan lagi dalam mempengaruhi rakyat. Rakyat sudah bosan dengan pandai bicara namun rakyat mengimpikan pandai bekerja yang tulus untuk rakyat.
Disebutkan fenomena kemenangan Jokowi-Ahok kemungkinan menyebar hingga kabupaten/ kota yang ada di Indonesia dimana sesungguhnya meski pejabat Incumbent tidak menjadi jaminan dipilih rakyat kembali ketika hanya pandai bicara tanpa karya nyata. Boleh jadi seorang pejabat incumbent menguasai jaringan permaianan mulai dari tingkat PPS, PPK dan KPUD namun faktanya ketika rakyat bicara sekuat apa juga jaringan yang dibangun hancur ketika rakyat sudah bosan dengan hanya banyak bicara.
Saya mendapat informasi kalau di setiap TPS ada tim pemantau dan saksi Jokowi yang memfoto satu per satu pemilih dengan kamera handphone. Cara ini sangat efektif untuk mengurangi kenakalan para pemilih juga mungkin kenakalan para PPS dalam memainkan surat suara. Sebagaimana diketahui banyak pilkada di Daerah yang akhirnya memenagkan pertarungan hanya karena kecurangan menambah jumlah pemilih, menggunakan surat suara sisa  hingga kenakalan para PPS yang telah terstruktur untuk memenangkan seseorang, Ujar Situmeang
Ditambahkan Situmeang kalau pilkada DKI peran KPUD DKI sangat adil dan independen. “ Saya yakin ketua KPUD DKI tidak berminat menjadi kepala dinas pendidikan. Dia juga tidak berminat dengan sogokan  hingga pilkada DKI berjalan dengan jujur dan adil. Mungkin dibeberapa daerah ada ketua KPUDnya yang diiming-imingi menjadi kepala dinas pendidikan sehingga mau saja ikut dalam mafia penghancur demokrasi, Ujar Tumeang (R.07)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar