Mimpi
Bupati
Ditengah hari bolong aku
bermimpi dan apa yang kuimpikan tidak tanggung-tangung jadi seorang
Bupati. Namun tidak jelas di kabupaten mana. Dalam mimpi aku naik Mobil
Fortuner di depannya ada ajudan yang tamatan STPDN.
Kalau aku haus langsung
diambilkan minuman mineral dan kalau aku keringat diambilkan tissu. Paling enak
kalau aku bicara semua mendengarkan padahal apa yang ku katakan tidak semua
benar. Bahkan aku sering ngarang. Sodapnya tidak ada yang protes walau aku berbohong atau asbun.
Aku benar-benar menjadi seorang raja yang sempurna. Dan paling
nikmat yang kurasakan kepala SKPD senyum saja bahkan tertawa kalau aku melucu.
Meski tidak lucu dari wajah mereka terlihat sangat respon. Karena bagiku
gampang coba-coba tidak tertawa pasti
akan ku mutasi.
Hidupku serba enak, disegani, ditakuti bahkan diagungkan. Semua
serba ada menaklukkan dunia dengan materi. Aku bebas melakukan pesta-pesta toh
yang nanggung APBD. Kalau kepalaku mulai mumet tinggal panggil kepala Dippeka
maka SPJku beres plus biaya tingkah lakuku dinegeri orang. Semua bisa ku atur
karena akulah orang nomor satu.
Aku juga lihat stafku di SKPD jika kuperkirakan sudah ada
penghasilannya maka mudah bagiku memanggilnya cukup kukatakan mau ke luar kota
maka amplop akan terselip dibawah map. Kalau ukurannya pas maka aku tersenyum
dan jika tidak sesuai maka akan kubiarkan satu kali . Namun jika terulang dua
kali akan mulai kucari cara untuk membuangnnya. Jadi semua enak. Terserah SKPD
mau mendapatkan uang dari mana, mau korupsi di instansinya. Mau mark up anggarannya
atau SKPD minjam dari orang lain masa bodoh .Yang penting bagiku cair. Yang jelas aku aman karena uang yang
diberikan padaku tidak pakai tanda
terima jadi bereslah.
Masih dalam mimpiku untuk mempertahankan jabatanku lagi akau
akan melihat kondisi rakyat di desa maklum kalau di kota orang sudah lebih
pintar jadi susah membodohi maka aku pusatkan populer di kampung-kampung saja .
Berbagai cara kulakukan agar rakyat yang bodoh di kampung terkesima. Aku
pura-pura baik saja. Enteng menaklukkan orang desa cukup kubagi-bagi uang
dengan cara sawer. Mereka akan berpikir itu dari kantongku padahal itu uang
mereka . Tapi karena tanganku langsung yang memberikan maka mereka akan tunduk
padaku. Nanti kalau pemilihan lagi aku pasti dipilih. Rumusnya mudah kucuri uang rakyat miliaran rupiah maka aku
hanya memberikan 50.000 saja dari tanganku maka rakyat didesa akan senang dan menyebutku pahlawan hingga
bupati yang baik.
Sungguh nikmat menjadi bupati. Dan tidak ada lebih enak dari
bupati. Bagiku KPK kecil karena jangankan KPK , PBBpun aku tidak takut. Karena
yang korupsi bukan aku tetapi stafku. Uang yang masuk padaku toh gak pake tanda
terima kok. Jadi klalau ada KPK silahkan saja karena mereka tidak akan
bisa menahanku tanpa bukti. Soal jadi
kepala dinas yang masuk Bui itu urusannya.
Satu lagi enaknya sama siapaun aku gak takut. Kalau ada oposan
mengkrtitisi tinggal ku katakan bukan kelasku. Dan jika membandel ada cara
menggunakan tangan lain dan aku hanya mencari kelemahan lawanku dan itu yang
kuhembus-hembuskan saat berpidato . Memang meski bergaya anak-anak tetapi tidak
akan ada yang berani mengatakan aku bersifat anak-anak. Coba kalau berani
kumutasi.
Inilah
enaknya menjadi bupati namun sayang itu hanya sebatas mimpiku. Namun tidak juga
salah jika bermimpi karena itu adalah hak pribadiku yang dijamin undang-undang.
Kalau bermimpi juga dilarang maka sudah terlalu kejamlah dunia ini. Kalau hanya
bermimpi juga aku harus dipukuli dan ditarget sudah terlau pahitlah keadilan
ini. Maka agar tidak sebatas mimpi kalau kelak aku mencalonkan diri menjadi
Bupati tidak usah dipilih rakyat. Karena bakalan rusak ku buat semua. (Chief Of
editor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar