Rabu, 08 Agustus 2012


Mimpi Bupati
     Ditengah hari bolong aku  bermimpi dan apa yang kuimpikan tidak tanggung-tangung jadi seorang Bupati. Namun tidak jelas di kabupaten mana. Dalam mimpi aku naik Mobil Fortuner di depannya ada ajudan yang tamatan STPDN.
Kalau aku haus langsung diambilkan minuman mineral dan kalau aku keringat diambilkan tissu. Paling enak kalau aku bicara semua mendengarkan padahal apa yang ku katakan tidak semua benar. Bahkan aku sering ngarang. Sodapnya tidak ada yang protes walau aku  berbohong atau asbun.
     Aku benar-benar menjadi seorang raja yang sempurna. Dan paling nikmat yang kurasakan kepala SKPD senyum saja bahkan tertawa kalau aku melucu. Meski tidak lucu dari wajah mereka terlihat sangat respon. Karena bagiku gampang coba-coba tidak tertawa  pasti akan ku mutasi.
     Hidupku serba enak, disegani, ditakuti bahkan diagungkan. Semua serba ada menaklukkan dunia dengan materi. Aku bebas melakukan pesta-pesta toh yang nanggung APBD. Kalau kepalaku mulai mumet tinggal panggil kepala Dippeka maka SPJku beres plus biaya tingkah lakuku dinegeri orang. Semua bisa ku atur karena akulah orang nomor satu.
     Aku juga lihat stafku di SKPD jika kuperkirakan sudah ada penghasilannya maka mudah bagiku memanggilnya cukup kukatakan mau ke luar kota maka amplop akan terselip dibawah map. Kalau ukurannya pas maka aku tersenyum dan jika tidak sesuai maka akan kubiarkan satu kali . Namun jika terulang dua kali akan mulai kucari cara untuk membuangnnya. Jadi semua enak. Terserah SKPD mau mendapatkan uang dari mana, mau korupsi di instansinya. Mau mark up anggarannya atau SKPD minjam dari orang lain masa bodoh .Yang penting bagiku cair.  Yang jelas aku aman karena uang yang diberikan  padaku tidak pakai tanda terima jadi bereslah.
     Masih dalam mimpiku untuk mempertahankan jabatanku lagi akau akan melihat kondisi rakyat di desa maklum kalau di kota orang sudah lebih pintar jadi susah membodohi maka aku pusatkan populer di kampung-kampung saja . Berbagai cara kulakukan agar rakyat yang bodoh di kampung terkesima. Aku pura-pura baik saja. Enteng menaklukkan orang desa cukup kubagi-bagi uang dengan cara sawer. Mereka akan berpikir itu dari kantongku padahal itu uang mereka . Tapi karena tanganku langsung yang memberikan maka mereka akan tunduk padaku. Nanti kalau pemilihan lagi aku pasti dipilih. Rumusnya mudah  kucuri uang rakyat miliaran rupiah maka aku hanya memberikan 50.000 saja dari tanganku maka rakyat didesa  akan senang dan menyebutku pahlawan hingga bupati yang baik.
     Sungguh nikmat menjadi bupati. Dan tidak ada lebih enak dari bupati. Bagiku KPK kecil karena jangankan KPK , PBBpun aku tidak takut. Karena yang korupsi bukan aku tetapi stafku. Uang yang masuk padaku toh gak pake tanda terima kok. Jadi klalau ada KPK silahkan saja karena mereka tidak akan bisa  menahanku tanpa bukti. Soal jadi kepala dinas yang masuk Bui itu urusannya.
     Satu lagi enaknya sama siapaun aku gak takut. Kalau ada oposan mengkrtitisi tinggal ku katakan bukan kelasku. Dan jika membandel ada cara menggunakan tangan lain dan aku hanya mencari kelemahan lawanku dan itu yang kuhembus-hembuskan saat berpidato . Memang meski bergaya anak-anak tetapi tidak akan ada yang berani mengatakan aku bersifat anak-anak. Coba kalau berani kumutasi.
     Inilah enaknya menjadi bupati namun sayang itu hanya sebatas mimpiku. Namun tidak juga salah jika bermimpi karena itu adalah hak pribadiku yang dijamin undang-undang. Kalau bermimpi juga dilarang maka sudah terlalu kejamlah dunia ini. Kalau hanya bermimpi juga aku harus dipukuli dan ditarget sudah terlau pahitlah keadilan ini. Maka agar tidak sebatas mimpi kalau kelak aku mencalonkan diri menjadi Bupati tidak usah dipilih rakyat. Karena bakalan rusak ku buat semua. (Chief Of editor)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar