Sendiri
di mobil bututku mendengarkan lagu Meriam Belina menginspirasiku dalam membuat
tulisan yang miring kali ini. “ Senyum dan tawa hanya sekedar saja, sebagai
pelengkap sempurnannya sandiwara…” demikian sepenggal bait artis multi talenta yang
susah mengucapkan
huruf “ R “ tersebut. Sungguh demi kepentingan kita kadang
bersandiwara. Bersandiwara menjadi orang lain , menghianati nurani untuk
menyempurnakan sandiwara. Maka mereka yang punya banyak kepentingan biasanya
tidak merdeka. Intinya siap menjadi orang lain yang penting tujuan tercapai.
Saya
harus katakan semua orang mempunyai kepentingan ketika sebuah perkhelatan
politik dimulai. Baik pilkada, Pemilu dan Pilpres semua orang yang mempunyai
hak pilih pasti mempunyai tujuan dan kepetingan. Dalam pilpres ada kepetingan
karena anggota Parpol pendukung, takut dipinalti karena caleg terpilih. Takut
ditarik SK ketua DPC partai.
Ada bekepentingan
aktif mendukung capres karena caleg gagal dan berharap sedikit ada uang masuk
dari pilpres. Ada kepentingan uang rokok. Ada kepentingan proyek . Ada
kepentingan karena sahabat dan
komunitas. Takut terkucilkan dari komunitas karena tampil beda. Dan ada
kepentingan cari kerja karena pengangguran. Semua itu berdasarkan kepentingan
pribadi. Biasanya motivasi kepentingan
pribadi ini dipoles sandiwara.
Namun
banyak juga yang berkepentingan ingin
indonesia ini baik. Bukan kepetingan pribadi. Mereka muncul karena nurani.
Bekerja dan berbuat untuk kepentingan perubahan. Bahkan mengorbankan waktu
tenaga, pikiran dan keuangan untuk tujuan umum. Jenis ini tidak banyak karena
memang pekerjaannya tidak mudah dan hanya orang-orang tertentu yang masih mau memikirkan kepentingan umum. Orang yang telah berada di posisi aman
biasanya memilih menghianati nurani.
Membunuh kebenaran dengan memoles gaya
sandiwara sehingga terlihat sempurna meski hati sesungguhnya berkata
lain.
Ahmad Albar musisi
gaek dalam lagu panggung sandiwara katakan “ panggung sandiwara ceritanya mudah
berubah” maka jangan heran jika kemarin perang habis-habisan kini berpelukan
habis-habisan hingga mirip teletubies.
Menyempurnakan
sandiwara banyak cara. Cara paling gampang tidak habis alasan. Sudah jelas-jelas salah tetap cari
alasan. Orang batak bilang “ dang suda alus” . Lihat saja banyak politikus nasional pintar mencari alasan
menyempurnakan sandiwaranya hanya untuk sekedar tidak mengakui kekalahan/
kesilapan dan kebohongan.
Sehebat apa juga
pemain acting biasanya akan menampakkan wajah asli ketika pertunjukan usai.
Sesempurna seorang actor biasanya saat mau tidur akan merenungkan diri dan
kelakuannya. Saat menatap langit kamar merenung diri itulah sesungguhnya saat yang paling tepat mengurai kekotoran
mental pribadi dengan berbagai
manuver sandiwara yang dipertontonkan
pada siang hari.
Sekaliber apapun
seorang actor sehebat apa sandiwara yang dibawa hanya dua kali waktunya melepas
semua topeng yakni ketika kehidupan sesusah-susahnya dan kedua ketika sekarat
menjelang maut. Ada yang mengatakan topeng terbuka saat berdoa kepada
Tuhannya. Namun ini juga belum dapat
diakui akurasinya karena banyak yang beribadah hanya karena orang lain. Beribadah
untuk mengelabui. Faktanya banyak orang yang kelihatan dekat dengan Tuhan ,
bicara agamais ,terlihat taat dari
casingnnya namun juga gemar dalam
menebar fitnah dan kebohongan . Sungguh semua itu untuk menyempurnakan sandiwara. (Chief Of Editor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar