Rabu, 25 Juni 2014

Sempurnanya Sandiwara



            Sendiri di mobil bututku mendengarkan lagu Meriam Belina menginspirasiku dalam membuat tulisan yang miring kali ini. “ Senyum dan tawa hanya sekedar saja, sebagai pelengkap sempurnannya sandiwara…” demikian sepenggal bait artis multi talenta yang susah mengucapkan
huruf “ R “ tersebut. Sungguh demi kepentingan kita kadang bersandiwara. Bersandiwara menjadi orang lain , menghianati nurani untuk menyempurnakan sandiwara. Maka mereka yang punya banyak kepentingan biasanya tidak merdeka. Intinya siap menjadi orang lain yang  penting tujuan tercapai.
            Saya harus katakan semua orang mempunyai kepentingan ketika sebuah perkhelatan politik dimulai. Baik pilkada, Pemilu dan Pilpres semua orang yang mempunyai hak pilih pasti mempunyai tujuan dan kepetingan. Dalam pilpres ada kepetingan karena anggota Parpol pendukung, takut dipinalti karena caleg terpilih. Takut ditarik SK ketua DPC partai.
Ada bekepentingan aktif mendukung capres karena caleg gagal dan berharap sedikit ada uang masuk dari pilpres. Ada kepentingan uang rokok. Ada kepentingan proyek . Ada kepentingan karena  sahabat dan komunitas. Takut terkucilkan dari komunitas karena tampil beda. Dan ada kepentingan cari kerja karena pengangguran. Semua itu berdasarkan kepentingan pribadi.  Biasanya motivasi kepentingan pribadi ini dipoles sandiwara.
            Namun banyak juga yang berkepentingan  ingin indonesia ini baik. Bukan kepetingan pribadi. Mereka muncul karena nurani. Bekerja dan berbuat untuk kepentingan perubahan. Bahkan mengorbankan waktu tenaga, pikiran dan keuangan untuk tujuan umum. Jenis ini tidak banyak karena memang pekerjaannya tidak mudah dan hanya orang-orang tertentu yang  masih mau memikirkan kepentingan umum.  Orang yang telah berada di posisi aman biasanya  memilih menghianati nurani. Membunuh kebenaran dengan memoles gaya  sandiwara sehingga terlihat sempurna meski hati sesungguhnya berkata lain.
Ahmad Albar musisi gaek dalam lagu panggung sandiwara katakan “ panggung sandiwara ceritanya mudah berubah” maka jangan heran jika kemarin perang habis-habisan kini berpelukan habis-habisan hingga mirip teletubies.
Menyempurnakan sandiwara banyak cara. Cara paling gampang tidak habis  alasan. Sudah jelas-jelas salah tetap cari alasan. Orang batak bilang “ dang suda alus” . Lihat saja banyak  politikus nasional pintar mencari alasan menyempurnakan sandiwaranya hanya untuk sekedar tidak mengakui kekalahan/ kesilapan dan kebohongan.
Sehebat apa juga pemain acting biasanya akan menampakkan wajah asli ketika pertunjukan usai. Sesempurna seorang actor biasanya saat mau tidur akan merenungkan diri dan kelakuannya. Saat menatap langit kamar merenung diri itulah sesungguhnya  saat yang paling tepat mengurai kekotoran mental pribadi  dengan berbagai manuver  sandiwara yang dipertontonkan pada siang hari.
Sekaliber apapun seorang actor sehebat apa sandiwara yang dibawa hanya dua kali waktunya melepas semua topeng yakni ketika kehidupan sesusah-susahnya dan kedua ketika sekarat menjelang maut. Ada yang mengatakan topeng terbuka saat berdoa kepada Tuhannya.  Namun ini juga belum dapat diakui akurasinya karena banyak yang beribadah hanya karena orang lain. Beribadah untuk mengelabui. Faktanya banyak orang yang kelihatan dekat dengan Tuhan , bicara agamais ,terlihat  taat dari casingnnya namun juga gemar  dalam menebar fitnah dan kebohongan . Sungguh semua itu untuk menyempurnakan  sandiwara. (Chief Of Editor)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar