Kamis, 06 Maret 2014

Dairi Dan Pakpak Bharat: Perlunya Kepemimpinan Berkarakter



Oleh Jansen Sinamo
       Dalam hal kepemimpinan nasionalnya, orang sering mengatakan bahwa Indonesia tidak seberuntung China, India, Malaysia, atau Singapura. Sementara China punya Deng Xiaoping, India punya
Manmohan Singh, Malaysia punya Mahathir Mohamad, dan Singapura punya Lee Kuan Yew yang memimpin keempat negara itu secara efektif sehingga mampu melejit menjadi negara yang disegani dan berkemajuan cepat, Indonesia cuma punya pemimpin-pemimpin yang medioker sehingga bangsa inimasih harus menanggung malu karena dikenal jagoan korupsi, tenaga kerjanyayang sering dizholimi di luar negeri, generasi mudanyayang semakin loyo terdera wabah tawuran dan narkoba, serta infrastrukturnya yang berkualitasburuk di seantero negeri.
Umum diketahui, faktor utama dalam usaha memajukan organisasi (negara, gereja, perusahaan, yayasan,atau sekolah) adalah kualitas kepemimpinannya, khususnya kepemimpinan yang visioner dan kredibel. Tidak terkecuali kemajuan Dairi dan Pakpak Bharat.
Empat Ukuran Kepemimpinan
       Ukuran pertama adalah kemajuan.Bukti utama efektivitas kepemimpinan adalah adanya kemajuan-kemajuan. Semaju apa suatu kabupaten di bawah kepemimpinan bupatinya, itulah kriteria pertama.  Peningkatan dalam kesejahteraan rakyatnya, itulah yang primer. Apakah pendapatan rakyat naik, pupuk dan bibit unggul tersedia dan terjangkau harganya, perhubungan semakin lancar, pendidikan semakin berkualitas, fasilitas umum bertambah baik, pelayanan birokrasi semakin mudah, murah,cepat, serta bebas pungli, merupakan indikator-indikator kemajuan.
Bila tak ada kemajuan di daerahnya, berarti tak ada gunanya pemimpin tersebut bagi masyarakat. Maka karakter pertama seorang pemimpin efektif adalah pencetak keberhasilan (success maker) yang didukung oleh sub-karakter cerdas, jujur, pekerja keras, bertanggung jawab, dan problem-solver.
       Ukuran kedua adalah dukungan. Pemimpin yang efektif harus didukung oleh segenap rakyat melalui lembaga-lembaganya: terutama DPRD, pemerintah pusat dan propinsi, serta organisasi-organisasi kebudayaan dan keumatan di wilayahnya, termasuk pers dan universitas.
Bila banyak demo, kritik, dan perlawananterhadapnya berarti kualitas pemimpin tersebut sangat buruk; ia impoten sebagai pemimpin, tak berwibawa dan tak berguna bagi rakyat. Maka karakter kedua seorang pemimpin efektif adalah penggalangdukungan (support getter) yang didukung oleh sub-karakter rendah hati, kreatif, amanah, adil, dan terpercaya.
       Ukuran ketiga adalah motivasi.Pemimpin yang efektif harus mampu membangkitkan motivasi kerja di seluruh jajarannya dan pada gilirannya motivasi kerja pada seluruh rakyatnya. Pada akhirnya rakyatlah yang harus bekerja keras mengubah nasibnya, menaikkan taraf hidupnya, serta memperkuat ekonomi dan kesehatannya. Dalam konteks ini pemimpin dan jajarannya adalah fasilitator dan motivator; yang dalam bahasa Ki Hajar Dewantara disebut “ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”.
Bila pegawai dan rakyat tidak bersemangat, sinis dan apatis pula, berarti daya inspirasi sang pemimpin sangat rendah bahkan buruk; kata-katanya hambar dan dilecehkan orang banyak;ia dicela dan ditertawakan rakyat. Maka karakter ketiga seorang pemimpin efektif adalah pembangun motivasi (effective motivator) yang didukung oleh sub-karakter tulus dan peduli, berpikir positif dan selalu apresiatif.
       Ukuran keempat adalah visi. Pemimpin yang efektif harus punya visi, kemudian menyatukan seluruh jajaran dan masyarakatnya dalam suatu visi bersama. Visi adalah cita-cita ideal yang sekaligus operasional, berkekuatan besar untuk mendobrak semua keterbatasan dan belenggu mental; sebuah kekuatan yang berasal dari jiwa masyarakat yang dibangkitkan oleh visi tersebut. Visi itu kemudian menjadi panduan kerja bersama, sumber nilai bagi agenda kerja bersama, beserta standar-standarnya.
Bila raja tidak punya visi maka liarlah rakyat, demikian kata Pengamsal. Itu berarti di bawah pemimpin yang tak punya visi, pegawai hanya bekerja karena takut, tak ada inisiatiftak ada kreativitas tak ada kualitas, semuanya sub-standar belaka, sekadar bertahansaja; dan demikian juga di kalangan masyarakat. Maka karakter keempat seorang pemimpin efektif adalah komunikator visi (vision communicator) yang didukung oleh sub-karakter komunikatif dan empatik, serta berintegritas dan antusias.
***
       Dua karakter pertama: pencetak keberhasilan dan penggalang dukungan, membentuk kredibilitas pemimpin. Kepemimpinan yang banyak keberhasilannya serta besar dukungannya disebut kepemimpinan kredibel.
Dua karakter berikutnya: pembangun motivasi dan komunikator visi, membentuk visi kepemimpinan yang kuat. Kepemimpinan yang digerakkan oleh visi yang menjadi motivasi akbar bagi seluruh warga dalam bekerja disebut kepemimpinan visioner.
Dengan demikian kepemimpinan yang kita butuhkan bagi seluruh jenis organisasi di negeri kita adalah kepemimpinan kredibel dan visioner.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar