(Mengurai
Kelakuan Oknum DPRD Dairi)
Sidikalang-Dairi
Pers : Tulisan ini sengaja saya muat di Dairi Pers sebagai curahan hati apa
sesungguhnya yang terjadi di gedung DPRD Dairi selama periode 2009-2014.
Tulisan ini sengaja diurai sebagai bentuk pertanggung jawaban moral saya
sebagai wakil rakyat dan berharap dengan kisah ini rakyat dapat mengambil
hikmah betapa pentingnya nurani dan tanggung jawab memilih wakil-wakilnya yang
bakal duduk di kursi dewan. Saya Tahu dengan pengakuan ini akan melahirkan
kebencian kepada saya oleh sejumlah oknum dewan. Meski harus saya akui beberapa
diantara dewan yang ada sekarang masih wajar dan layak untuk dipilih kembali.
Namun saya harus mengatakan yang benar dan yang pantas dipersalahkan memang
harus salah.
Demikian sepenggal surat dari
Anggota DPRD Dairi Dahlan Sianturi, SE. Wakil rakyat Dairi yang hingga kini
masih aktif itu membeberkan tingkah dan sepak
terjang sejumlah anggota dewan selama dirinya menjadi bagian dari DPRD
Dairi.
“ Saya bukan caleg dan saya tidak mencalonkan diri sebagai
wakil rakyat. Tidak ada kepentingan saya . Namun sebagai pertanggung jawaban
moral kepada rakyat dan bagian untuk pendewasaan politik wajar klisah-kisah
nyata yang kamai lakukan di DPRD
Dairi menjadi masukan bagi rakyat .
Pantaskah kami disebut wakil rakyat dengan sebutan terhormat ?
Dahlan menyebutkan berbagai motivasi dan peluang seorang caleg
untuk meraih kursi dewan terhormat ada beberapa hal yakni sebagai lowongan
kerja, Mencari kekayaan, Mencari
prestise, karena Didorong-dorong hingga tulus demi rakyat. Motivasi untuk lowongan kerja,
Mencari kekayaan, hingga didorong-dorong
biasanya tanpa konsep yang jelas. Bahkan hampir dipastikan tidak tahu apa yang
bakalan dikerjakan saat menjabat sebagai wakil rakyat. Jenis ini biasanya punya
kemampuan financial yang mapan. Namun tidak menjadi harapan rakyat saat
menjabat karena paling akan menjadi bagian dari kekuasaan. Mengejar kekayaan
dan menjual bulat-bulat rakyat.
Sudah menjadi hal lumrah juga sejumlah oknum caleg jelang
pemilu akrab dengan rakyat, rajin mengurusi kebutuhan rakyat. Mengajak makan,
pesta pesta hingga pemberian buah tangan. Bagi dewan yang aktif kembali menjadi caleg biasanya tiba-tiba
menjadi baik dan merakyat. “Posisi rakyat ibarat anak kambing yang dielus-elus.
Dimanja dan penuh perhatian menunggu waktu yang tepat untuk di jual”
Dikatakan Ketua PPRN Dairi ini menjalani diri sebagai anggota
DPRD Dairi periode 2009-2014 sungguh banyak kisah yang harus dibeberkan kepada
masyarakat sebagai bahan koreksi intern sesama anggota dewan . Juga sebagai
alat penilaian untuk rakyat dalam menjatuhkan pilihan. Memilih caleg karena
uang, karena family, kerabat, Ikatan Marga , factor kasihan hingga karena
kepentingan sesaat hanya akan menghasilkan wakil rakyat yang tidak
berkwalitas.Jenis ini berpotensi akan
menjual rakyat demi kekayaan.
Apa yang saya alami selama menjadi anggota DPRD Dairi periode
ini ada beberapa oknum di DPRD Dairi yang menjadikan jabatan wakil rakyat
sekedar untuk meraup kekayaan. Mengembalikan biaya saat menjadi caleg . Hingga
menjadi anjing pelacak eksekutif. Tupoksi pengawasan yang menjadi kewajiban
dewan justru diperdagangkan demi uang dan kekuasaan. Meski tidak popular namun
jelas ada dewan plat merah. “ sebut Dahlan.
Ada juga oknum dewan yang bertingkah jual-jual mahal yang
kerap menjual rakyat sebagai barang dagangan. Dengan istilah anggaran tidak pro
rakyat menolak rencana anggaran yang dimajukan eksekutif. Terlihat tegas saat sidang namun tiba-tiba
menerima rencana anggaran eksekutif.
Rakyat bisa menduga apa yang terjadi dibalik itu semua. Tentu tidak berlebihan
jika rakyat menduga sikap jual jual mahal hanya sekedatr menaikkan posisi
tawar. Ketika ukuran tepat maka anggaran yang dianggap tidak pro rakyat itu
menjadi anggran yang sudah pro rakyat, sebutnya.
(Bagaimana prosedur dan geliat
sebuah anggaran hingga disetujui DPRD Dairi
. Apa sesungguhnya yang terjadi dengan APBD 2013 yang penuh kontroversi
. Hingga oknum oknum yang kerap menjual rakyat demi kepentingan pribadi akan
dibahas minggu depan) Bersambung …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar