Selasa, 18 Februari 2014

Maradu Gading Lingga, SH



Caleg Partai Nasdem Dapil I Dairi No. Urut 6
      Sidikalang-Dairi pers : Pasca Pilkada tidak ada dalam pikiran saya untuk serius lagi menjadi Caleg untuk DPRD Dairi. Namun SMS dan beberapa warga yang bersimpati datang dan meminta
keseriusan maka saya kembali ke jalur politik ini. “ Rasanya saya menjadi manusia egois ketika sahabat Luhutma Donganta yang militant tidak saya dengarkan . Sahabat yang menyanyangi dan memberikan motivasi jika tidak dikerjakan akan melahirkan ketidak percayaan . Itu sebahagian alsan mengapa saya kini kembali maju sebagai caleg.
      Demikian disampiakan Maradu Gading Lingga, SH Caleg Partai Nasdem Dairi untuk daerah pemilihan I Sidikalang, Parbuluan, Sitinjo dan siempat nempu hulu. Nomor urut 6. Vigur yang menjadi wakil pasangan Cabup Luhut Matondang dalam pilkada 2013 itu menyebutkan pasca putusan MK perihal sengketa pilkada Dairi mengakui jujur dunia politik adalah sebuah dunia penuh tantangan dan harus banyak belajar.
      MG Lingga yang melepas puluhan becak bermotor dengan atribut Maradu Gading Lingga selasa (3/2) menandai terjunnya kembali dia ke dunia politik untuk kursi DPRD Dairi. “ Saya melihat wajar ada resah dan galau pendukung Luhutma Dongannta. Karena calon lain dalam pilkada silam semua mempunyai partai dan ketua Partai. Sementara Luhutma Dongannta murni dari wiraswasta sehingga tidak ada Partai yang menjadi “ Cantolan” mereka untuk menyalurkan aspirasi. Sebelum pilkada  saya sudah terdaftar sebagai caleg dari partai Nasdem sehingga rasanya tidak adil juga jika saya tidak mengakomodir keinginanan para pendukung agar saya serius dalam Pileg ini “ sebut Lingga.
      Saat dipertanyakan apa yang menjadi visi dan misinya dikatakan lingga sesungguhnya visi dan misi itu tidak menjadi alat ukur bagi masyarakat. Kunci utama bagaimana keluhan masyarakat dapat diakomodir dan dicarikan jalan keluarnya sehingga rakyat merasakan ada gunanya menjadi seorang DPRD.
      Menjawab setelah balihonya berdiri dan kata miring dan sumbang sering terdengar yakni kalah wakil bupati pasti kalah di dewan. Bahkan menyebut-nyebut namanya disamakan dengan nasib orang lain yang selalu kalah dalam persaingan Pria alumnus fak. Hukum Universitas Indonesia ini menyebutkan boleh jadi ada kebenarannya. Namun tidak dapat digeneralisir karena masalah perjalanan seseorang ditentukan usaha dan hak prerogative Sang Maha Kuasa.
      Berkaiatan dengan kata-kata miring hingga memvonis nasib seseorang merupakan hal biasa dalam sebuah persaingan. Kadang dalam politik kita harus mengalami cacian, makian, bahkan Fitnah sehingga bisa mencapai kematangan dalam dunia politik.
      Saya yakin pendukung Luhutma Doganta dalam pilkada silam masih solid dan masih menjaga nurani untuk memperbaiki Dairi ini. “ Saya percaya tidak semua rakyat mendewakan uang. Namun masih banyak yang menilai track record vigor yang maju. Catatan kerja, SDM hingga keyakinan rakyat terhadap vigor-vigur yang menjunjung tinggi nilai nilai kejujuran dan tanggung jawab.
      Menjawab apa yang menjadi komentarnya   sebagai cawabup yang menduduki runner up dibawah incumbent. Lingga menyebutkan banyak pengalaman manis juga pengalaman pahit yang dialaminya. Pengalaman indah saat bertemua dengan banyak orang dan itu menambah persaudaraan dan jaringan. Detik detik perhitungan yang menegangkan hingga pengalaman di MK semua menjadi bagian dari seni berpolitik. Sedang pengalaman pahit public vigor akan rentan terhadap penyerangan hingga fitnah. Namun semua itu adalah untuk kematangan. Tidak perlu merasa “dikerjai” meski menjadi suatu kewajiban untuk membela diri dengan nilai-nilai kebenaran” sebutnya (R.07)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar