Selasa, 18 Februari 2014

Ir. Togar Pasaribu



“Menjadi Diri Sendiri Meski Itu Pahit”
      Caleg  Partai Hanura untuk DPRD Dairi Dapil I (Sidikalang, Sitinjo, Siempat nempu Hulu dan Parbuluan) Nomor Urut 2 Ir. Togar Pasaribu bukan sosok baru di legislative.
DPRD Dairi yang masih aktif ini sebelumnya dipercayakan PNBK sebagai duta di DPRD Dairi . “ Saya memilih Hanura karena saya melihat ada hal hakiki di dalamnya yakni nurani. Nurani menjadi sesuatu yang mahal dan sulit didapat sekarang. Yang umum terlihat kebohongan, menipu diri sendiri dan larut dalam hingar bingar keduniaan. Namun demikian Togar Pasaribu menyebutkan sungguh semua itu kembali kepada pribadi seseorang dan dimata rakyat menjatuhkan pilihan justru melihat vigor calegnya.
      Dewan yang berdomisili di Sitinjo ini saat dipertanyakan Dairi Pers kesannya semasa menjabat di DPRD Dairi menyebutkan sesungguhnya hakikat  menjadi seorang wakil rakyat  tidak mudah kecuali tujuannya hanya sekdar nama, status social , cari  pekerjaan atau mungkin lebih ektrim cari kekayaan. Namun jenis demikian biasanya akan kandas dalam pemilu berikutnya.
      Pria yang dianugerahi 3 orang anak ini menyebutkan banyak kebijakan pemerintah yang sebenarnya oleh DPRD Dairi tidak harus diputuskan dengan Voting. Dalam mekanisme kerja dewan voting merupakan hal terkahir jika kata seopakat dicapai. Namun sepanjang periode kami beberapa kali putusn harus voting. Saat itu terjadi sesungguhnya ada masalah.. tentu persetujuan DPRD atas berbagai kebijakan pemerintah yang oleh mata masyarakat dianggap tidaka popular turut menyeret dewan lainnya. “ Keputusan DPRD itu satu sehingga minoritas meski berkata benar juga ikut dipersalahkan ketika keputusan dewan secara umum menyetujui kebijakan pemerintah.
      Saat Dairi Pers mempertanyakan dirinya satu dari 10 dewan yang menolak APBD 2013 menguraikan semua bermula dari usulan pemkab Dairi atas tiga item anggaran yakni Biaya kunjungan tokoh agama ke luar negeri sebesar Rp. 1 M. Biaya untuk pembelian mobil dinas camat Rp. 3,6 M dan Biaya studi banding ibu PKK dan Istri kepala desa ke Yogya Rp. 2,7 M. Sesungguhnya bukan itu saja anggaran di kecamatan naik sampai 100%. Dan beberapa anggaran lainnya yang berindikasi anggaran itu tidak pro rakyat.
      Banyak pertanyaan di dalamnya karena tahun 2013 merupakan tahun poliik bagi Dairi dimana Pilkada berlangsung. Tentu patut diduga ada hubungannya pembengkakan anggaran. “Bagaimana kita mau menyetujui ketika rakyat masih miskin dan butuh bantuan justru muncul anggaran yang tidak menyebelah kepada rakyat. Itu alasan mengapa kita bersama 10 dewan lainnya memilih mengkritisi pemerintah” sebutnya.
      Protes yang dilakukan yang awalnya sebahagian besar anggota DPRD Dairi atas anggaran itu akhirnya tertunda hingga maret 2013. Namun entah bagaimana satu fraksi di DPRD Dairi yang awalnya getol menolak akhirnya tiba-tiba “ lembek” dan mengikuti sidang. Anggaraan disahkan meski terlambat. Tinggal 10 dewan yang mengkritisi konsisten menolak anggaran itu. Ke 10nya akhirnya gagal meski getol menolak anggaran yang tidak pro rakyat. “ Secara demokrasi mungkin kita dipersalahkan. Namun secara nurani kita bangga meski minoritas di dewan namun berani berkata tegas menolak anggaran yang tidak pro rakyat. Itu lebih baik daripada sekedar Datang, Duduk dan Diam” sebutnya.
      Menjawab apa yang akan dilakukan dan janjinya jika kembali terpilih menjadi DPRD Dairi disebutkan Togar sesungguhnya banyak rencana yang intinya menjaga tupoksi dewan. Namun kembali kepada hasil pilihan rakyat atas 35 anggota dewan. Jika formasi dewan sama yakni suka lupa akan tupoksinya sebagai dewan maka pihaknya tidak akan bisa berbuat banyak. Namun jika mayortitas dewan yang dipilih rakyat mempunyai nurani dan menyadari tupoksinya untuk rakyat maka fungsi dan kontrol dewan akan berjalan dengan baik. Sudah pasti saya salah satunya dibarisan itu “ sebut togar.
                Saat dipertanyakan Dairi Pers apa tanggapannya mengenai korupsi Togar menjelaskan singkat “ Haram dan menyusahkan rakyat” . “persoalan bangsa ini persoalan moral hingga jatuh ke lembah rakus. Syukur kini terlihat ketegasan lembaga hukum seperti KPK. Kini menyusul polri dan kejaksaan untuk pemberantasan korupsi. Saya lihat banyak yang sudah pucat dan khawatir atas fenomena ini. Hingga di daerah cukup terasa waswas dari sejumlah pihak. Sama sekali tidak enak dan memalukan harus ditahan karena korupsi. Betapa malu bagi keluarga dan nama baik. Karena saya masih punya rasa malu dan tidak tahan di penjara maka saya jaga diri saya untuk tidak terlibat hal demikian” sebut Togar. (R.07) (Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar