“Menjadi Diri Sendiri Meski Itu
Pahit”
Caleg Partai Hanura
untuk DPRD Dairi Dapil I (Sidikalang, Sitinjo, Siempat nempu Hulu dan
Parbuluan) Nomor Urut 2 Ir. Togar Pasaribu bukan sosok baru di legislative.
DPRD Dairi yang masih aktif ini sebelumnya dipercayakan PNBK sebagai duta di
DPRD Dairi . “ Saya memilih Hanura karena saya melihat ada hal hakiki di
dalamnya yakni nurani. Nurani menjadi sesuatu yang mahal dan sulit didapat sekarang.
Yang umum terlihat kebohongan, menipu diri sendiri dan larut dalam hingar
bingar keduniaan. Namun demikian Togar Pasaribu menyebutkan sungguh semua itu
kembali kepada pribadi seseorang dan dimata rakyat menjatuhkan pilihan justru
melihat vigor calegnya.
Dewan yang berdomisili di Sitinjo ini saat dipertanyakan Dairi
Pers kesannya semasa menjabat di DPRD Dairi menyebutkan sesungguhnya
hakikat menjadi seorang wakil
rakyat tidak mudah kecuali tujuannya
hanya sekdar nama, status social , cari
pekerjaan atau mungkin lebih ektrim cari kekayaan. Namun jenis demikian
biasanya akan kandas dalam pemilu berikutnya.
Pria yang dianugerahi 3 orang anak ini menyebutkan banyak
kebijakan pemerintah yang sebenarnya oleh DPRD Dairi tidak harus diputuskan
dengan Voting. Dalam mekanisme kerja dewan voting merupakan hal terkahir jika
kata seopakat dicapai. Namun sepanjang periode kami beberapa kali putusn harus
voting. Saat itu terjadi sesungguhnya ada masalah.. tentu persetujuan DPRD atas
berbagai kebijakan pemerintah yang oleh mata masyarakat dianggap tidaka popular
turut menyeret dewan lainnya. “ Keputusan DPRD itu satu sehingga minoritas
meski berkata benar juga ikut dipersalahkan ketika keputusan dewan secara umum
menyetujui kebijakan pemerintah.
Saat Dairi Pers mempertanyakan dirinya satu dari 10 dewan yang
menolak APBD 2013 menguraikan semua bermula dari usulan pemkab Dairi atas tiga
item anggaran yakni Biaya kunjungan tokoh agama ke luar negeri sebesar Rp. 1 M.
Biaya untuk pembelian mobil dinas camat Rp. 3,6 M dan Biaya studi banding ibu
PKK dan Istri kepala desa ke Yogya Rp. 2,7 M. Sesungguhnya bukan itu saja
anggaran di kecamatan naik sampai 100%. Dan beberapa anggaran lainnya yang
berindikasi anggaran itu tidak pro rakyat.
Banyak pertanyaan di dalamnya karena tahun 2013 merupakan tahun
poliik bagi Dairi dimana Pilkada berlangsung. Tentu patut diduga ada
hubungannya pembengkakan anggaran. “Bagaimana kita mau menyetujui ketika rakyat
masih miskin dan butuh bantuan justru muncul anggaran yang tidak menyebelah kepada
rakyat. Itu alasan mengapa kita bersama 10 dewan lainnya memilih mengkritisi
pemerintah” sebutnya.
Protes yang dilakukan yang awalnya sebahagian besar anggota
DPRD Dairi atas anggaran itu akhirnya tertunda hingga maret 2013. Namun entah
bagaimana satu fraksi di DPRD Dairi yang awalnya getol menolak akhirnya
tiba-tiba “ lembek” dan mengikuti sidang. Anggaraan disahkan meski terlambat.
Tinggal 10 dewan yang mengkritisi konsisten menolak anggaran itu. Ke 10nya
akhirnya gagal meski getol menolak anggaran yang tidak pro rakyat. “ Secara
demokrasi mungkin kita dipersalahkan. Namun secara nurani kita bangga meski
minoritas di dewan namun berani berkata tegas menolak anggaran yang tidak pro
rakyat. Itu lebih baik daripada sekedar Datang, Duduk dan Diam” sebutnya.
Menjawab apa yang akan dilakukan dan janjinya jika kembali
terpilih menjadi DPRD Dairi disebutkan Togar sesungguhnya banyak rencana yang
intinya menjaga tupoksi dewan. Namun kembali kepada hasil pilihan rakyat atas
35 anggota dewan. Jika formasi dewan sama yakni suka lupa akan tupoksinya
sebagai dewan maka pihaknya tidak akan bisa berbuat banyak. Namun jika
mayortitas dewan yang dipilih rakyat mempunyai nurani dan menyadari tupoksinya
untuk rakyat maka fungsi dan kontrol dewan akan berjalan dengan baik. Sudah
pasti saya salah satunya dibarisan itu “ sebut togar.
Saat
dipertanyakan Dairi Pers apa tanggapannya mengenai korupsi Togar menjelaskan
singkat “ Haram dan menyusahkan rakyat” . “persoalan bangsa ini persoalan moral
hingga jatuh ke lembah rakus. Syukur kini terlihat ketegasan lembaga hukum
seperti KPK. Kini menyusul polri dan kejaksaan untuk pemberantasan korupsi.
Saya lihat banyak yang sudah pucat dan khawatir atas fenomena ini. Hingga di
daerah cukup terasa waswas dari sejumlah pihak. Sama sekali tidak enak dan
memalukan harus ditahan karena korupsi. Betapa malu bagi keluarga dan nama
baik. Karena saya masih punya rasa malu dan tidak tahan di penjara maka saya
jaga diri saya untuk tidak terlibat hal demikian” sebut Togar. (R.07)
(Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar