Sebuah film jadul berkisah tentang
perjuangan “ Lebak Membara” dalam satu adegan. Seorang tentara jepang
menodongkan pisau ke leher seorang gadis local. Gadis cantik itu tidak berdaya
hingga tentara jepang tersebut memperkosa sang gadis dengan leluasa.
Usai
melampiaskan nafsu setannya sambil mengkancingkan resletingnya sang anak buah
ikutan memperkosa wanita tidak berdaya itu dan selanjutnya dibunuh dengan keji.
Masih kelanjutan film tentara jepang
biadap itu memelihara seekor anjing hitam yang diperlakukan dengan sangat
istimewa. Minum susu dan makan rendang setiap hari agar bulu kulitnya bagus dan
menarik. Binatang yang gemar mengeluarkan lidah itu bak mentertawakan nasib
penduduk local yang diperlakukan dibawah standart anjing.
Film yang diputar era 90-an itu sanggup
menaikkan semangat patriotisme penonton untuk bangkit melawan kebiadapan ,
penjajahan dan kesemena-menaan. Tentara jepang dibenci karena memperlakukan binatang
lebih berharga dari penduduk local. Film itu menyimpulkan saat penjajahan harga
seekor anjing jauh lebih berharga dari seorang manusia.
Lebih dari satu dasa warsa film itu
kembali diputar dalam kisah nyata. Otonomi daerah yang disebut sejumlah pejabat
melahirkan raja-raja kecil terbukti sudah . Pemerkosaan terjadi dibawah ancaman
. Bentuknya persis sama . Jika komandan jepangnnya memperkosa dan kembali
digilir anak buahnya . Dizaman ini juga tidak jauh berbeda. Mereka yang
mengantongi atribut PNS berada dibawah ancaman. Memang tidak menggunakan pisau
namun menggunakan ancaman mutasi dan copot jabatan. Dibawah ketidak berdayaan PNS merelakan saja
kehormatannya diambil paksa
Maka jangan heran jika dekat pemilu atau
pilkada PNS sering diperkosa tanpa pernah berani melawan. Saat pilkada memaksa
PNS dibawah tekanan harus memilih seseorang. Haknya diperkosa dan tidak berani
melawan. Habis pilkada jelang pemilu legislative kembali diperkosa anak buah secara bergiliran.
Layaknya film kebejataan tentara jepang
diatas Kita tunggu saja kapan mereka
akan terbunuh.
Jika dibanding bandingkan justru lebih
parah kondisi sekarang dibanding jaman penjajahan jepang. Parahnya karena ada juga oknum PNS yang suka diperkosa. Malah ke “sor”
an menikmati perlakukan tidak adil itu. Jiwanya menjadi terganggu karena justru
jika tidak diperkosa malah kangen.
Jika jaman jepang korbannya hanya wanita
local. Kini bukan hanya PNS namun kepala desa juga ikut jadi korban pemerkosaan
dibawah ancaman ADD akan diperiksa. Sama dengan PNS ada ;pula kepala desa yang
justru keberatan jika tidak diperkosa.
Aneh memang hidup dan sifat manusia. Sepertinya jika sudah terbiasa dan
rame-rame melakukan kendati itu salah justru dianggap benar. Maka jangan heran
jika ada oknum camat dahulu diperkosa kini malah ikut-ikutan memerkosa. Itu
karena otaknya sudah rusak dan merasakan betapa enaknya memerkosa.
Ini
secara umum yang terjadi di negeri yang sudah berusia hampir 70 tahun ini.
Syukur di Dairi tidak demikian. Karena didaerah ini semua takut akan karma dan
takut akan hukum. Di Dairi tidak ada partai yang menekan PNS dan guru agar
memilih Calegnya . Di Dairi juga tidak ada camat yang ikut-ikutan memerkosa
layaknya serdadu jepang memerkosa wanita
yang tidak berdaya. Di sini meski istri camat atau istri pejabat jadi caleg
tidak mau melanggar aturan. Tidak juga menyuruh guru berkampanye.
Disini semua taat aturan dan sangat
menjunjung tinggi demokrasi dan prinsip-prinsip delakration oh human Right.
Semoga terus terjaga dan tidak berlebihan berharap agar kelakuan para Oknum
camat dan Kepala dinas lebih ditingkatkan. (Chief Of Editor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar