Selasa, 18 Februari 2014

Dibawah Ancaman



      Sebuah film jadul berkisah tentang perjuangan “ Lebak Membara” dalam satu adegan. Seorang tentara jepang menodongkan pisau ke leher seorang gadis local. Gadis cantik itu tidak berdaya hingga tentara jepang tersebut memperkosa sang gadis dengan leluasa.
Usai melampiaskan nafsu setannya sambil mengkancingkan resletingnya sang anak buah ikutan memperkosa wanita tidak berdaya itu dan selanjutnya dibunuh dengan keji.
      Masih kelanjutan film tentara jepang biadap itu memelihara seekor anjing hitam yang diperlakukan dengan sangat istimewa. Minum susu dan makan rendang setiap hari agar bulu kulitnya bagus dan menarik. Binatang yang gemar mengeluarkan lidah itu bak mentertawakan nasib penduduk local yang diperlakukan dibawah standart anjing.
      Film yang diputar era 90-an itu sanggup menaikkan semangat patriotisme penonton untuk bangkit melawan kebiadapan , penjajahan dan kesemena-menaan. Tentara jepang dibenci karena memperlakukan binatang lebih berharga dari penduduk local. Film itu menyimpulkan saat penjajahan harga seekor anjing jauh lebih berharga dari seorang manusia.
      Lebih dari satu dasa warsa film itu kembali diputar dalam kisah nyata. Otonomi daerah yang disebut sejumlah pejabat melahirkan raja-raja kecil terbukti sudah . Pemerkosaan terjadi dibawah ancaman . Bentuknya persis sama . Jika komandan jepangnnya memperkosa dan kembali digilir anak buahnya . Dizaman ini juga tidak jauh berbeda. Mereka yang mengantongi atribut PNS berada dibawah ancaman. Memang tidak menggunakan pisau namun menggunakan ancaman mutasi dan copot jabatan.  Dibawah ketidak berdayaan PNS merelakan saja kehormatannya diambil paksa
      Maka jangan heran jika dekat pemilu atau pilkada PNS sering diperkosa tanpa pernah berani melawan. Saat pilkada memaksa PNS dibawah tekanan harus memilih seseorang. Haknya diperkosa dan tidak berani melawan. Habis pilkada jelang pemilu legislative  kembali diperkosa anak buah secara bergiliran. Layaknya  film kebejataan tentara jepang diatas  Kita tunggu saja kapan mereka akan terbunuh.
      Jika dibanding bandingkan justru lebih parah  kondisi sekarang dibanding  jaman penjajahan jepang.  Parahnya karena ada juga  oknum PNS yang suka diperkosa. Malah ke “sor” an menikmati perlakukan tidak adil itu. Jiwanya menjadi terganggu karena justru jika tidak diperkosa malah kangen.
      Jika jaman jepang korbannya hanya wanita local. Kini bukan hanya PNS namun kepala desa juga ikut jadi korban pemerkosaan dibawah ancaman ADD akan diperiksa. Sama dengan PNS ada ;pula kepala desa yang justru keberatan jika tidak diperkosa.
      Aneh memang hidup dan sifat  manusia. Sepertinya jika sudah terbiasa dan rame-rame melakukan kendati itu salah justru dianggap benar. Maka jangan heran jika ada oknum camat dahulu diperkosa kini malah ikut-ikutan memerkosa. Itu karena otaknya sudah rusak dan merasakan betapa enaknya memerkosa.
       Ini secara umum yang terjadi di negeri yang sudah berusia hampir 70 tahun ini. Syukur di Dairi tidak demikian. Karena didaerah ini semua takut akan karma dan takut akan hukum. Di Dairi tidak ada partai yang menekan PNS dan guru agar memilih Calegnya . Di Dairi juga tidak ada camat yang ikut-ikutan memerkosa layaknya serdadu jepang  memerkosa wanita yang tidak berdaya. Di sini meski istri camat atau istri pejabat jadi caleg tidak mau melanggar aturan. Tidak juga menyuruh guru berkampanye.
      Disini semua taat aturan dan sangat menjunjung tinggi demokrasi dan prinsip-prinsip delakration oh human Right. Semoga terus terjaga dan tidak berlebihan berharap agar kelakuan para Oknum camat dan Kepala dinas lebih ditingkatkan. (Chief Of Editor)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar