Rabu, 06 November 2013

Takut Ombak Jangan Berumah Dipinggir Pantai



               Jangan pernah berharap menikmati ikan segar nan manis. Jangan pernah bermimpi menikmati lembutnya terpaan angin sepoi pantai dan jangan pernah menikmati indahnya sunset jika takut  akan ombak. Karena sesungguhnya sesuatu yang indah dan nikmat harus lebih dahulu melewati beragam ujian yang
pahit dan keras.
               Demikian kiranya sepenggal kisah hidup perjalanan manusia. Terlebih tengah berada dipusaran  politik jika masih gamang akan fitnah,  kesal karena bertemu pembohong sejati , marah bertemu tukang adu domba hingga masih bernafsu menanggapi mulut ala radio busuk maka tidak usah masuk dalam kancah hingar bingar politik.
               Politik selalu berhias dengan bunga  bunga kebohongan , fitnah, memutar balik fakta, menebar janji hingga menebar isu jahat nan sadis. Politik jarang mengakui kehebatan orang lain . Begitu kiranya ombak dalam politik. Bagi yang tidak mampu mengendalikan diri biasanya akan menjadi barang kolokan. Bahkan kehilangan harga diri. Tak jarang tajamnya pedang  politik sanggup  menjual harga diri,  memotong urat nadi kemaluan . Bagi yang bodoh biasanya terjual bulat-bulat tanpa pernah disadari.
Yang bodoh kedua Keberadaannya dijadikan hanya anjing penggong gong yang diberikan sepotong tulang. Bahkan ada juga yang kelewat bodoh hanya dijanjikan sepotong tulang maka dengan garangnya mengonggong . Siapa saja siap diterkamnya  hanya untuk cari muka bagi majikan yang menjanjikan sepotong tulang.
Tahapan pilkada Dairi diwarnai banyak isu. Menjejali telinga masyarakat. Mulai dari cerita penghianat, cerita penjilat, cerita deking, hingga cerita perdukunan yang dibumbui cerita bohong hingga terkesan angker dan seram . Semua itu merupakan ombak di politik. Bagi yang merasa  kuat hingga terpancing biasanya akan tenggelam.
Hanya orang-orang yang bertelinga tebal, tidak perduli dengan fitnah hingga muka tembok biasanya yang akan  piawai dan pemenang dalam politik. Orang yang sanggup , tegar dan siap memainkan deburan ombak  politik maka akan menikmati kekuasaan.
Saya cukup terkejut akan berbagai cerita seram jelang pencoblosan suara pilkada Dairi 2013. Namun layaknya asap tertiup angin semua hilang seketika saat KPU Dairi mengumumkan hasil perolehan suara. Kini semua hanya menyisakan harapan .  Bagi pendukung yang menang berharap semoga dapat proyek ke depan. Bagi pendukung yang kalah berharap semoga pilkada ulang. Terminal terakhir pertarungan kini berada di seberang lautan.
Itu semua ingin berkata sesungguhnya menebar isu, fitnah, menakut-nakuti, kampanye dan bertarung hingga habis-habisan  antara pendukung dalam tahapan pilkada hanya jalan kecil karena penentu terakhir tetap lembaga peradilan MK.
Usai pesta adalah realita yang menang dan yang kalah akan kembali berhitung.  Yang kalah terhenti dan menjadi penonton. Sedang pendukung yang menang akan memulai kisah menagih janji sepotong tulang .  sering ombak yang begitu besar hingga menenggelamkan  tidak sebanding dengan sepotong tulang yang dijanjikan. Maka ketika masih takut akan ombak janganlah pernah berumah dipinggir pantai karena sesungguhnya hanya yang mampu menghadapi badai saja yang punya hak untuk bermimpi makan daging. (Chief Of Editor)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar