Jangan pernah berharap menikmati ikan segar nan manis.
Jangan pernah bermimpi menikmati lembutnya terpaan angin sepoi pantai dan
jangan pernah menikmati indahnya sunset jika takut akan ombak. Karena sesungguhnya sesuatu yang
indah dan nikmat harus lebih dahulu melewati beragam ujian yang
pahit dan
keras.
Demikian kiranya sepenggal kisah hidup perjalanan
manusia. Terlebih tengah berada dipusaran
politik jika masih gamang akan fitnah,
kesal karena bertemu pembohong sejati , marah bertemu tukang adu domba
hingga masih bernafsu menanggapi mulut ala radio busuk maka tidak usah masuk
dalam kancah hingar bingar politik.
Politik selalu berhias dengan bunga bunga kebohongan , fitnah, memutar balik
fakta, menebar janji hingga menebar isu jahat nan sadis. Politik jarang
mengakui kehebatan orang lain . Begitu kiranya ombak dalam politik. Bagi yang
tidak mampu mengendalikan diri biasanya akan menjadi barang kolokan. Bahkan
kehilangan harga diri. Tak jarang tajamnya pedang politik sanggup menjual harga diri, memotong urat nadi kemaluan . Bagi yang bodoh
biasanya terjual bulat-bulat tanpa pernah disadari.
Yang bodoh kedua Keberadaannya dijadikan hanya anjing penggong
gong yang diberikan sepotong tulang. Bahkan ada juga yang kelewat bodoh hanya
dijanjikan sepotong tulang maka dengan garangnya mengonggong . Siapa saja siap
diterkamnya hanya untuk cari muka bagi
majikan yang menjanjikan sepotong tulang.
Tahapan pilkada Dairi diwarnai banyak isu. Menjejali telinga
masyarakat. Mulai dari cerita penghianat, cerita penjilat, cerita deking,
hingga cerita perdukunan yang dibumbui cerita bohong hingga terkesan angker dan
seram . Semua itu merupakan ombak di politik. Bagi yang merasa kuat hingga terpancing biasanya akan
tenggelam.
Hanya orang-orang yang bertelinga tebal, tidak perduli dengan
fitnah hingga muka tembok biasanya yang akan
piawai dan pemenang dalam politik. Orang yang sanggup , tegar dan siap
memainkan deburan ombak politik maka
akan menikmati kekuasaan.
Saya cukup terkejut akan berbagai cerita seram jelang pencoblosan
suara pilkada Dairi 2013. Namun layaknya asap tertiup angin semua hilang
seketika saat KPU Dairi mengumumkan hasil perolehan suara. Kini semua hanya
menyisakan harapan . Bagi pendukung yang
menang berharap semoga dapat proyek ke depan. Bagi pendukung yang kalah
berharap semoga pilkada ulang. Terminal terakhir pertarungan kini berada di
seberang lautan.
Itu semua ingin berkata sesungguhnya menebar isu, fitnah,
menakut-nakuti, kampanye dan bertarung hingga habis-habisan antara pendukung dalam tahapan pilkada hanya
jalan kecil karena penentu terakhir tetap lembaga peradilan MK.
Usai pesta adalah realita yang menang dan yang kalah akan kembali
berhitung. Yang kalah terhenti dan
menjadi penonton. Sedang pendukung yang menang akan memulai kisah menagih janji
sepotong tulang . sering ombak yang
begitu besar hingga menenggelamkan tidak
sebanding dengan sepotong tulang yang dijanjikan. Maka ketika masih takut akan
ombak janganlah pernah berumah dipinggir pantai karena sesungguhnya hanya yang
mampu menghadapi badai saja yang punya hak untuk bermimpi makan daging. (Chief
Of Editor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar