Rabu, 14 November 2012

Andai Aku Calon Bupati


      Dua jam diatas pesawat lion selasa silam pulang dari jakarta terasa membosankan. Karena kupilih duduk di kursi 31 B prakstis pemandangan tertutup karena berbatasan langsung dengan pintu emergency.
Disampingku seorang kakek-kakek yang sejak pesawat lepas landas kuperhatikan hanya membaca doa. Mungkin takut mati. Nah bagiku ini sebuah perjalanan yang membosankan. Bagiku penerbangan ini sepertinya sudah setengah hari. Jika disampingku wanita cantik pasti perjalanan terlampau singkat. Maklum aku masih lelaki normal yang sehat jasmani dan rohani.
      Entah bagaimana pula untuk membunuh jenuhku aku berangan-angan jadi calon bupati. Angan-anganku ini kuanggap hakku dan ku anggap wajar saja karena aku pasti bisa memenuhi persyaratan. Setidaknya aku punya ijazah SMA resmi dari SMAN 1 Sidikalang dan di tandatangani kepala sekolah marga Siahaan kala itu.
      Tak kupikiri lagi hilangku (dalam bahasa daerah: dang ku boto be attong magoku) anganku berlanjut dengan pedenya kurencanakan kampanyeku untuk menarik simpati rakyat agar memilihku maka ku tetapkan mottoku “ tiop jo on”. Bagiku motto ini kereen dan merakyat. Jadi kala kampanye tinggal teriak tiop jo on….maka serentak para audiense menjawab “ tioooooop…” tentu dengan tangan di kepal. Aku cukup pede meski rada tak perduli toh kalau di tanya wartawan mengapa harus itu mottoku? Pasti ku jawab enteng selama ini bagus-bagus motto calon apakah setelah menang dilakukan? Jadi untuk apa motto muluk-muluk?
      Sesekali pesawat bergoyang melintasi awan namun aku tidak perduli dan anganku berlanjut dengan materi program kerja  yang akan kulempar agar rakyat tertarik. Program pertama aku garansi tidak ada lagi anjing masuk lingkungan kantor bupati. Itu saya jamin 100% kecuali jika satpol PP lengah. Namun program ini kupastikan realiasasi masa kepemimpinanku karena jelas aku paling takut anjing. Disamping itu sesuai agama yang ku anut anjing dilarang masuk rumah. Jadi ketika aku ke kantor aku tidak perlu dikawal dengan barisan ajudan, satpol PP dan  anjing. Aku tidak mau keberadaan anjing jadi penghalangku dengan rakyatku.
      Program keduaku “jum at dappol” yakni program dimana pada setiap hari jum at semua PNS di lingkungan kantor bupati wajib dipijat oleh tukang pijat yang ku datangkan dari luar kota. Tentu dengan usia antara 20 s/d 30 tahun. Mereka wajib menggunakan parfum agar para stafku segar menghakhiri satu minggu kerja. Untuk menjaga privacy aku cukup menugaskan kabag umum untuk memanggil satu persatu pejabat eselon. Tentu yang diistimewakan pertama pembuka jum at dappol saudara sekda. Kemudian para kepala dinas dan pejabat eselojn III.
Ku jamin dengan program ini semua stafku agar segar bugar usai jumat dappol. Wajah para kepala dinasku akan berseri-seri dan wajah para camatku akan sayu. Ku jamin para camat meski bagaimana jauhnya juga pasti sudah akan sampai tiba pada waktunya. Tidak perlu surat panggilan lagi. Sori untuk pimpinan SKPD wanita tidak diikutkan. Sederhana saja… ini urusan lelaki.
      Aku yakin dengan  program ini maka efisiensi dan semangat  kerja para stafku akan meningkat. Ku jamin program ini jauh lebih  digandrungi dan dudukung para stafku dibanding program jika ku ajak mereka panen ke desa-desa. Ku ajak memegang cangkul dan penuh  tebar pesona di kampung-kampung.
      Sayang anganku terhenti karena tak lama kemudian pramugari pesawat berkata dalam beberapa menit kita akan mendarat di bandara udara polonia medan. Tidak ada perbedaan waktu antara jakarta dan medan. Sial padahal udah paten kali programku itu tapi tidak sempat ku pastikan di kabupaten mana ini kuterapkan. Oh…tahe (Chief Of Editor)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar