Dua jam diatas pesawat lion selasa silam pulang dari jakarta
terasa membosankan. Karena kupilih duduk di kursi 31 B prakstis pemandangan
tertutup karena berbatasan langsung dengan pintu emergency.
Disampingku seorang
kakek-kakek yang sejak pesawat lepas landas kuperhatikan hanya membaca doa.
Mungkin takut mati. Nah bagiku ini sebuah perjalanan yang membosankan. Bagiku
penerbangan ini sepertinya sudah setengah hari. Jika disampingku wanita cantik
pasti perjalanan terlampau singkat. Maklum aku masih lelaki normal yang sehat
jasmani dan rohani.
Entah
bagaimana pula untuk membunuh jenuhku aku berangan-angan jadi calon bupati.
Angan-anganku ini kuanggap hakku dan ku anggap wajar saja karena aku pasti bisa
memenuhi persyaratan. Setidaknya aku punya ijazah SMA resmi dari SMAN 1
Sidikalang dan di tandatangani kepala sekolah marga Siahaan kala itu.
Tak kupikiri lagi hilangku (dalam bahasa daerah: dang ku boto
be attong magoku) anganku berlanjut dengan pedenya kurencanakan kampanyeku
untuk menarik simpati rakyat agar memilihku maka ku tetapkan mottoku “ tiop jo
on”. Bagiku motto ini kereen dan merakyat. Jadi kala kampanye tinggal teriak
tiop jo on….maka serentak para audiense menjawab “ tioooooop…” tentu dengan
tangan di kepal. Aku cukup pede meski rada tak perduli toh kalau di tanya
wartawan mengapa harus itu mottoku? Pasti ku jawab enteng selama ini
bagus-bagus motto calon apakah setelah menang dilakukan? Jadi untuk apa motto
muluk-muluk?
Sesekali pesawat bergoyang melintasi awan namun aku tidak
perduli dan anganku berlanjut dengan materi program kerja yang akan kulempar agar rakyat tertarik.
Program pertama aku garansi tidak ada lagi anjing masuk lingkungan kantor
bupati. Itu saya jamin 100% kecuali jika satpol PP lengah. Namun program ini
kupastikan realiasasi masa kepemimpinanku karena jelas aku paling takut anjing.
Disamping itu sesuai agama yang ku anut anjing dilarang masuk rumah. Jadi
ketika aku ke kantor aku tidak perlu dikawal dengan barisan ajudan, satpol PP
dan anjing. Aku tidak mau keberadaan
anjing jadi penghalangku dengan rakyatku.
Program keduaku “jum at dappol” yakni program dimana pada
setiap hari jum at semua PNS di lingkungan kantor bupati wajib dipijat oleh
tukang pijat yang ku datangkan dari luar kota. Tentu dengan usia antara 20 s/d
30 tahun. Mereka wajib menggunakan parfum agar para stafku segar menghakhiri
satu minggu kerja. Untuk menjaga privacy aku cukup menugaskan kabag umum untuk
memanggil satu persatu pejabat eselon. Tentu yang diistimewakan pertama pembuka
jum at dappol saudara sekda. Kemudian para kepala dinas dan pejabat eselojn
III.
Ku jamin dengan program ini
semua stafku agar segar bugar usai jumat dappol. Wajah para kepala dinasku akan
berseri-seri dan wajah para camatku akan sayu. Ku jamin para camat meski
bagaimana jauhnya juga pasti sudah akan sampai tiba pada waktunya. Tidak perlu
surat panggilan lagi. Sori untuk pimpinan SKPD wanita tidak diikutkan.
Sederhana saja… ini urusan lelaki.
Aku yakin dengan program
ini maka efisiensi dan semangat kerja
para stafku akan meningkat. Ku jamin program ini jauh lebih digandrungi dan dudukung para stafku
dibanding program jika ku ajak mereka panen ke desa-desa. Ku ajak memegang
cangkul dan penuh tebar pesona di
kampung-kampung.
Sayang
anganku terhenti karena tak lama kemudian pramugari pesawat berkata dalam
beberapa menit kita akan mendarat di bandara udara polonia medan. Tidak ada
perbedaan waktu antara jakarta dan medan. Sial padahal udah paten kali
programku itu tapi tidak sempat ku pastikan di kabupaten mana ini kuterapkan.
Oh…tahe (Chief Of Editor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar