Kucing tergolong hewan pembersih yang menutupi kotorannya usai
buang air. Menggunakan kaki depannya kotoran ditutup. Entah ini yang berkesan,
Seorang pejabat teras di pemkab Dairi lagi demam mengucapkan istilah ciptaannya
sendiri “ taik kuccing” kala kesal dan marah.
Entah apa latar belakang hingga
pejabat yang satu ini gemar akan istilah jorok itu. Mungkin juga karena dia
tertarik memperhatikan kucing lagi kotoran. Mungkin juga baginya taik kuccing
sangat berarti dan keren.
Kebiasaan buruk memang menjadi bagian dari manusia. Bahkan
ketika tidak ada yang menegur kebiasaan buruk itu semakin menjadi-jadi. Apalagi
kalau sudah menjadi pejabat teras siapa yang berani menegur hingga ucapan “Taik
Kuccing “ menjadi sarapannya saat dia kesal dan marah. Entah mengapa juga dia
teringat kotoran kucing setiap kali dia marah. Cukup misteri memang namun itu keren dan menjadi pilihannya.
Mungkin sudah sulit baginya merubah kebiasaan buruk itu karena
syaraf mulut sepertinya sudah terhubung langsung dengan otaknya yang sudah
terprogram dengan taik kucing. Sebagai bos tidak mungkin ada yang berani
menegur apalagi dia sudah merasa Tuhan yang nyata di dunia. Yang bisa menghabisi
atau mengangkat karir seseorang. Lebih
baik juga bawahan meniru istilah itu agar populer. Karena bukankah seorang
bawahan ikut saja pimpinannya? Sekalipun itu jelek, jorok dan kotor tetapi
pimpinan harus di tiru jika mau aman.
Karena istilah ini jorok maka Untuk pembelaan diri bilang aja
istilah “ taik kuccing “ itu jauh lebih bermartabat dan keren daripada
mengucapkan “ taik burung”. Bayangkan kalau pejabat ini setiap marah menyebut
taik burung. Disamping kurang kreatif
juga bisa diplesetkan. Jadi taik kuccing lebih baik dari taik burung.
He..he…he…
Jadi menurutku pemilihan istilah “Taik Kuccing” itu sudah luar
biasa. Sebanding dengan predikat S2 yang disandangnya dari perguruan tinggi
yang menelorkannya. Istilah taik kuccing yang dipopulerkannya itu sesuatu yang
hebat sebading dengan jabatannya.
Banyak kalangan yang menyebut kalau pejabat yang satu ini telah
banyak berubah sejak menduduki jabatan baru. Dia berubah arogan, sombong dan
lupa diri. Dia juga sok dan merasa seorang kaisar yang selalu benar dalam
tindakannya. Hanya satu yang tidak
berubah darinya yakni ukuran tubuhnya.
Karena penasaranku ku telusuri masa lalunya. Ternyata tidak
jauh beda denganku hanya orang kecil bahkan sangat kecil. Nasib jualah yang
membawanya bersinar. Soal SDM biasa-biasa saja. Namun ketika kekuasaan
ditangannya membuatnya lupa diri. Biasalah ketika bos semua macam betul aja.
Aku hanya kagum saja dengan nasibnya namun tidak pernah kagum dengan
kemampuannya.
Tidak dapat dipungkiri dengan era seperti sekarang sepertinya seorang
pimpinan hanya memakai dua pasal. Pasal 1 Pimpinan tidak pernah salah dan pasal
2 apabila salah lihat pasal 1. Inilah yang membuat kawan kita yang satu ini
terlihat hebat. Tetapi tidak apa-apa. Aku juga gak muna jika saja aku bernasib
seperti itu aku juga akan melakukannya. Namun aku tidak akan pilih istilah Taik
kuccing. Aku akan pakai istilah “Prompompom” . Jadi kalau aku kesal cukup aku
bilang “ woi prompompoim kau” jadi orang tidak akan menilai aku jorok. Di lain
pihak emaosiku sudah tersalur meski itu terdengar lucu dan tidak seram. Tapi
itu lebih baik dari para kata-kata jorok (Chief Of Editor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar