Sumbul-Dairi Pers :
Pilkades Desa Perjuangan, kec. Sumbul, Dairi 8 juni 2012 menurut salah
satu kandidat pilkades Arson Sihombing penuh dengan rekayasa dan teror
psikologi karena dicampuri Oknum penguasa Dairi
yang juga menjadi ketua salah
satu parpol berkuasa di Dairi.
Kepada Dairi Pers kamis (21/6) diuraikan bukan masalah menang
kalahnya namun lebih kepada perlakuan tidak adil dan dugaan rekayasa yang sudah tidak sesuai
dengan prinsip keadilan. “ bisa saya uraikan rekayasa pilkades perjuangan itu
sepertinya telah terstruktur dimana
terjadi pergantian BPD secara sepihak. Dan pemilihan P2KD juga secara
sepihak. Ini merupakan penyelewengan
pilkades yang harusnya P2KD dipilih dari usul masyarakat dengan prisip jujur dan adil.
Bukan itu saja menurut Arson ke tidak fairan seoarang penguasa
Dairi itu baik itu sebagai ketua salah satu parpol besar sangat terlihat saat kunjungannya ke desa
perjuangan 28 maret 2012 sekaitan dengan kegiatan partai tersebut . “ Saya
mendapat laporan dan kini mengumpulkan bukti otentik berkaitan dengan ucapan
seorang ketua partai besar yang juga penguasa Dairi yang intinya menyebut jika
saya menang satu butir batupun untuk pembangunan tidak akan diberikan ke desa
perjuangan. Saya melihat bahasa itu dari seorang bupati bukan seoarang ketua Parpol karena bupatilah
yang mengerti proyek pembangunan dan bukan dari bahasa seorang ketua parpol
karena ketua parpol tidak punya hak soal dana pembangunan. Jadi jelas seoarang
kepala daerah telah berlaku tidak adil kepada rakyatnya “ sebut Arson
Arson menyebutkan salah satu bukti yang diperoleh dan berdasar
pengakuan pemilih yang usianya sudah tua diatas 50 tahun mengakui kalau tanda
gambar jagung itu kabur ( Kala itu digunakan Arson sebagai tanda gambar) dan
tanda gambar pisang itu sangat jelas.” Kemungkinan dari percetakan surat suara
juga sudah sengaja direkayasa dan ini salah satu bukti kredibilitas P2 KD juga
pantut dicurigai. Lebih dari seratuan orang menyampaikan itu kepada saya dan
pernyataan mereka telah disampaikan kepada kita “ sebutnya.
Dairi Pers yang mempertanayakan meski bukti-bukti lengkap
dimilki namun tetap saja pilkades sudah dinyatakan sah akan berdampak sulit
melakukan pilkades ulang. Arson menyebutkan bukan untuk pilkades ulang namun
hanya untuk membawa masalah kecurangan ke aparat peneghak hukum. “ saya juga tahu saya bukan penguasa di Dairi ini dan
saya yakin tidak mudah untuk mencari sebuah kata jujur. Namun yang pasti semua
kejahatan, Kecurangan dan rekayasa tentu bertentangan dengan hukum. Nah ini
yang akan kita uji apakah dengan bukti-bukti otentik hukum juga bisa
direkayasa? “ sebutnya.
Saat ditanyakan kapan pengaduan itu dilakukan Arson menyebutkan
semua berhubungan dengan data. “ sekalipun kades telah dilantik dan berjalan
saat bukti-bukti otentik telah kita miliki saat itu juga kita lakukan
poengaduan lewat jalur hukum. Jika hukum juga sulit menjangkau sebuah kejahatan
maka barang kali ada media yang bisa membuka rekayasa ini hingga tuntas. Pada
gilirannya rakyat akan menilai sebuah rekayasa” ujarnya singkat.
Berkiatan dengan adanya
sekelompok organiasi lengkap dengan pakaian OKP dan kendaraan operasional yang
sejak pagi sudah berada di desa mereka berdampak teror psikologis. Arson sangat
menyesalkan tidnakan itu karena sangat berpegaruh pada tekanan mentalitas
rakyat desa yang tergolong rakyat jelata. Harusnya fair dan kehadiran
organisasi pemuda seperti itu sangat tidak perlu dan itu pamer kekuasaan. Ini
bukan fair lagi dan ke depan pilkades dimanapun di Dairi pastiu gaya serupa
dilakukan. Namun rakyat biasa saja kelak membawa itu akan menurunkan organisasi
lain di arena pilkades. Bukan tidak mungkin bisa terjadi adu fisik. Yang sebenarnya
urusan desa biarlah menjadi urusan desa. Sangat memalukan kalau urusan desa
juga dicampuri setingkat kepala daerah meski itu ketua salah satu Parpol. Di
sisi lain OKP dimana dan apapun itu namanya harusnya lebih dewasa berpikir
mengurusi daerahnya saja. Jangan terjadi mobilisasi OKP dari Sidikalang turun
ke desa. Ini tidak baik dalam demokrasi, Sebut Arson(R.07)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar