Kamis, 21 Agustus 2014

Salut ARB



          Langkah tegas ARB ketum Partai beringin memecat anggotanya yang berbeda pendapat soal pilpres wajar diberikan acungan jempol. Harusnya ini juga diikuti ketum parpol lain pendukung pasangan Prabowo-Hatta
Pasca kekalahan capres yang diusung. Jika ARB bertahan dan mempertahankan koalisi permanen . Maka Ketum mengukir  sejarah baru di partai tua itu untuk pertama kalinya siap menjadi oposisi.  Jadi tudingan hanya mampu “survive” karena penumpang kapal pemerintahan bisa terpatahkan.
            Saya salut dengan ketegasan elit nomor satu partai kuning ini karena berani membawa inovasi dan perubahan bagi partai. Disamping  jelas menunjukkan warna dan konsistensi tentu pendidikan mental juga diajarkan ARB bagi kadernya yang kini menjadi kepala daerah yang tersebar luas di Indonesia .  Tidak karena “menyusu” kepada pemerintah maka mampu bertahan. Disisi lain tentu pemeritahan Jokowi-JK mempunyai alat control sehingga setiap kebijakan publiknya mendapat pengawasan dari parpol yang kadernya duduk di kursi legislative.
            Saya belum setuju dengan sebutan partai beringin sebagai partai berpengalaman karena track recordnya saja hanya berada di kubu pemerintah. Berpengalaman harusnya mampu bertahan hidup dalam keadaan pro maupun kontra. Jadi langkah kontra yang disampaikan pemilik stasiun TV One itu merupakan langkah membanggakan sekaligus  membuat pelajaran berharga bagi kader partai pemenang pileg ke dua tersebut.
            Andaikan hal itu konsisten dilakukan sang ketum maka di Dairi dapat saya bayangkan betapa indahnya demokrasi berjalan.  Betapa APBD Dairi akan terseleksi betul dan mark up anggaran akan hilang. Saya yakin kubu partai penguasa Dairi itu baik di eksekutif dan legislative akan membawa Dairi lebih makmur. Sesungguhnya kembali ke niat bukan harus menjadi pemerintah maka disebut mampu. Saya tidak pernah menyepelekan mentalitas kader partai penguasa orde baru tersebut. Ketika garis partai tegas memerintahkan oposisi maka saya yakin sekali kader-kader tangguh ini akan dapat membangun. Dan lima tahun ke depan mata rakyat akan kembali tertuju pada partai yang sempat kontroversi di era jatuhnya soeharto tersebut.
            Hal ini pernah dialami Ganjar Pranowo Gubernur Jateng, Risma walikota Surabaya dan sejumlah kepala daerah dari PDI-P yang “survive” meski presidennya bukan dari partainya. Suka tidak suka kader partai banteng moncong putih itulah yang pantas disebut partai berpengalaman. Tinggal kini apakah kader partai yang paling banyak duduk sebagai kepala daerah itu berani dan punya kwalitas untuk oposisi? Atau kemampuannya hanya sebatas “menyusu” kepada penguasa saja ?.   Prahara yang kini terjadi di partai harusnya tidak menganut azas “ lebih baik menghabisi satu orang asal ratusan yang lain bisa menumpang dikapal pemerintah”
            Bagi saya langkah ketum memutuskan koalisi permanen seiring dukungan pilpres merupakan langkah maju yang pantas disyukuri kadernya hingga daerah. Tentu sebagai rakyat kita hanya bisa menunggu langkah partai berlambang beringin itu. Apakah akan menempuh gaya layaknya PDI-P era pemerintahan SBY dengan gaya oposisinya? Atau malah “ menghabisi” ketum karena tidak punya nyali  di luar pemerintahan ?   (Chief Of Editor)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar