Langkah
tegas ARB ketum Partai beringin memecat anggotanya yang berbeda pendapat soal
pilpres wajar diberikan acungan jempol. Harusnya ini juga diikuti ketum parpol
lain pendukung pasangan Prabowo-Hatta
Pasca kekalahan capres yang diusung. Jika
ARB bertahan dan mempertahankan koalisi permanen . Maka Ketum mengukir sejarah baru di partai tua itu untuk pertama
kalinya siap menjadi oposisi. Jadi
tudingan hanya mampu “survive” karena penumpang kapal pemerintahan bisa
terpatahkan.
Saya salut dengan ketegasan elit
nomor satu partai kuning ini karena berani membawa inovasi dan perubahan bagi
partai. Disamping jelas menunjukkan
warna dan konsistensi tentu pendidikan mental juga diajarkan ARB bagi kadernya
yang kini menjadi kepala daerah yang tersebar luas di Indonesia . Tidak karena “menyusu” kepada pemerintah maka
mampu bertahan. Disisi lain tentu pemeritahan Jokowi-JK mempunyai alat control
sehingga setiap kebijakan publiknya mendapat pengawasan dari parpol yang
kadernya duduk di kursi legislative.
Saya belum setuju dengan sebutan
partai beringin sebagai partai berpengalaman karena track recordnya saja hanya
berada di kubu pemerintah. Berpengalaman harusnya mampu bertahan hidup dalam
keadaan pro maupun kontra. Jadi langkah kontra yang disampaikan pemilik stasiun
TV One itu merupakan langkah membanggakan sekaligus membuat pelajaran berharga bagi kader partai
pemenang pileg ke dua tersebut.
Andaikan hal itu konsisten dilakukan
sang ketum maka di Dairi dapat saya bayangkan betapa indahnya demokrasi
berjalan. Betapa APBD Dairi akan
terseleksi betul dan mark up anggaran akan hilang. Saya yakin kubu partai
penguasa Dairi itu baik di eksekutif dan legislative akan membawa Dairi lebih
makmur. Sesungguhnya kembali ke niat bukan harus menjadi pemerintah maka
disebut mampu. Saya tidak pernah menyepelekan mentalitas kader partai penguasa
orde baru tersebut. Ketika garis partai tegas memerintahkan oposisi maka saya
yakin sekali kader-kader tangguh ini akan dapat membangun. Dan lima tahun ke
depan mata rakyat akan kembali tertuju pada partai yang sempat kontroversi di
era jatuhnya soeharto tersebut.
Hal ini pernah dialami Ganjar
Pranowo Gubernur Jateng, Risma walikota Surabaya dan sejumlah kepala daerah
dari PDI-P yang “survive” meski presidennya bukan dari partainya. Suka tidak
suka kader partai banteng moncong putih itulah yang pantas disebut partai
berpengalaman. Tinggal kini apakah kader partai yang paling banyak duduk
sebagai kepala daerah itu berani dan punya kwalitas untuk oposisi? Atau
kemampuannya hanya sebatas “menyusu” kepada penguasa saja ?. Prahara yang kini terjadi di partai harusnya
tidak menganut azas “ lebih baik menghabisi satu orang asal ratusan yang lain
bisa menumpang dikapal pemerintah”
Bagi saya langkah ketum memutuskan
koalisi permanen seiring dukungan pilpres merupakan langkah maju yang pantas
disyukuri kadernya hingga daerah. Tentu sebagai rakyat kita hanya bisa menunggu
langkah partai berlambang beringin itu. Apakah akan menempuh gaya layaknya
PDI-P era pemerintahan SBY dengan gaya oposisinya? Atau malah “ menghabisi”
ketum karena tidak punya nyali di luar
pemerintahan ? (Chief Of Editor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar