Sungguh judul yang miring kali
ini ingin ku buat dalam bahasa Indonesia. Namun cukup sulit mencari kalimat
yang tepat. “ Menyepak yang jatuh” malah jadi bahasa Indonesia yang ngawur. Ya
sudah aslinya saja partoba. “ Situnjang
Nagadap”
2 Minggu ini ditengah
perhitungan suara pemilu berbagai isu berkembang atas nama-nama yang
memenangkan kursi DPRD Dairi. Dari partai X
sebut saja begitu seorang caleg A disebut diakalahkan rekannya satu
partai. Langsung si A jadi bulan-bulanan. Pukulan, makian, cemoohan bertubi-tubi dalam kalimat
syukur atas kekalahannya. Tiba tiba
seminggu kemudian saat suara mulai terkaver seluruhnya si A yang sempat
bulan-bulanan itu disebutkan menang. Lantas
muncul kalimat pujian..Narohakku pe…nga huparnipihon nian bayon… sor iba
mamareng kan? Selow gayana alai mantap. .hehehe…
Seorang yang pernah mendapatkan
bantuan difasilitasi dewan sangat memuji dewan yang bisa membantu mereka.
Bantuan bibit ikan beserta pakannya menjadi pujian yang luar biasa atas
perhatian dewan kepada mereka petani. Namun pemilu ini si dewan di ketahui
babak belur dan kalah. Lantas muncul bahasa “ ai kan sian Negara do i. Cari
kesempatan do bayon. Attar idok ma sian imana. Dirippu do na oto be rakyat on”
Begitu kekuasaan seseorang habis
maka semua orang akan menyerang dan menghabisi. Lihat saja Bupati Taput Taluto
begitu berkuasanya selama 10 tahun. Tak satupun orang berani melawannya. Namun ketika dikalahkan
maka mulai banyak yang menyerang. Kini kasus dugaan korupsinya mulai bergulir
di KPK.
Ibarat sekawanan Heyna. menunggu
seekor harimau menerkam mangsa. Tinggal sabar saat mangsa lemas maka kawanan
heyna bergerak bila penting mengepung harimau agar lari dan meninggalkan
mangsanya. Ini saatnya semua heyna mencabik-cabik mangsa yang lemas hingga yang
tersisa hanya tulang.. Mangsa yang masa kekuasaannya terlihat garang, ditakuti
dan disegani itu. Kini hanya seonggok tulang yang hina..
Situnjang nagadap sesungguhnya
kekuasaan ibarat hukum rimba. Yang siap memangsa dan dimangsa. Saya belum
pernah melihat penguasa zalim tidak tersungkur diakhir hidupnya. Sungguh banyak
contoh penguasa yang akhirnya masuk penjara. Jadi sampah masyarakat hingga
tidak berharga sampai menu olok-olokan. Catatan sejarah juga membuktikan
lawan terdekat penguasa lalim adalah orang-orang disekitarnya. Jarang penguasa
lalim jatuh karena factor luar. Namun dihabisi orang-orang terdekatnya.
Saya hanya mengatakan jika
berada dipusaran kekuasaan. Jangan pernah mau jatuh. Cara apapun lakukan meski
harus menghabisi orang lain. Jika serangan itu dari hukum lakukan suap meski
semacam paracetamol penurun panas. Kalau
panas kembali kasihkan paractamol. Itu lebih baik daripada jadi santapan heyna.
Namun jika sudah kering dan tidak
punya apa-apa lagi. Daripada keluarga menjadi korban maka sediakan selalu pil
beracun. Lantas telan maka keluarga akan selamat. Yakinlah kalau sudah bunuh
diri tak satupun lagi yang berminat memanggsa. Yang bahaya saat setengah mati
maka semua menendang, menghajar, menggigit hingga “manjanggola”.
Mati bunuh diri bisa menjadi
pahlawan di keluarga . Tinggal rekayasa cerita sakit perut atau apa saja
seakan-akan meninggal normal. Maka harta dan korupsi akan bulat dan dapat
dimanfaatkan keturunan. (Chief Of Editor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar