Pekan silam
saya bertemu rekanan pemborong Dairi yang selama ini suka menjual nama pejabat
di Dairi. Wajahnya lesu, pandangannya sayu . Disampingnya seorang oknum PNS
yang ku duga selama ini jabatannya melejit hanya karena rajin menyuci piring
dirumah pejabat. Lebih seru lagi pandangan mata oknum ini kosong.
Tekanan suara
berkurang yang otomatis bukti kalau selama ini juga jabatannya naik hanya
karena karbitan.
Dahulu masa
kejayaannya tingkah oknum-oknum ini sulit diterima akal sehat. Menjual nama
pejabat. Menakut-nakuti staf lain dengan menyebut nama penguasa . Intinya ingin
urusan beres dan tidak banyak dipertanyakan. Saat itu saya mengatakan “ Molo ho
..Ho Majo “. Semua ada musimnya. Jika musim durian bukan hal luar biasa kulit
durian juga ikut merasa buah durian.
Musim adalah
alami yang berganti ketika masanya
habis. Maka ketika musim rok mini biarkanlah berlangsung cukup katakan “ Molo
Ho …Ho Majo” atau jika musim anjing
kawin jangan lantas cemburu hingga ingin menjadi anjing. “ Cukup dalam hati
berkata “ molo ho Ho Majo” . Karena kalau diucapkan dan anjing kawin mendengar
kita takutkan mereka balik berkata “ Lo jealous ya? Siapa suruh jadi
manusia…..”
Suatu saat
komunitas saya membahas sejumlah oknum yang langsung berubah sikap, penampilan
dan gayanya . Dari tampilan yang dipertontoinkan memang merasa nomor wahid,
berpengaruh, hebat dan orang dekat. Saya sama sekali tidak tertarik dengan
bahasan itu. Bagi saya cukup berkata dalam hati “ Molo Ho…Ho Majo”. Saya tidak
pernah menilai orang dari sikapnya yang tiba-tiba hidung menegadah ke langit.
Bagiku sikap itu berbahaya. Soalnya jika hujan turun maka harus dibelikan
payung khusus menutupi hidung. Jika tidak maka air hujan akan menggenangi
lobang hidung. Kelelepan dan akhirnya mata memerah karena singgokan ( maaf
penulis belum menemukan bahasa indonesia Singgokan).
Bagi teman
komunitas yang gerah pesan saya sederhana jangan pernah kagum dengan yang
demikian. Namun kagumlah bagi orang-orang yang berhasil jika dahulu jalan kaki
kini naik sepeda motor. Jika dahulu naik sepeda motor kini naik mobil. Jika
dahulu naik mobil kini naik pesawat. Jenis seperti ini yang pantas diacungi
jempol. Jika masih tetap jalan kaki lantas hidung menegadah ke langit cukup
katakan “ Molo Ho..ho majo”. Ketika musimnya berakhir maka tak terkira
banyaknya ludah bakal tersiram diwajahnya.
Namun
demikian bagi yang merasa lagi naik daun jangan juga lantas tersadar karena
membaca rublik yang miring kali ini. Anda juga berhak berkata “ Molo Au …Au
Majo”. Mumpung masih ada kesempatan. Meski tidak ada hebatnya maka merasalah
hebat. Merasalah dipentingkan dan merasalah diperhitungkan.
Sungguh sikap
seperti itu juga dapat menguntungkan. Banyak orang yang bisa terpukau. Bisa
terperangah dan percaya. Biasanya itu dari kaum-kaum lugu yang sama sekali
belum memahami teknik-teknik opera, sandiwara hingga sinetron.
Namun bagi
yang jam terbangnya tinggi jangan coba-coba bertingkah demikian karena mereka
akan melempari senyum dan kalimat singkat “ Molo Ho…Ho Majo”. (Chief Of Editor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar