Sungguh yang membuat pertengkaran hingga
terjadinya perang diatas bumi adalah perbedaan sudut pandang. Perbedaan sudut
pandang ibarat sekelompok manusia yang
buta . Seekor gajah dilepas dan salah seoarang sibuta meraba kakinya hingga menyimpulkan kalau gajah bentuknya lurus
seperti batang kepala. Sibuta yang satu kebetulan memegang telinga dan
menyimpulkan
gajah itu bentuknya pipih, melebar seperti niru. Dan sibuta yang
satu dengan getol berkata kalau gajah itu bentuknya memanjang seperti tali sapu karena bagian ujungnya
berbulu. Itu karena sibuta yang satu lagi meraba ekor. Dan dengan santainya
yang satu berkata kalau gajah itu bentuknya kenyal dan ber air maklum tangannya meraba mulut gajah.
Jika mereka semua dipertemukan maka yang
terjadi adalah perang besar. Bertahan dengan kesimpulannya dan masing-masing
menyimpulkan sudut pandangannya. Sungguh semua benar namun sungguh juga semua
salah karena salah seorang lagi yang buta berkata kalau gajah itu tak bisa
diraba namun aromanya bau. Maklum dia
hanya duduk dibagian belakang gajah.
Ketika satu persatu dituntun memegang semua bagian-bagian gajah maka
menjadi malu kalau gajah itu bentuknya kaki besar, telinga lebar, punya belalai
dan ekor kecil yang memanjang..
Masih segar diingatan ada seorang tukang
becak siap menggantikan syamsul arifin ditahanan KPK. Sudut pandang tukang
becak ini akan syamsul mungkin sosok malaikat yang bersih, pelindung rakyat
kecil . Mata tukang becak ini buta atas pengenalan aslinya Syamsul Arifin.
Nah pada awal pemerintahan Join Pas Koran
Dairi Pers ditolak dibeberapa dinas. Bahkan ada oknum kadis yang kala itu
langsung menempati posisi luar biasa persis
naga bonar dengan tegasnya memerintahkan anak buahnya tidak boleh
langganan Dairi Pers. Sudut pandangnya kala itu Dairi Pers Koran oposisi adalah
musuh pimpinannya. Hanya setahun lebih menjabat langsung diganti dari jabatan
empuk itu kepala dinas ini justru berubah cara pandangnnya menyebut Dairi
Perslah yang jujur memberitakan apa adanya. Dia malah minta Koran agar dihantar
kerumah. Sudut pandangnnya berubah kala bosnya memutasinya.
Pro kontra kunker terjadi .Banyak
menyebut hebat namun lebih banyak menyebut program aneh. Tergantung sudut
pandang. Kalau yang dapat sawer malam pasti sebut mantap. Apalagi petani yang
kebetulan ladangnya dipanen. Betapa bangga dan sebut itu program luar biasa
karena merupakan sejarah pejabat bisa diperkerjakan di ladangnya. Namun
sebahagian dalam sudut pandangnya menyebut itu program “ngaco” karena tidak ada
di APBD tetapi sekali dua minggu dilakukan. Semua tergantung sudut pandang
Maka ketika minggu lalu seorang teman
mengirimi saya foto sejumlah kepala dinas tengah bekerja “ Martinanggo” di
Stadion Sidikalang konon untuk hajatan pesta putera Bupati kukatakan itu wajar
saja. Cuma yang tidak wajar “ martinanggo” saat jam kerja. Bagaimana saya mau
keberatan sedang harusnya inspektorat yang dibayar negara untuk mengawasi PNS
justru cuek saja.. Sungguh cara pandang
kepala dinas menganggap itu wajar karena
memang sedang buta akan tupoksi. Buta
karena takut jabatan copot . Persis sekelompok orang buta yang tengah
meraba-raba gajah. Nanti juga ketika rezim berlalu diperlihatkan
foto-fotonya pasti malu. Apalagi kalau
dikirimkan ke anak-anaknya disekolah pasti akan sangat malu.
Jadi kesimpulannya sederhana ketika
sekelompok orang buta tengah “ action” maka tonton saja tingkahnya sambil
terpingkal-pingkal. Itu lebih baik karena akan memanjangkan umur tertawa
melihat segerombolan orang buta tengah rame-rame menyimpulkan bentuk gajah.
(Chief Of Editor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar