Rakyat Masih Mudah Dibeli
· Waspadai Pemimpin Kosmetik
Sidikalang-Dairi Pers : Hanya hitungan hari lagi KPUD
Dairi akan membuka pendaftaran calon Bupati Dairi periode 2014-2019. Tentu akan muncul berbagai tipe pemimpin
yang akan
meramaikan pertarungan pilkada. Pro
kontra atas pemerintahan telah terjadi
di areal public semua itu didasarkan nilai puas atau tidak puas atas
pemerintahan . Saatnya rakyat Dairi
diberi kesempatan untuk menentukan sikap Momen sekali dalam lima tahun ini
sejatinya harus digunakan rakyat untuk Dairi yang lebih baik. Ketika Harga diri
pemilih hanya dibandrol Rp. 50.000 maka
jangan pernah bermimpi nasib Dairi akan berubah.
Mendagri Gamawan Fauzi
menyebutkan 291 kepala daerah terlibat korupsi dan hal itu diakibatkan
tingginya cost pilkada. Diperkirakan hingga akhir tahun 2013 jumlah kepala
daerah yang antri terlibat korupsi
menncapai 300 orang. Menjadi kepala
daerah sepertinya jalan tol menuju penjara.
Berbagai tipe calon akan
muncul semisal Pemimpin kosmetik yang
biasanya hanya pintar dalam pidato. Pintar dalam bicara namun miskin
dalam fakta . Pemimpin salon pandai ber make up tebal untuk menutupi topeng
ketidak mampuan. Janji hanya sebatas di bibir tanpa fakta. Menebar senyum kala
dekat kampanye dan menabur uang untuk
membeli suara. Rakyat hanya dihargai dengan uang receh sekali dalam lima tahun.
Dairi butuh pemimpin yang total mengabdi bukan sosok gila kekuasaan hingga
menghalalkan segala cara.
Hasil investigasi Dairi Pers di beberapa desa diluar ibukota
kecamatan di Dairi jumlah pemilih pragmatis masih cukup besar. Mereka
menggantungkan pilihan kepada calon yang memberikan uang paling besar. Mereka
menjatuhkan pilihan kepada calon yang memberikan uang terbanyak. Bahkan
moralitas rakyat pemilih rusak mungkin
sudah terbiasa dengan sawer . Trend menerima uang dari semua calon juga bakal
terjadi. Pemahaman sesat di tengah masyarakat level bawah sedang berlangsung yakni pilkada sesungguhnya ajang panen uang
sogok.
Pemahaman tentang demokrasi
terus merosot bahkan kemiskinan dijadikan tameng menghalalkan uang sogok dari
para calon . Ungkapan “ Sahali do dalam lima taon, bah ni kipas ma” masih
sering terdengar di rakyat jelata. Rakyat level bawah sanggup menggadaikan diri
dengan bandrol 50.000 s/d 100.000. Bahasa ini masih sering terdengar ditengah
masyarakat dan penganutnya cukup banyak.
Sementara itu pantauan
Dairi Pers bagi masyarakat yang tinggal di ibukota kecamatan seperti
Sidikalang, Tigalingga, Sumbul dan Parongil kesadaran akan money politik dalam
pilkada sudah terasa. Warga di daerah itu sebahagian besarnya telah menjadi
pemilih modern dimana menentukan pilihan berdasar kecakapan dan SDM vigur yang maju, Track record calon serta
program yang ditawarkan hingga siap menandatangani kontrak dengan rakyat akan
mundur jika program tidak tercapai.
Namun untuk masyarakat yang
tinggal di pedesaan dan pelosok money politik masih dianggap sesuatu yang
lumrah dalam pilkada. Pemilih untuk pedesaan secara umum bersifat Primordial,
sectarian dan mengutamakan hubungan darah (marga) serta uang. Ironisnya bahkan rakyat jelata
sudah tidak perduli dengan calon yang tidak jelas, Track recordnya yang buruk
serta SDM calon yang dimajukan. Tidak mempunyai
program kerja tidak menjadi penilaian rakyat namun yang menjadi penentu
dipikirannya hanya sebatas mendapat uang sogok pilkada.
Beberapa alasan rakyat yang mengidolakan uang sogok pilkada yang
berhasil dirangkum Dairi Pers yakni Toh nanti setelah duduk tidak akan ingat
rakyat jadi ada kesempatan uang sogok yah langsung disambut saja. Alasan ke dua
yang menjadi pembenaran yakni kemiskinan dan yang ketiga sama sekali tidak
percaya lagi kejujuran siapapun pemimpin
sehingga ketika ada kesempatan langsung dimanfaatkan. Kalimat yang menyebutkan
bupati juga cari uang dan rakyat ketika ditawari juga cari uang sering
terdengar dari rakyat.
Menyinggung kalau uang
sogok pilkada yang diberikan kandidat menjadi satu alas an sudah ratusan orang
kepala daerah di Indonesia masuk penjara karena korupsi tidak juga membuat
rakyat sadar. Bahkan menyebut hal itu menjadi urusan kepala daerah.
Sementara itu diperkirakan
peluang mereka yang mempunyai modal besar dalam pertarungan ini menjadi cukup
besar ketika kondisi rakyat di desa masih menderita bahkan tergolong miskin.
Maka kesempatan calon kepala daerah untuk membeli harga diri pemilih cukup tinggi
di Dairi. (R.07)
Masayarakat TIDAK JUJUR dalam memilih pemimpin alias BEBAL. Pantas mendapat pemimpin yang TIDAK JUJUR pula. PERJUDIAN DEMOKRASI.. Sampai KAPAN???
BalasHapus