Orang
bijak mengatakan sesungguhnya yang abadi adalah perubahan. Sedang orang politik
berkata yang abadi itu kepentingan. Maka jangan heran jika politikus sebelum
duduk berjanji ini itu. Setelah duduk lakukan itu ini. Agaknya kehidupan
juga semakin aneh dan sulit dimengerti.
Kehidupan anak adam juga semakin hari semakin sering diplesetkan.
Jika dahulu peribahasa diajarkan
guru bahasa indonesia sebagai motivasi dan permainan indahnya kalimat kini
justru menjadi arena plesetan. Jika dahulu ada peribahasa “Air beriak tanda tak
dalam “kini diplesetkan “Air beriak tanda ada yang boker”. Jika pejuang dahulu
membakar semangat nasionalisme dengan
slogan “bersatu kita teguh bercerai kita runtuh “ kini diplesetkan “ bersatu
kita teguh bercerai masuk infoteimen”. Dahulu ada peribahasa air cucuran
jatuhnya ke pelimbahan juga kini diplesetkan “Uang cucuran masyarakat akhirnya ke DPR juga”.
Hampir semua pribahasa diplesetkan
mungkin juga mewakili kelakuan manusia jaman sekarang. Jika broery pesolima dan
dewi yull sempat boming dengan lagu “jangan ada dusta diantara kita” kini
dipelsetkan menjadi “jangan ada janda diantara kita”. Jika dahulu muncul peribahasa “tua tua keladi
makin tua makin menjadi” kini di rombak menjadi “Tua tua keladi udah tuapun
tetap jadi biang keladi” hehehe.
Mungkin benar plesetan berasal dari
dua kata yakni Ple dan setan. Jadi kehidupan sering menjadi diplesetkan yang
berbau “ke setan setanan” . Tidak
percaya ? lihat saja kisah pemilik motto
Taik Kuccing setelah kandas malah justrui diplesetkan menjadi si Taik Kuccing.
Demikian juga beberapa oknum di Dewan saat kampanye sebut demi rakyat. Sudah
duduk plesetkan demi anak dan istri yang juga berstatus sebagai rakyat.
Demikian jurnalis, LSM, aparat hingga birokrat semua berangkat dari sumpah demi
keadilan kejujuran kebenaran dan rakyat. Malah saat bertugas tidak sedikit yang
terpeleset hingga lupa akan janji awal.
Saya kadang merenung jika sudah
semua pihak plesetan yang akhirnya bertindak ke setan setanan. Lantas masih kah
ada harapan di negeri ini? Cukupkah waktu 10 tahun 20 tahun bahkan 100 tahun
memperbaiki mentalitas yang sudah rusak itu?
Kelihatannya semua pihak berlomba
merebut peluang dari APBN dan APBD saja tanpa melihat makna hakiki uang Negara
untuk rakyat umum. Apakah negara yang telah dibangun dengan berbagai tujuan
mulia kemakmuran rakyat itu kini terpeleset hanya untuk segelintir orang
dilingkungan kekuasaan saja.
Sepertinya semua hal telah
diplesetkan hingga kehilangan makna sebenarnya. Lihat saja kata kata bijak
dahulu “Sedikit demi sedikit lama lama jadi bukit “ kini diparktekakan “Sedikit
demi sedikit lama lama jadi bosan” maka
dilakukanlah korupsi biar cepat. “Tong kosong nyaring bunyinya” kini diplesetkan “Wong ompong nyaring
bunyinya “, Biasa memang orang yang gak ada isi banyak bicaranya. Lihat juga kalimat
didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa
yang kuat kini di plesetkan Dalam
pantat yang sehat, terdapat kentut yang kuat
Mudah mudahan ini tidak terjadi di
Dairi “Sepandai-pandainya tupai melompat pasti di sate juga” . “Hidup itu bagaikan video ariel dan luna,
kadang diatas kadang di bawah” . Karena video delapan menit, rusak karir
semuanya . Hingga terjadi .Sudah jatuh, tertimpa tangga, digigit anjing,
ditabrak mobil, dihajar massa, disangka maling, dan diteriaki parentok entok.
(Chief Of Editor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar