·
Oknum Camat Parbuluan Disebut-sebut Arogan
·
Kami Terus Berjuang Sekalipun Darah harus Menetes
· Mengaku telah ditawari Kerja dan Uang
Sidikalang-Dairi
Pers : Puluhan warga Raja bius lontung
Sinaga situmorang
Parbuluan mendatangi kantor DPRD Dairi kamis (28/6) lengkap menggunakan ulos Batak menyampaikan keresahan. Seyogianya pertemuan ini di hadiri muspida Dairi pihak planologi dan kehutanan propsu. Namun setahu bagaimana tidak hadir. Pihak DPRD Dairi juga telah mengeluarkan surat penundaan pertemuan itu dengan alasan muspida mempunyai halangan sehingga tidak dapat hadir.
Parbuluan mendatangi kantor DPRD Dairi kamis (28/6) lengkap menggunakan ulos Batak menyampaikan keresahan. Seyogianya pertemuan ini di hadiri muspida Dairi pihak planologi dan kehutanan propsu. Namun setahu bagaimana tidak hadir. Pihak DPRD Dairi juga telah mengeluarkan surat penundaan pertemuan itu dengan alasan muspida mempunyai halangan sehingga tidak dapat hadir.
Kendati demikian ketua DPRD Dairi Delphi M Ujung didampingi wakil ketua
Benpa H Nababan, anggota DPRD Dairi Togar Pasaribu, Saut Ujung, Pisser
Simamora, Dahlan Siaturi, Agus Ujung, menerima delegasi raja bius tersebut.
Tampak hadir kepala Dinas kehutanan Dairi Ir. Agus Bukka bersama beberapa
stafnya.
Juru Bicara bius lontung Sinaga Situmorang Parbuluan Derlin Sinaga
menyebutkan kunjungan ke DPRD Dairi merupakan yang kedua kalinya untuk
menyampaikan keluhan warga kampungnya Bupati Dairi Johnny Sitohang di
parbuluan. “ kami hadir ke DPRD Dairi untuk menyampaikan keluhana dan berharap
dewan sebagai perwakilan rakyat dapat menyikapi keresahan ini. Kita tidak mau
terulang lagi kisah tahun thuan 1995
karena kasus serupa hingga kini memabawa luka mendalam berakibat fatal tewasnya
salah seoarang karyawan di lokasi ini. Karena itu kita hadir di dewan ini agar
dijembatani menyelesaikan masalah ini “ sebutnya.
Dikatakan masyarakat Parbuluan khsusunya bius lontung sinaga
situmorang sangat resah akibat aktifitas yang dilakukan oknum camat Parbuluan,
Dinas kehutanan Dairi, BPN yang dikawal aparat melakukan pengukuran tanah milik
mereka. “ kami telah pertanyakan aktifitas itu untuk apa dan camat Parbuluan
mengatakan kalau hal itu karena asset pemkab Dairi. Paling sakit oknum camat
ini menyebut “ini harus jadi”. Kita rakyat kesal begitu mudahnya seorang camat
berbicara arogan. Tanah ini merupakan warisan leluhur kami yang sudah turun
termurun. Bagaimana kami tidak resah di lokasi yang diukur okum-oknum itu ada
bangunan tugu leluhur kami , lokasi pertanian yang menjadi sumber hidup kami. Jadi
dengan apapun kami harus berjuang untuk warisan leluhur kami sekalipun darah
harus menetes.” tegasnya.
Ditambahkan tingkah dan perlakuan camat sangat menyedihkan sesuka
hati mengatakan asset pemda padahal kita juga tahu aturan yang namanya asset
pemda itu ada perdanya. Saya menilai camat ini berupaya membodoh-bodohi kami “
tambahnya.
Sementara itu Raja Jolo Sinaga menyebutkan kalau aktifitas
pengukuran hingga rencana pematokan tapal batas yang dilakukan oknum-oknum
berseragam PNS dan aparat keamanan itu telah meresahkan warga karena justru
telah mengambil hak warga. Disebutkan Pengukuran dilakukan camat, kepala desa Parbuluan 1, 2
dan 3 serta beberapa aparat berseragam. “ dari dahulu opuung kami telah membuat
batas berupa patok dan tanda-tanda . kini tanda itu mau dirubah. Apapun pasti
kami hadapi dan sebesar apapun itu. Lebih baik menitiskan darah mempertahankan
tanah lelehur itu. Karena jika ini tidak kami pertahankan maka leluhur kami
akan marah kepada kami “ tegas Raja Jolo Sinaga.
Sementara itu Ketua DPRD Dairi Delphi M Ujung, SH, Msi menerangkan
seyogianya pertemuan itu dihadiri pihak muspida Dairi , Planologi dan
kehutanan. Namun karena waktu belum tepat sesungguhnya pertemuan telah ditunda
. Namun karena utusan telah tiba pertemuan kali ini sebatas menyampaikan
aspirasi saja menunggu kesiapan para
undangan di lain waktu.
Dikatakan dewan dapat memaklumi keresahan itu namun menyelesaikan
masalah tersebut harusnya dihadiri semua stake holder yang ada. Fungsi DPRD
Dairi hanya fasilitator sehingga penyelesaian masalah dapat mencapai kata
win-win solution.
Secara terpisah Derlin Sinaga yang diwawancarai wartawan
menyebutkan sangat menyesalkan tindakan penundaan pertemuan itu karena mereka
sudah bersusah payah untuk sampai ke DPRD Dairi. Namun sepertinya ada saja
alasan yang diperbuat hingga mereka tidak dapat bertemu langsung dengan
muspida. Kita masih terus bersabar dengan prosedur yang ada . namun jelas batas
kesabaran juga ada. “sebutnya
Diuraikan keresahan raja bius lontung Sinaga situomrang akibat beberapa
bulan silam oknum-oknum PNS melakukan pengukuran tanah mereka padahal tanah
tersebut diyakini adalah tanah warisan bius lontung. Bukan masalah kepemilikan
saja namun kalau hutan itu rusak maka Dairi juga akan kekeringan.” Saya sangat
kesal dengan tingkah oknum camat parbuluan yang sangat arogan masa bicara ini
harus Jadi ?”. Jujur saya pernah berkata kepada nya kalau dia bukan level saya
atas masalah tanah bius ini. Bahasa-bahasa seperti inilah yang semakin
memicu keresahan rakyat. Bukannya
berbicara santun agar rakyatnya nyaman” sebutnya kesal.
Menjawab apakah hingga kini mereka dilarang untuk beraktifitas
dilahan itu dikatakan tidak. Namun demikian mereka khawatir bisa saja tiba-tiba muncul pencaplokan dan klaim hak
bius lontung. Jujur saja kita juga ditawari materi saya sendiri ditawari
manajer di lahan itu kelak. Ada juga teman yang ditawari uang namun kita tegas ini masalah warisan yang
sakral dari leluhur. Kita sudah bertekad bulat menghadapi siapapun yang coba
merampas hak kami . Ini adalah marwah kami raja Lontung Sinaga Situmorang “
sebutnya.
Informasi yang diperoleh Dairi Pers menyebutkan keresahan ini
bermula dari pengukuran tanah warga bius lontung sinaga situmorang. Berkembang
juga isu kalau tanah tersebut rencananya akan dan telah dijual ke salah satu
perusahaan PT G untuk lokasi perkebunan.
Besar dugaan kalau pihak Perusahan inilah yang melakukan pendanaan atas
pengukuran karena hingga kini di APBD Dairi pos dinas kehutanan tidak ada
anggaran pengukuran tanah.
Data lain dari bidang asset Dippeka Dairi Sitorus menyebutkan
kalau pemkab Dairi berkaitan asset kepemilikan
ribuan hektar tanah di Parbuluan sama sekali tidak ada.
Kasus serupa pernah
terjadi tahun 1995 persoalan bius lontung dengan pihak perusahaan. Satu orang
dari pihak perusahaan Ir Charly Hutagaung tewas diamuk massa kala itu. Namun
seperttinya kisah pahit itu tidak menjadi pelajaran bagi pihak-pihak yang ingin
mendapat kepentingan pribadi atas pengelolaan tanah sakral tersebut. (R.07)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar