Botol
Menyaksikan debat
terbuka dalam rangkaian pemilukada Cagub DKI
minggu malam di TV One sangat jelas calon yang berkwalitas. Sangat jelas
juga calon yang mudah marah , calon yang
hanya pintar bicara, calon pengumbar janji dan calon yang stagnan.
Debat
terbuka memang penting membuka kedok seorang calon pemimpin. Mengapa penting ?
tentu karena penentu masa depan rakyat . Debat terbuka dapat menseleksi calon
musang berbulu ayam dan ayam berbulu musang.
The founding father Ir
Soekarno terkenal piawai membakar semangat dengan hanya berpidato.Dan itu
penting saat awal kemerdekaan. Dia juga terjun sebagai petarung tangguh dan
tidak pernah menghindar dari musuh. Apalagi berdebat .Jaman reformasi pemimpin
yang menghindar dari debat dan dialog dua hal dapat disangkakan yakni pertama
sengaja menyimpan kepintarannya dan kedua takut ketahuan botol (Bodoh dan
tolol). Secara umum yang terjadi alasan kedua karena botol.seorang pemimpin
sengaja menghindar agar tidak ketahuan kedok aslinya kepintarannya sebatas pidato.
Seorang kandidat
cawabup Dairi pernah bercerita kepadaku sangat mudah mencari simpati rakyat.
Cukup dengan kepura-puraan. Kalau ke desa melihat sekumpulan orang dan ada
anak-anak ingusnya meleleh langsung saja usap dengan baju kita maka simpati rakyat
akan diraih otomatis. Tetapi harus
banyak orang lo. Kalau tidak ada orang tidak usah. Kalau ada rakyat yang sakit
di desa pura-pura saja datang melihat . Kalau ada kibod berikan sawer dan ciumlah kalau ada nenek renta.
Meski dia bau pesing dan kotor tahankan saja maka rakyat jelata yang tidak tahu
kepura-puran itu akan menyebut kita baik dan sayang. Baru ini pemimpin yang mau
dekat dengan rakyatnya. Rakyat akan
bangga dengan hanya menyalam seorang pemimpin.
Cukup sedih memang
nasib rakyat hanya kebahagian salaman dan “ciuman si judas” sudah langsung bangga dan puas . Padahal dibalik
kepura-puraan itu pemimpinnya bermewah –mewah dengan mobil mewah. Rumah
pribadi mewah yang nilainya miliaran rupiah dan jumlahnya bukan
hanya dua atau tiga unit saja. Belum lagi pola hidup mewahnya suka melancong ke pusat dan memfoya-foyakan apa
yang ada dibawah pusat bersama wanita serta doyan menghamburkan uang berjudi ke negeri seberang.
Proses pem”botol”an
tengah berlangsung di era pilsung. Rakyat memang terlalu mudah untuk dibohongi.
Jelata terlalu mudah untuk diperdaya. Ditengah rakyat juga masih ada budaya
salah ucapan terimakasih pada pemerintah. “ Mauliate ma di Pamaretta Nungga
Diparatehon hita” Untuk apa ucapkan terimakasih ? bukankah itu tugasnya sebagai
pelayan masyarakat? Justru yang terjadi dengan ucapan terimakasih seperti itu
membuat pemerintah lupa akan kewajiban, tanggung jawab dan amanah padanya.
Namun demikian
sepertinya dilarang menyalahkan rakyat sekalipun itu untuk merubah cara
berfikirnya. Rakyat juga tidak boleh dipersalahkan kalau sudah merasa puas dengan hanya menyalam pejabat. Rakyat juga
tidak boleh disalahkan jika sudah puas dengan saweran. Karena itulah memang
jelata. Saya menilai era reformasi ini pemimpin yang hebat adalah pemimpin yang
tahu memanfaatkan kelemahan rakyatnya. Bukan pemimpin yang benar-benar nyata
menunjukkan pembangunan. Perubahan dan kemakmuran rakyatnya.
Jadi kesimpulannya
hanya masalah botol dan pemanfaatan botol. Siapa yang bisa membaca botol maka
akan menjadi pemenang. Sesungguhnya terlalu banyak pemimpin di negeri ini yang
kerjanya hanya memanfaatkan ketertingalan rakyatnya. Dan memanfaatkan keluguan
jelata. Namun anehnya rakyat juga malah tidak merasa dibodohi. Jadi inilah
dunia kahe…atau dalam bahasa bataknya portibi na mangilas. (Chief Of Editor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar