Hutan Parbuluan Ludes
Sidikalang- Dairi Pers : Sumber air untuk Sidikalang dari Lae mbulan kini sudah tidak dapat diandalkan lagi. Kini debitnya paling 4 liter per detik. Ukuran ini jauh menurun dibanding 8 tahun silam sekitar 40 liter per detik. Syukur PDAM Tirta Nciho dua tahun silam mendapatkan sumber air dari lae cimberah. Namun diperkirakan 5 tahun ke depan sumber ini juga akan putus. Jika tidak ada sumber baru dipastikan kota sidikalang dan beberapa desa dikecamatan sitinjo, siempat nempu hulu dan Berampu krisis air.
Demikian disampaikan direktur utama PDAM Tirta Nciho Dairi Ir Rafael Ginting, MTL saat diwawancarai Dairi pers pekan silam di kantornya. “pertama saya masuk di Dairi ini saya sudah perkirakan debit lae mbulan paling tahan 6 atau 7 tahun ke depan dan itu terbukti. Syukur kita mendapatkan sumber dari lae cimberah dan itu yang kita konsumsi hingga kini. Dan diperkirakan 5 tahun ke depan lae cimberah juga akan habis jika tidak mendapatkan sumber mata air yang baru “ ujar Dirut.
Dikatakan pihaknya tidak mau mencampuri penyebab mengapa debit air terus berkurang. Pihaknya tidak mau berkomentar kalu pengurangan debit karena aksi perambahan hutan di Parbuluan. “ Saya tidak mengurusi perambahan hutan faktanya dulu lae mbulan masih bisa 40 liter per detik kini untuk 4 liter juga susah. Disamping itu didaerah hulu sedang tren penanaman jeruk yang menggunakan pestisida. Jadi penilaian saya Lae mbulan sudah tamat” tegasnya
Sekarang lae cimberah masih bisa 40 liter per detik namun perkiraan saya tidak sampai 5 tahun ke depan debit air ini juga akan menurun drastis. Jadi kembali kepada kita masyarakat mau mendiamkan atau berperan menjaga. “ ujar Rafael
Disebutkan Rafael hasil survey yang dilakukan PDAM ada salah satu sumber mata air yang berada di Pangiringan dan satu satunya menjadi harapan. Meski jaraknya jauh namun PDAM terus mencari sumber baru ketika sumber lama sudah mulai berkurang debitnya. Pertanyaannya sampai kapan terus mencari? timpalnya.
Perambahan
Sementara itu sepertinya pemkab Dairi tidak terlalu serius menjaga hutannya khususnya sumber air untuk kota Sidikalang di hutan Parbuluan. Aksi perambahan hutan terus terusan terjadi dalam 6 tahun terakhir. Bahkan sejumlah aparat desa diduga terlibat dalam pembabatan hutan daerah tersebut yang mengakibatkan debit sungai terus berkurang.
Sumber Dairi Pers yang juga warga setempat menyebutkan kalau aksi perambahan hutan dikordinir oknum kepala desa dengan mempertopengkan surat izin dari kepala desa. Izin penebangan hutan rakyat. Anehnya kayu yang keluar dari hutan tersebut jenis meranti damar dan kayu hutan lainnya. Aksi ini tewrus berlangsung mulus tanpa ada perhatian pemkab Dairi.
Salah satu oknum kepala desa yang diduga terlibat dalam aksi perambahan hutan ini kini malah telah menggunakan mobil mewah kijang innova. Padahal 4 tahun silam masih menggunakan sepeda motor. Dugaan kuat oknum kepdes ini bermain dibalik surat izin penebagan kayu rakyat padahal aksinya meridhoi perambahan hutan daerah itu.
Sementara itu ketidak seriusan pemkab Dairi juga terlihat di APBD Dairi alokasi dana untuk pengamanan hutan sangat minim. Anggarannya dibawah 200 juta pertahun. Itu mengindikasikan kurangnya perhatian pemkab Dairi dalam menjaga hutannya dalam aksi perambahan.
Warga Parbuluan Hulman Sinaga membenarkan kalau aksi perambahan hutan sudah berlangsung setidaknya 5 tahun terakhir di Parbuluan. Pihaknya juga mengakui kalau debit air sungai di daerah itu terus berkurang kemungkinan karena ganasnya penebangan kayu hingga hutan tidak dapat diandalkan lagi untuk menyimpan air.
“ persoalannya komplek satu sisi untuk kepentingan umum air. Disisi lain rakyat miskin yang dapat dikondisikan melakukan pencurian kayu. Namun demikian harusnya berpola kepentingan umum dulu bukan malah jadi perusak. Kita yakin perkiraan 5 tahun ke depan sumber air disini akan hilang, itu karena perambahan terus berlangsung “ sebutnya. (R.07)
Sidikalang- Dairi Pers : Sumber air untuk Sidikalang dari Lae mbulan kini sudah tidak dapat diandalkan lagi. Kini debitnya paling 4 liter per detik. Ukuran ini jauh menurun dibanding 8 tahun silam sekitar 40 liter per detik. Syukur PDAM Tirta Nciho dua tahun silam mendapatkan sumber air dari lae cimberah. Namun diperkirakan 5 tahun ke depan sumber ini juga akan putus. Jika tidak ada sumber baru dipastikan kota sidikalang dan beberapa desa dikecamatan sitinjo, siempat nempu hulu dan Berampu krisis air.
Demikian disampaikan direktur utama PDAM Tirta Nciho Dairi Ir Rafael Ginting, MTL saat diwawancarai Dairi pers pekan silam di kantornya. “pertama saya masuk di Dairi ini saya sudah perkirakan debit lae mbulan paling tahan 6 atau 7 tahun ke depan dan itu terbukti. Syukur kita mendapatkan sumber dari lae cimberah dan itu yang kita konsumsi hingga kini. Dan diperkirakan 5 tahun ke depan lae cimberah juga akan habis jika tidak mendapatkan sumber mata air yang baru “ ujar Dirut.
Dikatakan pihaknya tidak mau mencampuri penyebab mengapa debit air terus berkurang. Pihaknya tidak mau berkomentar kalu pengurangan debit karena aksi perambahan hutan di Parbuluan. “ Saya tidak mengurusi perambahan hutan faktanya dulu lae mbulan masih bisa 40 liter per detik kini untuk 4 liter juga susah. Disamping itu didaerah hulu sedang tren penanaman jeruk yang menggunakan pestisida. Jadi penilaian saya Lae mbulan sudah tamat” tegasnya
Sekarang lae cimberah masih bisa 40 liter per detik namun perkiraan saya tidak sampai 5 tahun ke depan debit air ini juga akan menurun drastis. Jadi kembali kepada kita masyarakat mau mendiamkan atau berperan menjaga. “ ujar Rafael
Disebutkan Rafael hasil survey yang dilakukan PDAM ada salah satu sumber mata air yang berada di Pangiringan dan satu satunya menjadi harapan. Meski jaraknya jauh namun PDAM terus mencari sumber baru ketika sumber lama sudah mulai berkurang debitnya. Pertanyaannya sampai kapan terus mencari? timpalnya.
Perambahan
Sementara itu sepertinya pemkab Dairi tidak terlalu serius menjaga hutannya khususnya sumber air untuk kota Sidikalang di hutan Parbuluan. Aksi perambahan hutan terus terusan terjadi dalam 6 tahun terakhir. Bahkan sejumlah aparat desa diduga terlibat dalam pembabatan hutan daerah tersebut yang mengakibatkan debit sungai terus berkurang.
Sumber Dairi Pers yang juga warga setempat menyebutkan kalau aksi perambahan hutan dikordinir oknum kepala desa dengan mempertopengkan surat izin dari kepala desa. Izin penebangan hutan rakyat. Anehnya kayu yang keluar dari hutan tersebut jenis meranti damar dan kayu hutan lainnya. Aksi ini tewrus berlangsung mulus tanpa ada perhatian pemkab Dairi.
Salah satu oknum kepala desa yang diduga terlibat dalam aksi perambahan hutan ini kini malah telah menggunakan mobil mewah kijang innova. Padahal 4 tahun silam masih menggunakan sepeda motor. Dugaan kuat oknum kepdes ini bermain dibalik surat izin penebagan kayu rakyat padahal aksinya meridhoi perambahan hutan daerah itu.
Sementara itu ketidak seriusan pemkab Dairi juga terlihat di APBD Dairi alokasi dana untuk pengamanan hutan sangat minim. Anggarannya dibawah 200 juta pertahun. Itu mengindikasikan kurangnya perhatian pemkab Dairi dalam menjaga hutannya dalam aksi perambahan.
Warga Parbuluan Hulman Sinaga membenarkan kalau aksi perambahan hutan sudah berlangsung setidaknya 5 tahun terakhir di Parbuluan. Pihaknya juga mengakui kalau debit air sungai di daerah itu terus berkurang kemungkinan karena ganasnya penebangan kayu hingga hutan tidak dapat diandalkan lagi untuk menyimpan air.
“ persoalannya komplek satu sisi untuk kepentingan umum air. Disisi lain rakyat miskin yang dapat dikondisikan melakukan pencurian kayu. Namun demikian harusnya berpola kepentingan umum dulu bukan malah jadi perusak. Kita yakin perkiraan 5 tahun ke depan sumber air disini akan hilang, itu karena perambahan terus berlangsung “ sebutnya. (R.07)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar