Sidikalang-Dairi Pers : Bagi saya selasa dua pecan silam
merupakan pukulan berat terhadap nasib dan perjalanan Pakpak. Menghadiri wisuda
sarjana S 2 anak saya di USU air mata saya berlinang. bukan karena terharu
anaknya saya mendapat gelar master hukum namun
jauh lebih sedih hanya 3 orang
pakpak yang wisuda dari 800an alumnus.
Bagaimana nasib kami ke depan. Harus berapa puluhan tahun lagi kami bangkit
ketika jumlahnya begitu minim.
Demikian diuraikan Malum Page Angkat orang tua Ramly Yusuf
Angkat, SH, MH senin kepada Dairi Pers. Dikatakan MP Angkat dirinya tersentak
dan sedih mendapatkan fakta minimnya Pakpak dalam akademisi. “ Bisa saja
orang akan menilai saya pro dan kontra mungkin karena anak saya S 2 namun
setulusnya saya sampaikan sama sekali tidak ada niat untuk seperti itu. Hanya
saja saya terenyuh dari 861 peserta wisuda hanya tiga orang Pakpak. Pada urutan
ke 300 an muncul satu nama marga banurea dan diurutan ke 400 an muncul satu
marga manik dari Pakpak Bharat. Saya merenung teringat alm Azis Angkat setelah
dia pergi malah tidak ada lagi pengganti. Fakta ini sangat memukul dan inilah yang harus diinstropeksi
bagi kami suku Pakpak” sebutnya berlinang air mata.
Dikatakan Pendiri IKPPI
ini sesungguhnya apa yang disaksikannya
saat wisuda selasa silam betapa banyaknya nama-nama bermarga dari Tapsel,
Toba dan Karo. “ saya lama ternanti dan
batin saya berharga dan menunggu marga Pakpak namun hanya tiga. Bagimana tidak
sedih ketika orang berlomba untuk pendidikan malah faktanya demikianlah yang
saya lihat. Ini harus bahan pelajaran. Ini harus menjadi cemeti untuk
kesadaran. Harus berani mengkritisi diri dan suku agar ada peningkatan”
sebutnya.
Dikatakan MP Angkat dirinya lahir besar dilapangan namun sangat
berharga pendidikan. “ Memang menyekolahkan anak butuh pengorbanan, butuh kerja
keras. Begitu berharganya dunia pendidikan yang mampu merubah cara berpikir dan
cara kerja. Dan perubahan biasanya sejalan dengan pendidikan seseorang. Boleh
jadi nasib juga menjadi salah satu factor keberhasilan namun ketika nasib ada
SDM tidak ada, maka akan terjadi banyak
kendala. Maka meski saya hanya tamatan sekolah
“batang pisang” saya sejak awal berniat semua anak saya harus sarjana.
Hanya pendidikan yang dapat kuwariskan kepada anak-anak’ Ungkapnya.
Menjawab mengapa terlalu prihatin akan kondisi itu dikatakan MP
Angkat diakui atau tidak saling membantu sesama suku itu muncul. Kalau satu
atau dua orang saja yang berada di garis puncak pimpinan ketika ada” guncangan”
maka tidak ada teman diskusi . Begitu pentingnnya kebersamaan dalam kwantitas
yang lumayan. “ Lihat saja sekarang tren penguasa hukum dinegeri ini sepertinya
dari group Sulawesi. Mereka bisa duduk di lembaga-lembaga penting Negara karena
memang ada saling membantu. Namun fakta yang saya lihat jika satu dua saja suku
pakpak yang masih muncul maka butuh waktu yang lama untuk bisa bangkit. Jadi
bukan karena anak saya sudah master hukum lantas saya merasa Bangga namun jauh
lebih dalam difikiran saya Anak saya juga tidak akan bisa berbuat banyak ketika dia hanya sendiri
“ tambahnya.
Dikatakan terlepas
dengan pro dan kontra yang bakaldisampaikan suku pakpak namun sudah
saatnya instropeksi diri mengejar ketertinggalan. Bersama bangkit dan
bersatu jalan keluar satu-satunya agar
Pakpak ini tidak hilang tergerus jaman” sebutnya. (R.07)
Saya yakin ada lebih dari tiga orang Pakpak, namun mereka memilih menggunakan marga lain yang "katanya" sama.
BalasHapus