Sidikalang-Dairi Pers : Sekitar sebulan lagi pencoblosan suara pilkada Dairi untuk memilih bupati/ wakil bupati periode 2014-2019 pilihan rakyat Dairi mulai mengkristal kepada masing-masing pasangan calon yang diyakini menjadi pemenang pilkada. Hampir semua rakyat kini dilibatkan para calon dalam meraup suara sebesar-besarnya.
Pantauan Dairi Pers semua pasangan calon Bupati Dairi setiap
hari menuju lapangan untuk memberikan sosialisasi atau bersama rakyat
mensosialisaikan diri. Meski belum memasuki masa kampanye namun iring-iringan
para pasangan calon bupati terlihat bagai kampanye yang setiap harinya bergerak
menuju desa-desa di Dairi. Hampir setiap hari ada pertemuan di desa yang
dilakukan silih berganti pasangan cabup.
Sementara itu di kalangan masyarakat desa aroma persaingan
sangat terasa . mereka yang berbeda dukungan. Hal itu ditandai dengan munculnya
warung dengan label salah satu pasangan calon Bupati. Memasuki malam hari para
pendukung yang berbeda masuk ke warung atau kedai tuak yang dianggap sama
dukungannya dalam pilkada.
Dari desa Tualang dan Pandan dilaporkan muncul istilah warung
cabup Nomor 1, Nomor 2 Nomor 3 atau Nomor 4. Mereka yang pendukung yang sama
biasanya berkumpul dalam satu warung.
Kendati demikian aroma persaingan cukup terasa di desa. Budaya pesta dengan
menyantap daging menjadi sering dilakukan
di desa-desa. Disertai pujian dan dukungan kepada calon yang diunggulkan biasanya
warga desa menghabiskan malam dengan mengasah ilmu politiknya . Sesekali
melakukan perdebatan.
Pemandangan serupa terjadi hampir disemua warung dan kedai tuak
di Dairi. Lae Pinang pinggiran kota Sidikalang justru lebih terbuka meski
daerah ini diakui sebagai sentra tuak Sidikalang. Meski kedai tuak daerah ini
tidak terlalu mempersolan dukungan. Namun jika secara bergerombol muncul
bisanya penduklung lain berpindah atau menyelesaikan diskusinya untuk
menghindari benturan.
Dipinggiran Sidikalang kesadaran rakyat sudah semakin terlihat
yakni tidak mempersoalkan siapa bupati yang akan menang. Namun persaingan
secara fair dilapangan terus dilakukan. Istilah “ bersaing dilapangan bersatu
dipangkalan” sering terdengar.
Kedewasaan berpolitik juga mulai muncul dengan komitmen para
pendukung jika calonya yang menang maka kewajiban untuk menarik TS pasangan
yang kalah nantinya., Namun demikian persaingan bahkan hingga debat kusir juga
sering terjadi dibeberapa warung akan
kelebihan dan kehebatan para calon yang diandalkan. Tak jarang setelah dialog
tu akhirnya tidak saling tegur meski terbilang masih sahabat atau kerabat
famili.
Namun untuk wilayah perdesan yang jauh dari ibukota Sidikalang
aroma persaingan bahkan permusuhan juga masih terlihat tajam. Bahkan beberapa
keributan kecil terjadi hanya karena beda dukungan. Masing masing tim sukses
menyebut pasangan calon yang didukungnya merupakan calon terbaik dan
memenangkan pilkada.
Fenomena terbaru hampir semua mobil asangan cabup Dairi saat
kelapangan memuta lagu jingel
masing-masing calon. Cara ini dianggap efektif mengambil simpati rakyat.
Sementara beberapa calon setiap kelapangan juga menggunakan mobil lengkap
dengan sirene. Cara ini kurang disukai rakyat karena dianggap bertendensi
arogansi dan kurang merakyat (R.07)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar