Minggu
malam silam aku menonton pertandingan tinju di TVRI. Sedikit heran karena setiap petinju yang mau
bertanding selalu memanjatkan doa. Saya
tidak tahu apa doanya namun andai doanya “ Tuhan ijinkan ku libas dulu lawan
ini biar aku juara” bagimana kira-kira menurut Tuhan?. Diterimakah doa
demikian?
Seorang
nelayan tradisionil menebar jaring
kemudian berdoa agar hasil tangkapan besar. Meski sebuah uji nasib nelayan yang
baik pasti akan menolak jika yang sangkut di jaring adalah ikan paus. Bukan
malah senang namun nyawanya bakal terancam. Sampannya tidak akan kuat melawan
tenaga paus yang besar.
Tetanggaku saat berada di perumnas Sidikalang
punya angkot yang setiap pagi harus di dorong agar bisa berjalan. Di kaca
depannya tertulis “ Tangiang Ni Saripe”
banyangkan stater saja tidak bisa namun yang berdoa harus sekeluarga.
Perbuatan
dan doa harusnya sejalan. Maka yang
utama dilakukan adalah perbuatan dan tindakan. Setelah itu semua maka lakukan
doa. Dalam hal apapun doa hanya penyempurna termasuk dalam pilkada untuk duduk
menjadi seorang bupati yang harus dilakukan pertama adalah perbuatan. Jika
hanya memanjatkan doa maka yakinlah Tuhan juga akan marah.
Seorang
petinju yang tidak pernah latihan.
Biasanya akan menjadi bulan-bulanan lawan saat berada di ring. Atau ada
juga petinju yang kebayakan latihan namun puding jarang maka hanya bertahan di
ronde pertama saja. Stamina tidak cukup untuk bertarung. Biasaya jenis ini akan
kebanyakan menghindar untuk mengulur waktu. Untuk menghindari cemoohan penonton
sesekali menyerang dan selanjutnya berputar-putar diatas ring.
Sungguh
hanya orang yang punya usaha yang berhak memanjatkan doa. Itu sama dengan hanya
orang yang menyemai padi yang punya hak memanen. Jika langsung memanen tanpa
berbuat namanya maling.
Seorang
petinju tangguh pasti sportif dalam bertanding. Maka nama Mike Tyson juara
dunia sejati itu hancur kala mengigit telinga Evander Hollyfield. Anehnya dunia
juga bagai tidak perduli dengan ketidak sportifan itu. Nama Mike Tyson tetap
jadi fenomena. Syukur saja wasit dan juri pertandingan mendiskwalifikasi Tyson
sekaligus menghukumnya dilarang bertanding.
Saya
tidak berani menuduh wasit dan juri pertandingan pilkada Dairi tidak
sepropesional wasit kala Tyson menggigit
Holly field. Karena paling kalau ditanya akan mencari alasan brilian yang masuk
akal dan LLD (Lalap Lalap Di si). “ tidak ada laporan” jika ada laporan pasti
jawab kembali “ Sudah kita surati”. Semudah dan se enteng itu jawaban
penyelamatan.
Maka jika masih lebih banyak warga Dairi yang menghargai
sportifitas, kejujuran dan keadilan agaknya tidak salah menggagasi “doa bersama
“secara besar besaran di suatu tempat. Bermohon kepada Tuhan Yang Maha Esa
siapa yang terlibat pilkada berlaku tidak adil semoga menderita “ Gatal-gatal”
di selangkangannya. Bisa dibayangkan jelek dan hinanya setiap bicara tangan
juga repot kerja di bawah . Saat upacara tangan tidak bisa berhenti dari
aktifitasnya. Jika itu dikabulkan maka tidak bisa kubayangkan berapa banyak
orang yang akan terkena penyakit jelek tersebut di Dairi. (Chief Of Editor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar